Harga Beras, Cabai dan Telur Naik, Daya Beli Masyarakat Terpukul di Momen Ramadan
Cabai merah keriting naik 3,58 persen menjadi Rp 67.490/kg dan cabai rawit merah naik 3,29 persen menjadi Rp 64.920/kg.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Sejumlah komoditas seperti beras, cabai-cabaian hingga telur terpantau naik harga pada hari kedua bulan Ramadan, Rabu (13/3/2024).
Berdasarkan Data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Rabu (13/3/2024) pukul 10.45 WIB, harga beras premium naik tipis 0,30 persen menjadi Rp 16.530/kg, bawang putih bonggol naik 1,19 persen menjadi Rp 40.660/kg.
Cabai merah keriting naik 3,58 persen menjadi Rp 67.490/kg dan cabai rawit merah naik 3,29 persen menjadi Rp 64.920/kg.
Berikutnya, harga telur juga alami kenaikan 0,79 persen menjadi Rp 31.970/kg, gula pasir naik 0,06 persen menjadi Rp 17.850/kg, minyak goreng curah niak 0,06 persen menjadi Rp 15.660/liter dan jagung naik 1,08 persen menjadi Rp 8.410/kg.
Meski demikian, beberapa komoditas lainya terpantau turun harga. Harga beras medium turun 0,49 persen menjadi Rp 14.310/kg, kedelai biji kering impor turun 0,68 persen menjadi Rp 13.170/kg, bawang merah turun 0,52 persen menjadi Rp 34.130/kg dan daging sapi murni turun 0,22 persen menjadi Rp 135/820/kg.
Berikutnya, daging ayam juga mengalami penurunan harga 0,05 persen menjadi Rp 38.800/kg, minyak goreng kemasan sederhana turun 0,17 persen menjadi Rp 17.700/liter, tepung terigu curah turun 0,56 persen menjadi Rp 10.580/kg dan garam halus turun 1,29 persen menjadi Rp 11.500/kg.
Sementara itu, di tengah daya beli masyarakat yang terpukul akibat lonjakan harga pangan beberapa waktu terakhir ditambah momen Ramadan dan Idul Fitri, ekonomi Indonesia ditaksir masih mampu tumbuh di kuartal I 2024.
Menilik data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal I 2023, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,03 persen year on year (YoY), memang kuartal I tahun lalu juga bertepatan dengan momen Ramadan.
Pada periode tersebut konsumsi rumah tangga menyumbang pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar 4,54 persen YoY. Adapun di kuartal I 2024 ini, pertumbuhan ekonomi juga diproyeksikan mencapai 5-5,1 persen.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal memproyeksikan pada kuartal I ini pertumbuhan ekonomi masih di kisaran 5 persen.
Menurutnya, penyumbang pertumbuhan tersebut dari industri manufaktur, perdagangan dan pertanian.
“Tapi momen Ramadan di bulan Maret, juga mendorong sektor ritel perdagangan dan penyediaan makanan minuman juga tumbuh relatif lebih tinggi,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (12/3/2024).
Faisal menyebutkan, di sektor pertanian juga bakal menjadi penyumbang pertumbuhan di kuartal I ini karena memasuki musim panen di Maret ini, sehingga menambah produktivitas ekonomi.
“Satu lagi karena kemarin ada momen pilpres di Februari juga mendorong tingkat konsumsi walaupun kontribusinya tidak sebesar di periode pemilu sebelumnya,” sebutnya.
Faisal mengungkapkan, hal yang perlu diwaspadai adalah tekanan dari kebijakan fiskal menjelang pemerintahan baru. Di mana, kata dia, khawatirkan pemerintahan baru cenderung mengejar pemasukan dari belanja yang harus direalisasikan sesuai janji kampanye.
“Seperti makan siang gratis, kemungkinan besar akan memakan porsi program lain yang sudah ada dan menambah dorongan untuk meningkatkan penerimaan,” ungkapnya.
Dia bilang, naiknya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) demi memenuhi peningkatan dari sisi belanja. Tetapi di saat yang sama, peningkatan penerimaan secara tidak hati-hati akan berdampak pada daya beli masyarakat.
“Apalagi diprediksi global tumbuh melambat, mitra dagang kita tumbuh lebih lambat tahun ini dikhawatirkan akan berimbas ke ekonomi domestik, termasuk selain ekspor-impor, juga konsumsi rumah tangga,” tandasnya.
Ekonom Center of Economic an Law Studies (Celios) Nailul Huda menyebut pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024 bisa mencapai level 5 - 5,1 persen.
Menurutnya, momen Ramadan membawa efek positif ke konsumsi rumah tangga. “Kenaikan harga tidak akan mengurangi konsumsi rumah tangga di bulan Ramadan, hanya memperlambat,” katanya kepada KONTAN.
Huda menuturkan, seperti tahun sebelumnya, tiap kuartal yang bertepatan dengan momen Ramadan Dan lebaran biasanya lebih tinggi pertumbuhan ekonominya.
Dia bilang, ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang meningkat pada momen tersebut terutama pangan dan sandang. “Biasanya yang naik adalah sektor penyediaan makan dan minum, industri tekstil dan telekomunikasi,” pungkasnya.
Pemerintah jaga daya beli
Pemerintah melihat upaya untuk menjaga daya beli akan menjadi kebijakan yang berkesinambungan.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian Ferry Irawan menjelaskan, kebijakan tersebut tidak hanya berfokus kepada masyarakat kelas bawah sebagai bentuk menjaga pengeluaran di tengah ketidakpastian ekonomi.
"Akan tetapi juga memastikan masyarakat kelas menengah memiliki insentif untuk tetap meningkatkan konsumsi di tengah ketidakpastian ekonomi," ujar Ferry kepada Kontan.co.id, Selasa (12/3/2024).
Ia menyampaikan, stimulus untuk masyarakat kelas menengah tetap berjalan, seperti insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) untuk sektor perumahan serta sektor kendaraan bermotor khususnya kendaraan bermotor listrik berbasis baterai dalam bentuk PPN DTP.
Sementara untuk masyarakat kelas bawah, penyaluran bansos reguler tetap dilakukan sesuai perencanaan maupun bantuan pangan beras yang disalurkan Januari hingga Maret 2024 dan dapat diperpanjang dari April sampai Juni 2024 dengan catatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih memungkinkan.
"Kita harapkan mampu menahan transmisi adanya gejolak harga terhadap potensi kenaikan angka kemiskinan," katanya.
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky menilai pemberian bantuan sosial perlu dilanjutkan mengingat daya beli masyarakat yang semakin menurun. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.