Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 21 April 2024, IA Bukan Seorang Upahan
sikap kreatif selalu mencurahkan daya energi sesuai karisma mereka untuk melayani orang-orang yang mereka jumpai.
Yesus mendasarkan kedekatan-Nya dengan umat yang IA kasihi sebagai domba-domba-Nya seperti hubungan-Nya dengan Bapa. “Sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa.” (Yoh.1:15).
Ungkapan “mengenal” dalam Kitab Suci tidak hanya berarti mengetahui suatu hal sebagai hasil olah pikir manusia. Tetapi, lebih dari itu mengenal berarti juga mengasihi dan menyukai sosok tertentu yang hadir, termasuk suka untuk mengenal Allah. (Bdk. Hos. 6:6) .
Yesus melihat hubungan-Nya dengan umat-Nya sebagai domba-domba milik-Nya sebagai buah dari hubungan kasih antara IA dan Allah Bapa. Kasih kegembalaan Yesus Kristus, sebagai gembala sejati, kepada domba-domba-Nya adalah kesaksian mengenai cinta antara IA dan Bapa. Karena itu di salib, IA merelakan hidup-Nya, milik-Nya yang paling berharga demi umat-Nya.
Tetapi pada peristiwa Paskah, melalui kebangkitan-Nya, Kristus mengambil kembali kehidupan-Nya. Kalau pada manusia, hidup adalah anugerah dari “yang lain” maka pada Yesus, hidup adalah milik dari diri-Nya sendiri. Sebab DIA adalah hidup itu sendiri (bdk. Yoh.14.6).
Panggilan untuk terlibat dan peduli
Kehidupan domba-domba di tengah “padang kehidupan”, sejatinya penuh dengan kesulitan dan ketidakpastian. Sesewaktu bahaya datang mengancam. Demikianlah kehidupan manusia yang nyata. Dengan menegaskan diri-Nya sebagai gembala sejati dan bukan seorang upahan, Yesus tidak saja berbicara mengenai diri-Nya. Tetap lebih dari itu, IA berbicara mengenai cinta-Nya yang terlibat dalam perjuangan hidup manusia.
Yesus mengajak kita melalui kesaksian hidupNya sendiri bahwa sebagai domba-domba-Nya, umat kesayangan-Nya, kita telah menerima anugerah besar dari Allah yakni menjadi anak-anak Allah. Seperti kata Rasul Yohanes, “Lihatlah, betapa besar kasih Allah yang dikaruniakan Bapa kepada kita sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah.” (1Yoh.3:1).
Panggilan untuk kembali menyadari martabat sebagai anak-anak Allah semakin mendesak di tengah dunia yang tersekularisasi oleh karena keinginan manusia untuk men-Tuhankan dirinya. Banyak orang abaikan anugerah besar ini. Tidak terkecuali umat kesayangan Tuhan juga kerapkali melupakan hal ini.
Dunia yang tidak mengenal Allah tidak akan sanggup mengenal dirinya sendiri dan gampang jatuh berulang-ulang secara tragis dalam pelbagai situasi tanpa harapan. Meminjam ungkapan Rasul Petrus, dunia seperti ini, akan menjadi seperti para tukang yang sedang membangun sambil membuang batu sendi bangunan rumahnya sendiri. (Bdk. Kis. 4:8-12).
Atas keprihatinan ini, pada hari ini, hari minggu panggilan sedunia, kita hendak bersyukur kepada Tuhan atas kesetiaan, ketekunan, dan hidup daris emua orang yang telah menanggapi panggilan Tuhan dengan seluruh hidup mereka. Kita ingat ibu-bapak keluarga yang tidak memikirkan diri sendiri dan setia membangun kehidupan keluarga mereka dengan penuh cinta dan ketulusan dan melayani anak-anak dan menemani pertumbuhan mereka.
Kita ingat para guru, dokter dan perawat, pegawai negeri, pekerja sosial yang melakukan pekerjaannya dengan penuh dedikasi dan semangat kerjasama untuk membangun dunia yang lebih adil. Kita ingat para pengusaha dan pekerja, petani dan pedagang kecil, yang mengupayakan perekonomian yang dijiwai prinsip solidaritas.
Kita ingat para politisi yang dengan susah payah di tengah situasi yang serba transaksional mengupayakan kehidupan politik yang lebih beretika dan adil, serta masyarakat yang lebih manusiawi. Kita ingat para polisi, aparat keamanan, jaksa, hakim, pengacara yang membangun tertib hidup bersama di tengah situasi hukum yang sering diperjualbelikan.
Juga kita bersyukur dan ingat akan mereka yang membaktikan seluruh hidupnya kepada Tuhan dalam keheningan doa maupun tindakan kerasulan di tempat-tempat terpencil, dalam keadaan yang serba terbatas namun dengan sikap kreatif selalu mencurahkan daya energi sesuai karisma mereka untuk melayani orang-orang yang mereka jumpai.
Tidak terkecuali kita ingat juga Para imam, kaum yang tertahbis yang telah menerima panggilan imamat dan dengan susah payah membaktikan dirinya bagi pewartaan Injil, untuk memecah-mecahkan hidupnya bersama Roti Ekaristi yang dibagi-bagikan di tengah kehidupan yang cenderung mementingkan dirisendiri.
Semua sosok yang kita lihat di atas, menghidupkan kembali ingatan serta kerinduan kita akan sosok Yesus Gembala sejati. Mereka menabur harapan serta menunjukkan keindahan Kerajaan Allah kepada semua orang agar tergerak menaburkan harapan dan perdamaian. Maka mengutip kembali pesannya pada hari orang muda sedunia di Lisabon 1-6 Agustus 2023, Sri Paus Fransiskus menghimbau:
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.