Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 9 Maret 2024 Kasihanilah Aku Orang Berdosa Ini
Renungan Harian Bruder Pio Hayon SVD Hari Sabtu Pekan Prapaskah III merujuk pada Bacaan I: Hos. 6: 1-6, Injil : Mrk. 18: 9-14
Oleh Bruder Pio Hayon SVD
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis Bruder Pio Hayon SVD mengangkat judul Kasihanilah Aku Orang Berdosa Ini.
Renungan Harian Bruder Pio Hayon SVD Hari Sabtu Pekan Prapaskah III merujuk pada Bacaan I: Hos. 6: 1-6, Injil : Mrk. 18: 9-14
Berikut ini teks lengkap Renungan Harian Katolik yang ditulis, Bruder Pio Hayon SVD.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Selalu merasa rendah di hadapan Tuhan adalah bagian dari sebuah kebajikan kristiani yang olehnya kita semua tetap merasa bergantung pada penyelenggaraan Tuhan.
Sikap memohon belaskasihan di hadapan Tuhan juga tanda bahwa kita manusia selalu hanya bisa hidup karena berkat belas kasihan Tuhan sendiri.
Maka ketika kita mulai menyombongkan diri di hadapan Tuhan maka kita akan memulainya dengan merendahkan orang lain di sekitar kita. Maka kita perlu selalu tunduk di hadapan Tuhan yang Maha Kuasa.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Hari ini, di hari terakhir pekan prapaskah ketiga, gereja menyediakan kepada kita bacaan-bacaan suci untuk kita renungkan dan refleksikan bagi kehidupan kita secara khusus di masa prapaskah ini.
Pada bacaan pertama, kitab nabi Hosea kembali menegaskan pemberitaannya kepada bangsa Israel untuk berbalik kepada Allah dari tindakan mereka yang salah di mata Tuhan karena Allah maha pengasih dan penyayang.
Hosea mengajak bangsa Israel untuk berbalik kepada Tuhan: “Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan sebab Dialah yang telah menerkam tetapi lalu menyembuhkan kita, yang telah memukul dan membalut kita.”
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 8 Maret 2024 Berjudul, Hukum Yang Utama
Hosea dalam pengajarannya kepada bagsa Israel mewakili Tuhan berfirman kepada mereka: “Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan. Aku menyukai pengenalan akan Allah lebih dari pada kurban-kurban bakaran.”
Sekali lagi Tuhan bersabda kepada bagsa Israel itu agar selalu mengikuti perintah dan kehendak Tuhan Allah mereka dengan semakin mengenal Allah dengan hidup mereka yang benar dari pada doa dan kurban yang mereka persembahkan kepadaNya karena Allah itu pengasih dan penyanyang dan Dia suka akan kasih setia umatNya.
Prihal doa dan kurban inilah yang ditekankan Yesus dalam pengajaranNya dalam perumpaman tentang dua orang yang pergi berdoa di bait Allah, yang seorang adalah orang Farisi dan yang lainnya pemungut cukai.” Lalu kisah dilanjutkan dengan cara kedua orang ini ketika berdoa.
Dikisahkan bahwa kedua orang itu masuk bait Allah dan mulai berdoa. Kisah fokus pada cara mereka berdoa.
Orang Farisi itu berdoa demikian: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu karena aku tidak sama seperti semua orang lain, aku bukan perampok, bukan lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Dan dipihak lain pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh bahkan ia tidak berani menengadah ke langit melainkan ia memukul diri dan berkata, Ya Allah kasihanilah aku orang berdosa ini.”
Dari dua kisah ini, Yesus membenarkan pemungut cukai itu karena dia telah merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui kesalahannya.
Dibandingkan dengan orang Farisi itu, kelihatan sangat menyombongkan dirinya di hadapan Tuhan dengan segala yang telah dia perbuat bahkan melakukan kewajiban agama dengan sangat baik namun pada saat yang sama dalam doanya itu dia menghakimi sesamanya termasuk pemungut cukai yang juga sedang berdoa.
Yesus dalam pengajaran ini mau menyampaikan kepada kita bahwa di hadapan Tuhan kita semua ini sama dan kecil di mata Tuhan. Kita tidak memiliki hak apapun untuk menghukum orang lain di hadapan Allah atau bahkan merendahkan orang lain apalagi dalam suasana berdoa.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 7 Maret 2024 Berjudul, Bersama Yesus Kita Terbebas dari Kuasa Jahat
Saat berdoa adalah saat berada di hadirat Allah maka yang kita lakukan adalah menyerahkan diri kita apa adanya bahkan segala kesalahan dan dosa kita di hadapanNya seperti dilakukan oleh pemungut cukai itu dan memohon belaskasihan di hadapanNya.
Dan dia dibenarkan di hadapan Tuhan. Kita pun sering melakukan hal yang sama ketika kita berdoa. Dalam berdoa, kita cenderung melihat kepada orang lain yang kita tidak sukai bahkan pada saat berdoa, kita masih membuat gosip atau ceritakan nama orang saat beribadah.
Kita lebih cenderung fokus pada orang lain sampai merendahkan atau menghakimi orang lain dari pada fokus dengan hidup dan diri kita yang juga penuh dengan dosa dan salah.
Maka marilah kita belajar seperti pemungut cukai itu untuk selalu rendah hati dan merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mohon belaskasihanNya.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: semua kita telah diberi berkat sebagai anak-anak Allah melalui pembaptisan kita. Kedua, namun kita juga tetap manusia berdosa yang tentu ada kecenderungan untuk berbuat dosa dan salah.
Ketiga, maka kita harus tetap bersikap rendah hati di hadapan Allah dan sesama dengan tidak menghakimi atau merendahkan orang lain tetapi selalu mohon belas kasih dari Tuhan.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.