Wisata NTT

Wisata NTT, Jelajah Kota Ende yang Memesona , Tempat Lahir Pancasila

Ende juga menyimpan begitu banyak pemandangan yang mempesona dan juga peninggalkan sejarah lehiran dan perjalanan sejarah Bangsa Indonesia

|
Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
POS-KUPANG.COM/LAUS MARKUS GOTI
Taman renungan bung Karno di Kota Ende yang menjadi ikon wisata sejarah di Ende 

POS KUPANG.COM -- Kota Ende di Nusa Tenggara Timur bukan sekedar ibu kota Kabupaten dan sebua kota kecil di tengah Pulau Flores .

Ende juga menyimpan begitu banyak pemandangan yang mempesona dan juga peninggalkan sejarah lehiran dan perjalanan sejarah Bangsa Indonesia .

Kini, Ende juga menjadi kekayaan Wisata NTT .

Dikutip kemenparekraf.go.id , Bulan Juni bisa dibilang sebagai “Bulan Pancasila”. Karena setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai "Hari Lahirnya Pancasila". Menariknya, lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ini tidak bisa dilepaskan dari Kota Ende. Bahkan, saking melekatnya dengan Pancasila, Ende dijuluki sebagai “Kota Pancasila”.

Hal ini bukan tanpa alasan. Sebab, selama 4 tahun Bung Karno pernah “dibuang” ke Ende oleh pemerintah Kolonial kala itu. Konon, Bung Karno mendapatkan inspirasi, ide, serta gagasan mengenai kebangsaan dan kebinekaan saat masa pengasingan di Ende. Khususnya dalam merumuskan Pancasila.

Tak hanya soal sejarah lahirnya Pancasila, Kota Ende juga terkenal akan destinasi wisata yang menawan. Mulai dari museum, perbukitan, pantai, hingga desa wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi dalam memperingati Hari Lahirnya Pancasila di Kota Pancasila ini.

Baca juga: Wisata NTT, Eksotisme Pantai Oetune Dengan Gurun Pasir Putih Ala Timur Tengah

Berikut ada beberapa destinasi wisata di Ende yang wajib Sobat Parekraf kunjungi:

Destinasi wisata di Ende yang lekat dengan sejarah adalah Rumah Pengasingan Bung Karno. Pada 1934-1938, Bung Karno pernah diasingkan oleh Belanda ke Ende, karena berusaha membuat Indonesia merdeka. Rumah inilah yang menjadi tempat tinggal Bung Karno selama di Ende.

Rumah Pengasingan Bung Karno mempunyai arti khusus bagi Indonesia. Karena berawal dari rumah ini Bung Karno menggali nilai-nilai luhur Pancasila. Memiliki nilai sejarah yang kental, Rumah Pengasingan Soekarno ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Nasional, sesuai dengan Surat Keputusan bernomor 285/M/2014 pada 13 Oktober 2014.

Di dalam Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Sobat Parekraf masih bisa melihat beberapa peninggalan Bung Karno yang masih terawat dengan baik.

Baca juga: Wisata NTT , 4 Kuliner Favorit Saat Liburan ke Labuan Bajo, Ada Ikan Kuah Asam yang Menggoda

Mulai dari ranjang, lemari, biola, lampu minyak, hingga peralatan masak yang dipamerkan. Tentunya, mengunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende menjadi salah satu cara seru memperingati Hari Lahirnya Pancasila, bukan?


Danau Kelimutu

Danau Kelimutu di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur
Danau Kelimutu di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (POS KUPANG/FELIKS JANGGU)

Kerap dijuluki Danau Tiga Warna, Danau Kelimutu menawarkan keunikan yang jarang dimiliki danau lainnya di Indonesia. Sesuai julukannya, wisata di Ende ini memiliki tiga danau besar yang berbeda-beda warnanya, yakni Tiwu Ata Mbupu (danau warna biru), Tiwu Ata Polo (merah), dan Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (hijau).

Semua keindahan danau tiga warna tersebut bisa Sobat Parekraf nikmati dari puncak Gunung Kelimutu, yang memiliki tinggi sekitar 1.639 mdpl. Tak hanya menawarkan pemandangan yang eksotis, ternyata Danau Kelimutu mempunyai nilai sejarah yang dalam.

