Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 25 April 2024, Menjadi Pembawa Berita Gembira

Sang Misionaris begitu berani membala surat dengan nada kesal dan bahkan dengan “sindiran” yang membentur rasa mapan,

|
Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-PATER FRITZ MEKO, SVD
Pater Fritz Meko, SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Kamis, 25 April 2024 dengan judul Menjadi Pembawa Berita Gembira 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Kamis 25 April 2024 dengan judul Menjadi Pembawa Berita Gembira.

Renungan Harian Katolik Kamis, 25 April 2024 dengan judul Menjadi Pembawa Berita Gembira ditulis oleh Pater Fritz Meko, SVD dan mengacu dalam Bacaan 1 Ptr. 5:5b-14  dan Injil: Markus 16:15-20.

Suatu ketika seorang Misionaris asal Eropa, bercerita bahwa saat-saat awal ia datang ke Afrika sekitart ahun 1940-an, ia sungguh cemas dan takut. Tetapi seiring berlalunya waktu yang seakan membawa pergi segala kecemasan dan ketakutannya, ia pun akhirnya merasa tenang, senang dan bahagia. Hampir setiap hari ia pergi mengunjungi umatnya, yang hidup mereka masih sangat sederhana, terbatas, miskin bahkan dikatakan primitif.

Suatu saat, ia mendapat surat dari sekelompok sukarelawan dari Eropa yang ingin datang membantu misi di sana selama tiga bulan, tetapi mereka minta agar Si Misionaris ini, mempersiapkan tempat yang baik dan dapat menjamin keamanan mereka.

Ternyata, Si Misionaris bukannya senang, tetapi ia membalas surat mereka dengan mengatakan, “Jika Anda ingin datang ke tanah misi untuk membawa Berita Gembira kepada orang-orang di Afrika yang hidup mereka masih diwarnai dengan keterbatasan, tetapi Anda meminta setumpuk jaminan, saya harap sebaiknya Anda semua urungkan niat dan tak perlu datang ke Afrika.  Jika Anda mau menjadi misionaris Pembawa Warta Gembira, sebaiknya Andapun siapu ntuk menerima dan menyesuaikan diri dengan keadaan apa adanya.”

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 21 April 2024, IA Bukan Seorang Upahan

Sang Misionaris begitu berani membala surat dengan nada kesal dan bahkan dengan “sindiran” yang membentur rasa mapan,  yang mengkristal dalam gaya hidup mereka.

Hari ini, Gereja merayakan Pesta St. Markus Penulis Injil. Pada Pesta ini, Kabar Gembira Injil mengajak kita untuk merenungkan Amanat dan Perintah Yesus kepada para murid-Nya, “Pergilah keseluruh dunia dan beritakan Injil kepada segala makluk.” Permintaan Yesus kepada para murid untuk pergi ke berbagai penjuru dunia, merupakan suatu perintah yang berani.

Ia memberikan perintah ini, saat menampakan diri kepada mereka. Yesus mestinya tahu, bahwa para murid masih diliputi ketakutan untuk bertindak dan ber-aksi lebih jauh. Protokol pengajaran tentang Kerajaan Allah yang dibingkai dalam Kabar Gembira, mestinya ditunda dulu. Tetapi Yesus seakan tidak peduli dengan perasaan galau dan takut yang masih melingkupi para murid-Nya.

Yesus pasti ingat bahwa, Ia telah berjanji kepada para murid, “Aku akan menyertaimu sampai akhirjaman.” Janji ini pasti bukanlah isapan jempol belaka, tetapi merupakan suatu janji yang disertai dengan konsistensi dan komitmen yang kuat.

Yesus mau memberi penyadaran bahwa, medan misi pasti akan selalu diwarna idengankondisi yang mencemaskan, menakutkan, membuat tidak aman dan hidup dalam keterbatasan. Jelas ini menunutut keberanian untuk pergi membawa Kabar Gembira dan tinggal di medan seperti ini, entah medan misi domestik (lokal) ataupun medan misi di area geografis yang jauh dari tanah air sendiri.

Di sana terbentang lahan misi yang sesungguhnya. Seperti  Si Misionaris Afrika, yang sejak beranjak keluar dari tempat yang nyaman di Eropa menuju Afrika, telah mengetahui realitas serba terbatas itu. Namun ia pasti sadar dan yakin akan janji penyertaan Yesus. Karena itu, ia berani dan tetap merasa aman dan nyaman hidup di tengah orang Afrika yang selalu digambarkan sebagai masyarakat primitif, sederhana, terbatas dan miskin.

Kita sedang hidup dalam sebuah jaman yang serta ada, serba mudah dan serba guna. Realitas serba “enak” ini, kadang menggoda dan memasung daya misioner kita untuk rela berkorban, dalam mewarkan Kabar Gembira di area misi kita masing-masing, entah dalam keluarga, tempat di mana kita bekerja ataupun di tengah masyarakat.

Berkorban adalah sikap bajik yang ada dalam diri kita. Kalau berkorban pun mesti ada pamrihnya, makna pengorbanan kita sama sekali tidak ada nilainya. Maka, Yesus mengharapkan agar kita menjadi Pembawa Kabar Gembira kepada banyak orang yang sedang terpasung dalam kenyataan hidup yang getir, menekan dan tak berdaya. Dan ini sungguh membutuhkan pengorbanan kita.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved