Berita Timor Tengah Utara
Harga Beras di Timor Tengah Utara Melonjak
Pasalnya, meningkatnya harga pasar ini seolah-olah tidak disebabkan oleh satu atau dua hal lainnya seperti kenaikan harga BBM.
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon
POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Harga beras di Kabupaten Timor Tengah Utara melonjak "tak karuan". Harga tersebut meningkat jelang dan setelah perhelatan Pemilu 2024.
Lonjakan harga beras di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara ini mendapat respon dari masyarakat Kota Kefamenanu. Warga keluhkan harga beras yang meningkat drastis.
Seorang warga Kota Kefamenanu bernama Jovan mengeluhkan harga beras dan kebutuhan pokok lainnya yang cenderung naik cukup tinggi.
Hal ini menjadi kekhawatiran masyarakat. Pasalnya, meningkatnya harga pasar ini seolah-olah tidak disebabkan oleh satu atau dua hal lainnya seperti kenaikan harga BBM.
Baca juga: Ini Jumlah Formasi PPPK yang Diusulkan Pemkab Timor Tengah Utara Tahun 2024
Ia meminta Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara untuk serius merespon keluhan warga ini dengan melakukan pengecekkan di gudang para distributor.
Menurutnya, harga beras medium dan premium saat ini mencapai Rp. 15.000 hingga Rp. 16.000 perkilogram. Harga ini terasa mencekik pasalnya meningkat tanpa sebab yang diketahui.
Sementara itu saat ditemui POS-KUPANG.COM, Rabu, 28 Februari 2024, seorang penjual bahan sembako di Pasar Baru, Kota Kefamenanu bernama Rosmin mengatakan, harga beras biasa yang diambil dari Pulau Sulawesi Rp. 16.000 perkilogram.
Sebelumnya, harga beras tersebut berkisar antara Rp. 13.000 hingga Rp.14.000 perkilogram. Harga tersebut baru meningkat beberapa waktu terakhir pasca Pemilu 2024.
"Harga baru naik baru-baru ini. Naik setelah Pemilu ini baru Rp. 16.000,"ungkapnya.
Harga beras per karung dalam kemasan 50 kg, 40 kg, 10 kg dan 5 kg, kata Rosmin, meningkat variatif berdasarkan merk. Harga berkisar antara Rp. 350.000 per karung hingga Rp. 750.000 per karung.
Ia mengaku, melonjaknya harga beras tersebut, tidak diikuti dengan meningkatnya minat beli masyarakat. Pasca kenaikan harga, toko sembako miliknya sepi dikunjungi pembeli.
Sementara itu, lanjutnya, untuk harga minyak goreng jenis Bimoli masih stagnan dan tidak mengalami peningkatan. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.