Baca juga: Wisata NTT , Gereja Tua Laktutus Bagunan Bernuansa Eropa di Kabupaten Belu

Menurut cerita, Bung Karno sering mengunjungi Danau Kelimutu selama pengasingan di Ende. Bahkan menuliskan sebuah naskah drama berjudul: Rahasia Kelimutu.
Foto: Deretan rumah adat diFoto: Deretan rumah adat di di Desa Adat Wologai, Ende (Shutterstock/umikem)

Desa Adat Wologai

Kampung Adat Wologai, Desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, NTT, Senin, (9/10/2023), termasuk ramai dikunjungi wisatawan mancanegara dan Nusantara.
Kampung Adat Wologai, Desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, NTT, Senin, (9/10/2023), termasuk ramai dikunjungi wisatawan mancanegara dan Nusantara. (KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR)

Wisata di Ende juga kental dengan budaya, hal ini bisa Sobat Parekraf lihat langsung di Desa Adat Wologai. Desa wisata ini berada di ketinggian 1.045 mdpl, dan terdapat rumah-rumah adat yang cukup unik. Rumahnya berbentuk panggung, dengan atap menjulang di atas pondasi batu. Konon, desa adat yang berada di Wologai Tengah, Detusoko, Ende ini sudah berumur lebih dari 800 tahun.

Saat mengunjungi Desa Adat Wologai, Sobat Parekraf melihat aktivitas warga secara langsung. Mulai dari mengolah kopi, mengolah biji kenari, berkebun, hingga beternak.

Paling menarik, di desa ini Sobat Parekraf bisa melihat warga membuat kerajinan boneka kayu kecil, yang bisa dijadikan cendera mata khas dari Desa Adat Wologai.

Bukit Liaga

 

Kalau di Labuan Bajo punya Bukit Padar, di Ende punya Bukit Liaga. Destinasi wisata ini berada di Desa Kotabaru, atau berjarak sekitar 100 km dari pusat Kota Ende.

Bukit Liaga menawarkan pemandangan Pantai Bele dan Pantai Aewa dari atas bukit. Saat musim kemarau, Sobat Parekraf akan melihat hamparan rerumputan berwarna kuning yang memberi kesan eksotis.

Untuk menikmati pemandangan di atas Bukit Liaga, Sobat Parekraf harus mendaki selama 15 menit. Meski medannya cukup melelahkan, setibanya di puncak semua akan terbayarkan dengan pemandangan alam yang indah.

Danau Tiwusora

Danau Tiwusora, Kecamatan Lepembusu Kelisoke, Kabupaten Ende, NTT.
Danau Tiwusora, Kecamatan Lepembusu Kelisoke, Kabupaten Ende, NTT. ((Dokumen Warga) via Kompas.com)

Berada di Desa Tiwusora, Lepembusu Kelisoke, Ende, Danau Tiwusora menawarkan pemandangan sabana yang menghijau. Keindahannya makin memukau dengan pemandangan air danau yang berwarna hijau jernih.

Danau Tiwusora adalah danau yang disucikan oleh masyarakat Ende. Warga sekitar percaya kalau arwah orang yang sudah meninggal akan masuk ke dalam danau tersebut, lalu menjelma sebagai belut raksasa.

Saat mengunjungi Danau Tiwusora, Sobat Parekraf akan disambut secara adat oleh tetua adat. Biasanya, wisatawan akan mendapatkan kalung dari untaian rumput.

Setibanya di danau, kalung ini harus kita lemparkan ke air. Konon, penyambutan ini sebagai tanda kalau leluhur sudah mengenal tamu atau wisatawan yang datang.

Pantai Batu Biru

Pantai Batu Biru di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur
Pantai Batu Biru di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (KOMPASIANA.COM/DJHO IZMAIL)

Seperti yang kita ketahui, keindahan pantai di timur Indonesia tak perlu diragukan lagi. Begitu juga destinasi wisata di Ende yang satu ini. Pantai Batu Biru terbilang unik, karena di area pesisir pantai terdapat bebatuan warna-warni, mulai hijau ungu, kuning, merah, biru, hingga berlapis warna lainnya.

Sepanjang Pantai Batu Biru juga terdapat tebing kapur berwarna hijau yang menambah daya tarik pantai ini. Untuk menikmati pantai dengan ombak cukup besar ini, Pantai Batu Biru terletak di Penggajawa, Nangapanda, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

Baca berita lain di Pos Kupang.com KLIK >>> GOOGLE.NEWS

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved