Liputan Khusus
Lipsus - Brigitha Sengsara Pinjam Hp Guru Ikut Ujian Online Berbasis Android
Brigitha menuturkan, lima menit sebelum ujian berlangsung, HP android yang dipinjam dari kakanya itu tiba-tiba mati total.
Kata dia, progam pemerintah untuk menyelenggarakan ujian berbasis android namun harus memperhatikan kondisi ekonomi masyarakat untuk membeli Hp android ketika sekolah tidak mempunyai komputer.
"Progam pemerintah ini boleh dilanjutkan tapi lihat juga dengan kemampuan orangtua. Semua orangtua memiliki kemampuan ekonominya berbeda-beda. Ada yang mampu beli Hp tetapi ada banyak yang tidak bisa beli Hp," katanya.
Ia hanya berharap kepada pemerintah agar memperhatikan sarana dan prasarana di sekolah tersebut agar siswa bisa mengikuti ujian asesmen sumatif akhir tahun berbasis android dengan nyaman tanpa harus meminjam HP android.
Arisan Beli Laptop
Claus Audius Philipus, Guru PJOK mengaku mengaku kasihan dengan siswi tersebut, karena harus menghadapi ujian asesmen sumatif akhir tahun berbasis android. Sebagai seorang guru mereka sangat prihatin dan ikut bertanggung jawab demi keberhasilan siswanya.
Dikatakan, orangtua siswi ini keduanya bekerja sebagai petani dan tidak memiliki handphone. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, ia menawarkan agar siswi tersebut datang ke sekolah menggunakan Hp androidnya agar mengikuti ujian asesmen sumatif akhir tahun berbasis android.
"Kita turut prihatin dengan keadaan begini, tapi mau bagaimana lagi,", ujarnya
Ia menambahkan, tidak ada komputer membuat para siswa harus membawa handphone (Hp) android sendiri dari rumah yang dipinjamkan dari keluarga dan tetangga dan para guru di sekolah itu. Jauh sebelum ujian, pihaknya sudah memberikan pelatihan beberapa kali sehingga saat ujian untuk anak-anak kelas 6 tersebut bisa melaksanakannya tanpa kendala berarti.
"Sebelumnya kami juga sudah menggelar simulasi terkait pengerjaan soal-soal dan cara mengoperasikan Hp android," jelasnya.
Namun demikian, ada juga siswa tidak punya Hp android hingga kesulitan mengoperasikannya saat ujian. Ia hanya berharap kepada pemerintah untuk membantu mengadakan komputer sehingga ke depannya siswa bisa mengetahui cara mengoperasikan komputer dan bisa mengikuti ujian online tanpa harus meminjam Hp android dari orang tua, tetangga dan para guru.
"Harapannya semoga ke depannya ada bantuan dari pemerintah semoga membantu kami laptop, dan cronbook," harapnya. Seraya menambahkan, di SDI Natarita hanya memiliki satu unit laptop untuk digunakan penginputan Data Pokok Pendidikan (Dapodik).
Ia menambahkan, para guru di sekolah itu pun terpaksa harus membuat arisan untuk membeli laptop untuk kebutuhan sekolah. "Kami bentuk arisan, sehingga saat ini kami sudah bisa membeli 5 unit laptop untuk digunakan bapa ibu guru," tutupnya
Diketahui, ujian asesmen sumatif akhir tahun berbasis android ini berlangsung di tingkat sekolah dasar mulai Senin, 6-10 Mei 2024.
PLT Kepala SDI Natarita, Yohanes Ento mengatakan, sekolahnya sudah memasuki tahun kedua mengikuti ujian secara online namun masih terkendala tidak tersedianya fasilitas komputer sehingga siswa harus meminjam Hp android dari orang tua, tetangga dan para guru.
"Kondisi seperti ini sudah tahun kedua kalau ujian online, Kendala kami tidak ada komputer sehingga anak-anak bawa Hp android dari rumah yang dipinjam dari keluarga, tetangga dan bapa ibu guru di sini," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.