Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 7 April 2024, “Mengalami Kerahiman Allah”
Yesus datang ketika mereka berkumpul dan memberikan mereka damai. Ini juga menjadi titil tujuan doa dan perayaan liturgi kita.
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 7 April 2024, dengan judul “Mengalami Kerahiman Allah”.
Renungan Harian Katolik Minggu 7 April 2024, dengan judul “Mengalami Kerahiman Allah ditulis oleh Pater Chris Surinono, O.C.D dan mengacu dalam Bacaan Injil: Yoh 20: 19-31.
Kita memasuki Minggu kedua Paskah, minggu dimana St. Yohanes Paulus II menjadikan sebagai Minggu Kerahiman.
Paus Fransiskus mengajak umat untuk menjadi pribadi yang mengalami kerahiman dan sekaligus menjadi pewarta Allah yang rahim. Ajakanya bergema ditengah dunia yang penuh dengan kepura-puraan dan masa bodoh.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 6 April 2024, Menjadi Saksi Bukan Soal yang Mudah
Kerahiman Allah Bapa, demikian kata Paus Fransiskus selalu ada dan tercurah untuk umat-Nya: Allah wujudkan itu dalam mengasihi dan mengampuni; dalam merangkul kembali mereka yang hilang dan sedang patah semangat hidup dan lesu imannya.
Gereja, demikian tegas Bapa Suci, perlu menampilkan wajah Allah yang rahim, yang selalu mengampuni dan mengasihi tanpa batas.
Seperti Allah dalam Yesus Kristus yang selalu mengampuni dan merangkul kembali (Mk 2, 5), demikian juga “Gereja mempunyai tanggung jawab untuk mewartakan kerahiman Allah” (Misericdia Vultus, 12).
Bacaan Injil hari ini, Yoh 20: 19-31 memberikan kita gambaran tentang Allah yang selalu peduli dan mau memperlihatkan diri dan seluruh kerahiman-Nya kepada dunia, kepada siapa saja yang sedang membutuhkan-Nya. Kita bisa temukan empat pesan spiritual dari perikop Injil ini.
Pertama, pengalaman merayakan hari Minggu bersama komunitas. Kita tahu bahwa Injil Yohanes ini di tulis sekitar tahun 90-an. Dan pada saat itu gereja lokal tempat pewartaan Yohanes ini, sudah memiliki kebiasaan baik untuk berkumpul dan merayakan liturgi bersama hari Minggu.
Artinya Yohanes menekankan bahwa perayaan mingguan sudah dimulai dan dirayakan bersama dalam komunitas gereja lokal ini. Tidak heran ia tegaskan pada kalimat pertama perikop ini: “Pada malam pertama sesudah sabat, berkumpulah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu terkunci…dan datanglah Yesus berdiri ditengah-tengah mereka dan berkata, damai sejahtera bagi kamu!”.
Pesan pertama untuk kita disini adalah bahwa berkumpul bersama pada hari Minggu itu tertera dalam Injil dan Yesus datang menjumpai. Yesus selalu ingin bertemua dan kita perkumpul bersama agar kita menjumpai-Nya.
Kedua, pengalaman Yesus sebagai pusat segalah-galanya. Ia menjadi titik sentral dimana semua yang lainnya berkumpul dan bersatu. Yesus datang ketika mereka berkumpul dan memberikan mereka damai. Ini juga menjadi titil tujuan doa dan perayaan liturgi kita.
Artinya yang lain-lain, termasuk para petugas liturgi dan perayaan itu sendiri tidak boleh menjadi penghalang mata dan hati orang beriman untuk menjadikan Yesus sebagai pusat, dasar dan tujuan doa-doa. Kita perlu membukan hati dan membiarkan diri agar Ia menjadi pusat, tujuan dan orientasi hidup kita.
Ketiga, pengalaman Kristus yang sama sebelum wafat dan sesudah kebangkitan. Ini diperlihatkan oleh St. Tomas. Ia ragu dan tidak percaya. Ia mempunya alasan dan sekaligus pesan bahwa sebelum ia sendiri mengalami kehadiran Yesus, maka ia tidak akan percaya hanya atas omongan orang lain. Ia meminta agar Yesus memperlihatkan bekas luka dipaku dan tombak.
Keraguan St. Thomas ini juga sekaligus penegasan bahwa Kristus yang sama, sebagaimana yang ia kenal sebelum wafat dan sesudah kebangkitan-Nya. Ia mengajak kita untuk merasakan dan mengalami Kristus yang bangkit ini secara pribadi dengan selalu mencaritahu dan berdoa.
Keempat, pengalaman dihembusi Roh Kudus. Dikatakan bahwa “Yesus menghembusi mereka dan berkata, Terimalah Roh Kudus….”. Yesus memberi hidup, hidup yang diawali oleh kekuatan dan bimbingan Allah sendiri, yakni Roh Kudus. Itu hidup baru yang diberikan Yesus Kristus sendiri.
Mereka yang menyakini kebangkitan Kristus perlu merasakan bahwa Roh Kudus ada dan selalu ada untuk menguatkan dan memberi arahan ke jalan yang baik dan benar. Roh Allah selalu diberika Yesus agar kita bisa hidup sesuai bimbingan Allah sendiri.
Keempat point ini sungguh diperlukan dunia dewasa ini. Sebagaimana juga pengetahuan danpengalaman akan kerahiman Allah sungguh kita perlukan saat ini.
Kehidupan social semakin individual dan egositis yang diperlihatkan dengan segala ketimpangan, korupsi disegala lini kehidupan; menghadapi Dunia yang terkikis oleh degradasi moral dan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual, Gereja, kita semua perlu merasa bertanggung jawab untuk memperlihatkan wajah yang lain; wajah yang baik dan benar; wajah yang bermartabat.
Gereja perlu menjadi corong terdepan yang tampil mewartakan bukan soal prinsip hukum dan teologis, melainkan menjadi ibu dan gembala yang sedang bersama mencari pengampunan dan kasih kerahiman Allah sendiri.
Dengan demikian, pada akhirnya kita bisa berkata, meminjam kata-kata dari St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus dalam nada syukur bahwa “segala-galanya adalah rahmat”.(*)
Ikuti Berita di POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.