Berita Flores Timur
Ritual Sesepuh Nawokote untuk Peresmian Dua Desa di Flores Timur NTT
Sesajen berupa moke (minuman tradisonal), telur ayam, beras, tembakau, dan sirih pinang ditelakkan di tengah-tengah.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Sesepuh atau tetuah adat Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar ritual sakral untuk memohon restu kepada leluhur, Selasa, 14 Mei 2024.
Ritual dengan nama 'Prohing Pro Lewotanah Leluhur Nuba Nara' itu untuk memohon restu peresmian dan pelantikan Penjabat Kepala Desa Persiapan Nawokote B dan Padang Pasir, Rabu, 15 Mei 2024.
Dipimpin Tuan Raja Tanah, Paulus Tobi, ritual sakral pun dimulai di Korke Bale (Rumah Adat) Nawokote, melibatkan lima suku, yaitu Kwuta, Wolo, Noba, Tapun, dan Puka, termasuk dua Penjabat Kelala Desa, Elisabet Devlora Koten dan Yohanes Pembaptis Perami.
Enam suku berbusana adat duduk melingkar di Korke Bale. Sesajen berupa moke (minuman tradisional), telur ayam, beras, tembakau, dan sirih pinang ditelakkan di tengah-tengah.
Baca juga: Daftar di Gerindra Flores Timur NTT, Anton Hadjon Sebut Tak Lompat-lompat Pilih Bakal Calon Wabup
Salah satu sesepuh, Sius Wolor (49), selaku Mata Lusi Iru Aho (Dukun), menyebut tetuah adat meminta kekuatan di depan Nuba atau batu keramat yang diyakini bukti keberadaan leluhur.
"Nuba itu semacam tanda atau bukti bahwa ada leluhur. Kalau kita buat salah, maka kita langsung tahu di sini," katanya.
Ritual Prohing Pro Lewotanah Leluhur Nuba Nara juga sehubungan dengan perjalanan kepemimpinan Penjabat Kepala Desa Persiapan Nawokote B, Yohanes Pembaptis Perami, dan Penjabat Kepala Desa Persiapan Padang Pasir, Elisabet Devlora Koten.
Desa Persiapan Padang Pasir terpisah secara administratif dengan Desa Hokeng Jaya, sementara Nawokote B dengan Nawokote. Dua wilayah ini masuk di dalam ulayat Nawokote yang bermukim di kaki Gunung Lewotobi.
Ketua Lembaga Pemangku Adat (LPA) Desa Nawokote, Mikhael Dare Wolor, mengatakan ulayat Nawokote sudah kini terbagi menjadi empat desa.
Meski berbeda administrasi pemerintah, tutur Mikhael, namun wilayah-wilayah itu tetap satu rumpun yang diibaratkan seperti rumah.
"Kita hanya pisah administrasi, tapi tetap satu ulayat Nawokote," pesannya.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.