Begini Kronologi Lengkap Kasus Pengeroyokan di Desa Naib Kabupaten Timor Tengah Selatan
Dia menerangkan, kejadian itu bermula dari kesalahpahaman terkait pipa air yang dipindahkan pihak korban ke luar wilayah kebun miliknya.
Penulis: Adrianus Dini | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Adrianus Dini
POS-KUPANG.COM, SOE - Hermes Edison Kause (51) warga Taum RT 017 RW 007, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan ditemani Araksi dan Pospera TTS melaporkan kasus pengeroyokan yang dialami dirinya ke Polres TTS, Selasa, 26 Maret 2024.
Kasus tersebut dipercayakan Hermes dan keluarga agar didampingi Tim ARAKSI dan Pospera TTS. Terkait kronologis kejadian, kepada Pos Kupang, Ketua ARAKSI NTT, Alfred Baun membeberkan sejumlah fakta yang terjadi.
Dia menerangkan, kejadian itu bermula dari kesalahpahaman terkait pipa air yang dipindahkan pihak korban ke luar wilayah kebun miliknya.
"Pipa itu dipasang oleh aparat desa karena ada program dana desa untuk pengadaan air bersih. Pipa itu dipasang melalui lahan dari mama Martha E.S Liunesi tanpa sepengetahuan mereka," ungkapnya. Karena lahan tersebut dimanfaatkan untuk menanam tanaman ujar Alfred, pihak keluarga mengajukan permohonan agar pipa itu dipindahkan.
"Mereka mengajukan permohonan kepada RT, RW sampai kepala desa untuk kalau bisa pipa itu dibongkar kembali karena akan menghambat tanaman mereka yang ada di kebun. Kalau musim panas mereka bakar lahan untuk menanam. Mereka takut kalau pipa nanti ikut terbakar sehingga mereka meminta supaya kalau bisa pipa itu dikeluarkan dari lahan kebun, tetapi tidak direspon," bebernya.
Baca juga: Ditemani ARAKSI dan POSPERA TTS Korban Pengeroyokan di Desa Naib Polisikan Pelaku
Nanti kemudian ada penjelasan dari kepala desa bahwa setelah pemilu baru akan dibuka atau akan duduk bersama untuk membahas. Namun setelah pemilu juga hal tersebut tidak dilaksanakan," ucapnya."Tiba-tiba ada juga kejadian orang potong pipa di luar pagar, sehingga bapak dengan mama ini sepakat untuk mengeluarkan pipa ini karena tidak ada orang yang bertanggungjawab. Mereka kuatir kalau ada yang menganggap bahwa mereka yang merusakkan pipa ini. Sehingga mereka keluarkan pipa ini dari lahan kebun ke luar pagar," tambahnya.
Ketegangan mulai terjadi kata Alfred, saat kepala dusun mendatangi rumah Hermes untuk membicarakan pemindahan pipa tersebut.
"Ada informasi yang sampai ke dusun. Lalu datanglah dusun. Mereka berbicara baik-baik. Dalam pembicaraan itu, dusun berupaya mempersalahkan mereka dalam konteks bongkar pipa ini. Pada saat itu bapak ini tidak terima baik. Bapak ini bilang dia sudah meminta pihak aparat desa untuk melepaskan pipa ini, tetapi karena belum juga dilepas aparat desa pihaknya sehingga pihaknya mengeluarkan pipa yang ada," bebernya.
"Karena adu mulut, bapak ini sempat pukul bapak dusun dan sempat luka. Waktu itu beliau datang ke rumah juga dalam keadaan mabuk. Hal itu terbukti dari bau alkohol yang tercium dari mulut. Usai kejadian, mereka sudah langsung berdamai. Mereka duduk bersama-sama untuk selesaikan masalah yang ada," tambahnya.
Dikatakan, sepulangnya kepala dusun, datang saudara dari kepala dusun membicarakan kondisi itu.
"Saat dusun ini sudah pulang, tak lama kemudian datanglah pak dusun ini punya kk. Waktu datang kakaknya ini berteriak di jalan. Pihak keluarga ini minta agar yang bersangkutan masuk, tetapi dia tidak mau masuk. Dia pulang dan kemudian datang lagi dengan 2 motor. Keluarga undang untuk masuk, tetapi mereka tidak masuk, tetapi pihak keluarga sudah ada rasa takut karena ada banyak massa," tandasnya.
"Ada juga bahasa yang mengancam bahwa mereka akan bakar rumah kalau bapak dan mama ini tidak keluar. Tentu bapak dan mama ini memilih untuk mengamankan diri dan tidak mau keluar dari dalam rumah. Mereka berlindung di dalam rumah kurang lebih 2 jam," tambahnya.
Baca juga: BREAKING NEWS: Hakim Pengadilan Tipikor Kupang Vonis Bebas Ketua ARAKSI NTT Alfred Baun
Atas kondisi yang ada lanjut Alfred, datanglah hansip untuk meyakinkan korban bahwa mereka akan melindungi korban.
"Kemudian, datanglah hansip ini dan meyakinkan bapak dan mama ini untuk keluar dan mereka akan mengamankan situasi. Bapak dan mama ini tetap tidak mau keluar karena massa sudah semakin banyak. Bahkan ada yang mulai lempar rumah, pukul meteran listrik," tandasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.