Timor Leste

Peluncuran Buku "Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste" Pancing Diskusi Sejarah

Peluncuran buku digelar bersama Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS). 

Editor: Ryan Nong
KOMPAS.COM
Letjen TNI (Purn) Johannes Suryo Prabowo meluncurkan buku Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste, Sabtu (22/6/2024). Suryo menceritakan kisahnya selama bertugas di Timor Timur, saat itu masih bagian dari Indonesia, dari tahun 1997 sampai 1999. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Kemunculan buku "Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste" diharapkan dapat memancing diskusi sejarah

Buku yang  diluncurkan di Beer Hall SCBD, Jakarta, Sabtu (22/6/2024), menceritakan kisah Letjen TNI (Purn) Johannes Suryo Prabowo selama bertugas di Timor Timur, saat itu masih bagian dari Indonesia, dari tahun 1997 sampai 1999.

Peluncuran buku digelar bersama Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS). 

Baca juga: Perlancar Komunikasi, Polisi Indonesia Bangun Tower Repeater di Perbatasan Timor Leste

Suryo Prabowo yakin buku tersebut juga akan memancing diskusi sejarah. "(Sejarah lepasnya Timor Timur) tidak diajarkan di sekolah dan militer," ujar Suryo Prabowo dikutip dari Kompas.com.

Suryo turut menceritakan sejumlah interaksi dengan BJ Habibie, Presiden RI ketika Timor Timur diberikan hak referendum.

Ketika isu referendum menguat sejak 1997, menurut Suryo, ia pernah menghadap Habibie. Namun, sang presiden tidak pernah mengonfirmasi kebenaran isu itu kepadanya. Ia juga bicara soal Indonesia di Timor Timur yang dianggapnya tidak kalah pertempuran, tapi kalah peperangan hingga Timor Timur merdeka menjadi Timor Leste.

Suryo juga menilai keberadaan milisi-milisi di Timor Timur justru kontraproduktif.

"Kita tidak bisa merebut hati rakyat dan dunia," ujar dia.

Di sana, Suryo pernah memangku jabatan sebagai Wakil Gubernur Provinsi Timor Timur. Ia juga pernah menyandang status Wakil Komandan Satuan Tugas Indonesia Task Force (ITFET) sebelum Timor Timur diserahkan kepada perwakilan PBB.

Ia mengaku mengalami berbagai dinamika di Timor Timur, mulai dari konflik fisik berupa kerusuhan sampai dinamika politik dengan pemerintah pusat.

Semua itu ia curahkan dalam buku setebal 248 halaman yang ia harapkan dapat memperkaya diskursus berkaitan dengan lepasnya Timor Timur.

Buku itu juga menyajikan wawancara beberapa tokoh besar yang terlihat dalam pusaran sejarah itu, mulai dari Jenderal Wiranto yang merupakan Panglima TNI ketika itu, Makarim Wibisono selaku Utusan Tetap RI untuk PBB tahun 1999, Dewi Fortuna Anwar selaku Juru Bicara Presiden RI tahun 1999, dan mantan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono. (*)

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved