Opini
Opini: Paulus Budi Kleden The Smiling Monsignor
Ketiganya, produk tiga seminari ternama di Flores. Ada St. Dominggo Hokeng, Seminari Toda Belu Mataloko dan Seminari Pius XII Kisol.
Catatan ringan seorang sahabat, Wilfrid Babun SVD
POS-KUPANG.COM - Saya beruntung gabung bersama dalam satu angkatan dengan Pater Paulus Budi Kleden. Angkatan 87. Kami akrab memanggilnya “No Budi”. Ada juga yang bilang, “ No Poce”.
Tiga Paulus
Ada tiga orang frater dengan nama sama. Mereka: Paulus Budi Kleden, Paulus Tolo Djogo dan Paulus Rahmat. Yang pertama dari Waibalun Flores Timur. Yang kedua, dari Nagekeo Flores Tengah, dan yang terakhir dari Manggarai Flores Barat.
Ketiganya, produk tiga seminari ternama di Flores. Ada St. Dominggo Hokeng, Seminari Toda Belu Mataloko dan Seminari Pius XII Kisol. Ketiga seminari ini dari dulu menjadi ikon Pendidikan konteks Flores. Ketiga Paulus juga dapat menjadi representasi aroma kualitas Lembaga Pendidikan calon imam.
Baca juga: Opini: Makna dan Berkah Pastoral Terpilihnya Mgr Paul Budi Kleden SVD
Tidak sampai di sini. Ketika menjadi imam ketiganya juga berkibar; Pater Paulus Budi Kleden, Superior General SVD sedunia; Pater Paulus Tolo Djogo SVD, sebagai Provinsial SVD Ruteng dan Pater Paulus Rahmat, orang penting di Vivat Internasional Amerika Serikat. Hari- hari ini, trio Paulus, lagi di Roma untuk mengikuti Kapitel General SVD sejagat.
Biar tahu saja. Trio Paul ini, sudah sejak di Novisiat SVD Ledalero, aroma kepemimpinan mereka sudah nampak bersinar. Biar tahu juga. Tipikal ketiganya beda-beda tipis.
Sebagai teman angkatan saya boleh sebut beberapanya saja: rendah hati, bijaksana, suka mendengarkan… Kalau Paulus Budi Kleden menjadi General SVD, itu sungguh pantas dan layak. Beliau luar biasa. Bagi saya, beliau sangat komplit. Begitu juga Paulus T.Djogo dan Paul Rahmat.
Nampaknya angkatan 87, mendapat Rahmat Tuhan. Pater Paulus Budi menjadi Uskup Metropolitan Ende. Siapa tahu, ada lagi yang menyusul. Ada “Budi’s Effect”, mengutip tutur Robert Bala dalam Opini Pos Kupang (Selasa,28/5).
Dua kisah
Ada satu kebiasan waktu di Novisiat kala itu. Kami harus membuat terjemahan. Dan setiap orang atau kelompok mempresentasikan. Saya ingat terjemahan kami ini: “Our chapter”. Dan dengan sangat gertak Frater Paulus Rahmat (harap saya tidak keliru) berdiri di depan kelas dan baca: “ Bab Kita”.
Apa yang terjadi? Pembimbing kami tertawa luar biasa. Baru kali itu, kami satu kelas menyaksikan sendiri bagaimana alm. Pater Ande Muda SVD, meledak tertawa. Hampir saja kacamatanya yang hitam dan tebal terlempar dari hidung. Kami semua yang ikut les, malah heran-heran. Mengapa?
Kami punya argumentasi. Kenapa “Our Chapter” diterjemahkan menjadi “Bab Kita”. Kamus Bahasa Inggris John Echols mencatat jelas. Chapter itu Bab dan Our itu Kita. Ternyata kami semua salah. Termasuk frater novis Budi. Yang benar ialah “ Kapitel Kita”. Bukan, “Bab Kita”
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.