Bencana Banjir

Erupsi dan Banjir Lahar Dingin Gunungapi Marapi di Sumatera Barat Masih Berpotensi Terjadi

Gunungapi Marapi masih menunjukkan adanya tanda-tanda aktivitas vulkanik yang tergolong cukup tinggi dan potensi erupsi/letusan masih ada.

Editor: Agustinus Sape
BPBD KABUPATEN AGAM
Petugas Gabungan melakukan pembersihan material banjir bandang di Kabupaten Agam, Sumatra Barat (6/4/2024), yang berasal dari lahar dingin gunung Marapi. 

Pada Kawasan Rawan Bencana I, PVMBG mengimbau masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan jika terjadi erupsi/kegiatan gunungapi dan atau hujan abu lebat, dengan memperhatikan perkembangan kegiatan gunungapi yang dinyatakan oleh PVMBG. Informasi ini sangat penting bagi Pemerintah Daerah untuk menentukan apakah penduduk harus mengungsi atau mash dapat tinggal di tempat.

Kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan perlu waspada terhadap lahar umumnya terletak di dekat lembah atau bagian hilir sungai, sedangkan perluasannya sering terjadi terutama pada belokan-belokan sungal dengan tebing rendah. Sungai-sungai yang berpotensi terhadap lahar / banjir terutama di sungai-sungai di lereng Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan dan Baratdaya berturut-turut adalah Batang Air Sungai Rimbo Piatu (BA Katik), Batang Air Bonjol (BA Lasi), Batang Air Gadang, Batang Air Sitapu, Batang Air Sereh Silintak dan Batang Air Jabur, Batang Air Anau, Batang Air Mandalliang, Batang Air Bangkahan, Batang Air Sigarunggung, Batang Air Sungai Jambu, Batang Air Sabu, Batang Gadis dan Sungai Talang.

Sementara itu, kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu (lebat) dan kemungkinan lontaran batu (pijar) bila terjadi letusan besar adalah meliputi radius 7 km dari pusat kawah.

Bila terjadi letusan besar mungkin dapat menjadi perluasan awan panas yang meliputi daerah rendah terutama sebelah barat dan barat daya, dikarenakan morfologi agak terbuka ke arah tersebut. Luas daerah kawasan rawan bencana I diperkirakan seluas 211,9 km persegi dengan jumlah penduduk 58.967 jiwa (43.246 jiwa dan 15.721 jiwa), berdasarkan catatan sipil tahun 1999.

Kawasan Rawan Bencana II

Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, mungkin aliran lava, lontaran batu, guguran, hujan abu lebat, umumnya menempati lereng dan kaki gunungapi. Kawasan ini dibedakan menjadi dua yaitu; kawasan rawan bencana terhadap aliran masa berupa awan panas, aliran lava, guguran batu (pijar), meliputi lembah-lembah sungai yang berhulu di sekitar puncak dan dapat mencapai radius 10 km dari pusat erupsi.

Daerah tersebut yang diperkirakan, untuk bagian utara di sepanjang lembah sungai hingga ke Sungai Pua dan lembah sungai Batang, Air Jambu. Untuk bagian timur pada lembah-lembah yang dapat mencapai radius 5 km. Sedangkan ke bagian selatan dan barat daya sepanjang lembah sungai yang dapat mencapai radius 7 km dari pusat erupsi, pada sungai Batang Air Sabu, Batang Gadis, lembah Kandang di Tabik Sungai Talang dan lembah di Batu Panjang. Pada bagian selatan dan Barat daya terdapat beberapa perkampungan termasuk ujung daerah ini, antara lain : Wansiro, W.N. Sabu, W.N. Balai, Kandang Ditabik, Pauh, Nonggau, Anak Kayu Parak Anau, Kayu Rampak, Mandatar, Ganting Gadang

Adapun yang kedua, kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan seperti ontaran batu (pijar), hujan abu lebat.
Daerah ini meliputi radius 5 km dari pusat kawah yang umumnya terdiri atas hutan alam dan hutan lindung.

Luas daerah Kawasan Rawan Bencana II dengan luas 120,6 km persegi dengan jumlah penduduk kurang lebih 15.721 jiwa (menurut catatan sipil pada tahun 1999).

Pada Kawasan Rawan Bencana Il masyarakat diharuskan mengungsi jika terjadi peningkatan kegiatan gunungapi atas rekomendasi dari PVMBG sampai daerah ini dinyatakan aman kembali. Pernyataan bahwa harus mengungsi, tetap tinggal di tempat, dan keadaan sudah aman kembali, diputuskan oleh pimpinan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kawasan Rawan Bencana III

Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava, lontaran bom vulkanik. Pada Kawasan Rawan Bencana III tidak diperkenankan untuk hunian tetap dan penggunaan bersifat komersial.

Adapun pernyataan daerah tidak layak huni diputuskan oleh pimpinan Pemerintah Daerah atas rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Kawasan ini meliputi daerah puncak dan sekitarya dengan radius 3 km dari pusat erupsi, termasuk kaldera Bancah, dengan morfologi yang terjal berbatu dan tidak ada hunian, daerah ini mempunyai luas 33,3 km persegi.

Waspada Bencana Susulan

PVMBG sampai hari ini masih menetapkan status Gunungapi Marapi pada level III atau ‘Siaga’. Seluruh gejala vulkanologi dari gunungapi berketinggian 2.891 mdpl ini masih sangat berpotensi terjadi.

Di sisi lain, menurut informasi prakiraan cuaca oleh Stasiun Meterologi Minangkabau, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang masih berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Sumatera Barat hingga dua hari kedepan, pada saat momentum Hari Raya Idul Fitri tahun 2024 atau pada hari Rabu-Kamis (10-11/4).

Beberapa jenis bencana yang dapat dipicu oleh faktor cuaca dan dampak dari aktivitas vulkanologi Gunungapi Marapi masih sangat berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Agam, Tanah Datar, Padang Panjang, Padang Pariaman, Pasaman Barat, Pariaman, Pesisir Selatan, Payakumbuh, Solok, Solok Selatan, Limapuluh Kota, Kota Padang, Kota Bukittinggi dan Kota Solok.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved