Berita Nasional
Ada Apa Dibalik "Pendudukan Sementara" RSUD Paniai Papua Tengah oleh Aparat TNI/Polri?
Pekerja medis asli Papua mempertanyakan penempatan personel militer dan kepolisian di rumah sakit rujukan untuk Kabupaten Paniai, Dogiyai, dan Deiyai
“Rumah sakit ini bukan tempat untuk bikin pos, di sini tempat pelayanan,” kata seorang tenaga kesehatan pada momen protes itu.
”Kami yang bertugas di rumah sakit: perawat, satpam, petugas kebersihan, berkumpul di halaman rumah sakit. Kami mau kasih keluar tentara yang ada di lantai tiga agar kami bisa melayani masyarakat,” serunya.
Mengapa tentara menempati RSUD Paniai?
Para pekerja kesehatan yang berkumpul di depan pagar RSUD itu membentangkan spanduk berisi enam pernyataan. Poin utama mereka adalah tuntutan agar pemerintah “segera menarik kembali semua personel TNI/Polri yang sudah ditempatkan di lantai tiga RSUD selama empat hari empat malam”.
Pada spanduk itu, mereka juga menulis bahwa penutupan RSUD oleh aparat memicu “pemulangan pasien tanpa sebab sehingga merugikan jiwa pasien”.
Para tenaga medis itu menyatakan, mereka ingin kembali melayani masyarakat pada 28 Mei. Para tenaga medis yang mayoritas merupakan orang asli Papua itu kemudian dijumpai oleh otoritas di kabupaten itu dalam sebuah forum musyawarah.
Selain mereka, pertemuan itu dihadiri pula oleh Kapolres Paniai, AKBP Abdul Syukur Felani; Direktur RSUD Paniai, Agus Chen; dan Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Paniai, Soleman Boma.
Soleman, dalam forum itu, menyebut keberadaan RSUD Paniai vital bagi masyarakat. Dia meminta rumah sakit itu dapat kembali beroperasi per 28 Mei. Dia berkata, tentara dan polisi harus keluar dari rumah sakit, tapi “tetap memberikan rasa aman kepada para tenaga medis”.
Soleman menyebut terdapat kabar bohong yang beredar di masyarakat sehingga menyebabkan penutupan rumah sakit. Dia tidak menyebut secara detail hoaks yang dia maksud.
“Hoaks ini harus dilawan. Ini perang. Maka, semua tenaga kesehatan satukan persepsi agar bisa menjalankan tugas dengan baik,” ujar Soleman.
“Kepentingan melayani sangat penting, tidak bisa kepentingan pribadi yang diutamakan,” imbuhnya.
Dokter Agus, pimpinan RSUD Paniai, menyebut keberadaan tentara di tempat kerjanya merupakan instruksi Kementerian Kesehatan. Instruksi itu, kata Agus, keluar setelah otoritas kesehatan berkoordinasi dengan Panglima Kodam Cenderawasih, Mayjen Izak Pangemanan, terkait situasi keamanan di Paniai.
“Karena ada nakes yang masih melayani, untuk memberikan rasa aman, akhirnya satgas gabungan TNI/Polri itu dikirim,” kata Agus.
“Mereka tugasnya untuk menjaga, bukan untuk apa-apa, untuk pendatang dan putra daerah. Kami takut KKB. Saya takut, semua takut KKB,” kata Agus menyebut istilah kelompok kriminal bersenjata yang digunakan pemerintah saat merujuk TPNPB.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.