Parodi Situasi
Parodi: Damai Lebaran Tanah Airku
Sekarang Lebaran, Idul Fitri 1 Syawal 1445 H. Akan jatuh pada hari Rabu, 10 April 2024. Semoga lancar-lancar saja, baik-baik saja.
Oleh Maria Matildis Banda
POS-KUPANG.COM - Sekarang Lebaran, Idul Fitri 1 Syawal 1445 H. Akan jatuh pada hari Rabu, 10 April 2024.
Semoga lancar-lancar saja, baik-baik saja, aman-aman saja. Demi tanah airku Indonesia.
Setelah selama sepekan ini perang urat saraf disaksikan dengan begitu mudah melalui televisi dan berbagai media cetak dan online. Mari hening sejenak bersama saudara-saudari kita yang merayakan.
“Apakah tema Lebaran sudah tepat untuk kita berempat?” “Ya, khusus bagi kita berempat temanya “Damai Lebaran Tanah Airku…” “Kurang cocok, menurut saya,” sambung Jaki. “Hei Nona Mia! Mau damai bagaimana?
Kita semua saksi mata, saksi telinga, saksi perasaan, saksi pikiran, bagaimana perang urat saraf yang terjadi soal kursi presiden.
Perang terjadi antara 01 dan 03 sebagai pasangan yang kalah melawan 02 sebagai pasangan yang menang. Kira-kira mau dibawa kemana negara tercinta ini?
Jika perang terus terjadi…” “Kamu jangan bicara seenaknya e,” potong Rara. “Perang antara siapa dan siapa?” “Antara calon yang gagal dan yang menang toh. Bukankah perang namanya?
Ribut setiap hari dengan berbagai tuduhan, umpatan, penghinaan, bahkan yang jauh lebih menyedihkan, perang verbal ini terasa sakit sampai ke jantung…” Jaki mengurut data.
“Bagaimana menurut kamu Benza dan Nona Mia? Apakah benar kata-kata Jaki ini?” “Tentu saja benar!” Potong Jaki. “
Apakah kamu tidak lihat dan dengar sendiri? Para tokoh siapa pun itu yang berusaha membela dan mempertahankan pendapat dengan kata-kata kasar.
Sampai kita tidak tahu lagi apa dan yang mana yang harus kita dengar dan panuti. Yang mana yang benar dan yang mana yang salah. Bukan perang kah namanya?”
“Kamu berlebihan, Jaki!” kata Nona Mia dengan tenang. “Ini yang namanya dinamika demokrasi. Bukan perang. Paslon yang merasa dicurangi memiliki hak untuk menggugat.
Pasangan yang kalah tentu saja terkejut dengan hasil yang di luar presdiksi mereka. Yakin menang e tahunya kalah.” “Itu tadi! Terjadilah perang!” sambar Jaki.
“Kamu omong sembarang saja,” sambung Benza.
“Negara menyiapkan waktu, tempat, dan ruang untuk mencari keadilan. Ini proses yang sedang berlangsung saat ini. Biarkan saja… beri kesempatan, beri kehormatan, biar semua mati hati dan mata pikiran setiap orang, terbuka.
Terutama untuk para pemimpin di tanah air ini, para penguasa, para penentu kebijakan, dan tokoh-tokoh di seputar mereka bisa introspeksi diri. Ada masalah apa? Siapa sebenarnya yang memulai semua ini…”
“Meskipun kita semua sudah tahu apa masalah utamanya, sehingga perang dalam tanda petik ya, bisa terjadi. Rasa hormat sebagai sesama warga negara sesama saudara setanah air ternoda karenanya. Menyedihkan sekali…tetapi biarlah berjalan seperti ini. Sudah terjadi, kita ikuti saja,” kata Nona Mia dengan muram.
“Kira-kira kapan perang ini berakhir?” tanya Jaki. “Hei perang lagi. Kata-kata kamu punya itu tidak pantas,” potong Rara. “Ya, perlu tahu! Siapa yang keluar sebagai pemenang? Bagaimana masa depan Negara dan tanah air tercinta ini?” jawab Jaki.
“Ini yang perlu kita semua jaga,” kata Nona Mia. “Kita jangan ikut-ikutan rusuh. Siapa pun yang menang nanti, kita harap negara kita panjang umur dan bisa jaga tanag air tercinta ini.”
“Kita patut ucapkan salam untuk saudara-saudari se Tanah Air Tercinta. Tanah airku Indonesia… Pulau kelapa yang amat subur…Pulau melati pujaan bangsa…sejak dulu kala…” Benza menyanyi disambung Jaki, Nona Mia, dan Rara.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.