Hampir Semua Komoditas Pangan Naik Harga Selama Libur Panjang Pekan Ini

Stok bawang putih yang akan diimpor pada pertengahan Juni tersebut mencukupi penjualan di dalam negeri hingga akhir tahun 2024.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON
Bawang putih yang dijual pedagang di Pasar Baru, Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Rabu 8 Mei 2024. Harga komoditas pangan umumnya naik selama pekan ini. 

POS-KUPANG.COM,JAKARTA - Harga pangan mengalami kenaikan harga pada momentum libur panjang akhir pekan ini.

Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasional, Jumat (24/5/2024) pukul 10.03 WIB, harga hampir semua komoditas naik mulai dari semua jenis beras, kedelai, bawang putih hingga daging.

Harga beras premium naik 1,01 persen menjadi Rp 15.610 per kg, beras medium naik 0,52 persen menjadi Rp 13.490 per kg, kedelai biji impor naik 0,41 persen menjadi Rp 12.110 per kg dan tepung terigu kemasan naik 0,22 persen menjadi Rp 13.390 per kg.

Berikutnya, bawang putih bonggol naik 1,74 persen menjadi Rp 43.300 per kg, cabai rawit merah naik 4,89 persen menjadi Rp 45.930 per kg, daging sapi murni naik 0,78 persen menjadi Rp 136.310 per kg, jagung naik 0,18 persen menjadi Rp 5.650 per kg.

Selain itu, daging ayam ras juga naik 0,63 persen menjadi Rp 38.270 per kg, telur ayam ras naik 0,26 persen menjadi Rp 30.490 per kg, gula konsumsi naik 0,71 persen menjadi Rp 18.450 per kg dan minyak goreng kemasan sederhana naik 0,39 persen menjadi Rp 17.890 per liter.

Meski begitu, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga seperti bawang merah turun 0,25 persen menjadi Rp 47.420 per kg, cabai merah keriting turun 1,13 persen menjadi Rp 46.210 per kg dan minyak goreng curah turun 0,32 persen menjadi Rp 15.740 per liter.

Sementara beberapa komoditas yang stabil harganya yaitu garam halus beryodium yaitu Rp 11.440 per kg dan tepung terigu curah Rp 10.350 per kg.

Harga komoditas bawang putih di sejumlah daerah terpantau tinggi.

Kenaikan harga ini disebabkan oleh kualitas bawang putih impor yang tidak baik. Anggota Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Eugenia Mardanugraha mengatakan, hasil pertemuan yang dilakukan KPPU dengan pelaku impor bawang putih menyebut kenaikan harga terjadi akibat stok yang ada dalam kualitas kurang baik.

“Bawang putih yang ada sekarang bukan bawang putih kualitas baik, sehingga mereka (importir) mengeluarkan biaya yang cukup tinggi untuk menyimpan bawang putih tersebut. Itu yang menyebabkan harga di pasar tinggi,” ujarnya saat ditemui di Gedung KPPU, Jakarta, Selasa (21/5/2024) lalu.

Wanita yang akrab disapa Jenny itu menjelaskan, realisasi impor bawang putih tampak kurang yang disebabkan oleh terbitnya Surat Persetujuan Impor (SPI) baru dilakukan akhir tahun lalu.

Namun, dia bilang, importir masih memiliki stok di bulan November – Desember 2023. “Untuk realisasi 2024 belum tinggi karena masih ada stok November - Desember tahun lalu karena bawang putih bisa disimpan dalam waktu enam bulan,” jelasnya.

Jenny mengungkapkan, pada pertengahan bulan Juni mendatang importir bakal kembali memasukkan bawang putih ke Indonesia, sehingga ini diharapkan mampu menekan harga di pasar.

“Di akhir bulan Juni mereka optimistis harga bawang putih akan turun. Kalau tidak terjadi kami dari KPPU akan melakukan observasi lagi, kalau seandainya harga bawang putih masih tinggi di atas Rp 40.000 per kilogram,” ungkapnya.

Anggota Perkumpulan Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo) Bambang membenarkan, kualitas bawang putih yang diimpor pada tahun 2023 itu kurang baik yang dikarenakan terkena hujan saat dilakukan penjemuran oleh petani di China.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved