Wisata NTT
Wisata NTT , Gunung Fatuleu Keajaiban Alam yang Mempesona Hingga Penanda Petani
Kabupaten Kupang menyimpan begutu banyak gunung dan perbukitan batu raksasa yang indah Dan, salah satu keajaiban alam di wilayah ini adalah Gunung
Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
Warga Kampung Sublele, Desa Nunsaen, Marthen Kake (19), yang beberapa kali berperan sebagai pemandu tamu Gunung Fatuleu, menyebutkan, jika pengunjungnya sekelompok remaja hampir dipastikan ada pemanduan untuk kegiatan memanjat tebing.
Baca juga: Wisata NTT , Bukit Humon Lelogama yang Viral,Kabut Tipis Usai Hujan Bikin Nuansa Romantis ala Eropa
Ada pula pemanduan bagi tamu yang khusus mengunjungi Goa Nualeu dan juga mesbah di sekitarnya.
”Kelompok tamu yang membutuhkan pemanduan itu hanya untuk mereka yang berniat mengunjungi Goa Nualeu atau panjat tebing. Kelompok pengunjung yang menyaksikan Gunung Fatuleu dari areal pondok peneduh tidak butuh pemandu,” tambah Rise Manbait (21), rekan Marthen Kake.
Selain berhawa sejuk, berbagai kisah beraroma mistis juga ikut mendongkrak daya tarik Gunung Fatuleu sebagai obyek wisata.
Konon, berbagai bencana atau peristiwa selalu didahului tanda khusus di Gunung Fatuleu. Sejumlah contoh di antaranya terkait Gerakan 30 September 1965, berpulangnya mantan Presiden Soekarno, mantan Presiden Soeharto, Ibu Tien Soeharto, mantan Presiden Gus Dur, gempa dan tsunami Flores, tsunami Aceh, dan banyak lagi.
”Semuanya didahului longsoran batu dari dinding atau puncak Gunung Fatuleu,” kisah tetua Marthen Suan (53). Berperan ganda Gunung Fatuleu sesungguhnya berperan ganda.
Selain obyek wisata berdaya tarik tinggi, juga merupakan penanda bagi petani di sekitarnya. Jika masih berpemandangan cerah, pertanda hujan musim masih jauh. Sebaliknya kalau kabut mulai mampir dan bertengger di puncak atau sekitar dinding gunung, itu isyarat hujan musim segera tiba.
Seperti diakui sejumlah tetua, isyarat itu dibutuhkan para petani untuk mengatur waktu tanam ladangnya secara tepat. Kawasan luas di sekitar Gunung Fatuleu merupakan wilayah empat kecamatan.
Selain Fatuleu Tengah, tiga kecamatan lain adalah Fatuleu, Fatuleu Barat, dan Takari. Warga empat kecamatan itu umumnya petani lahan kering dan peternak sapi.
Sejumlah petani di kawasan itu, Jumat (30/10/2015), mengakui ladang mereka sebenarnya sudah siap ditanami benih jagung, padi, dan kacang tanah.
Meskipun waktunya sudah tiba, mereka belum berani melakukan tahapan kegiatan itu karena kabut belum kunjung datang dan menyelimuti atau bertengger sekitar puncak Gunung Fatuleu.
Para petani itu di antaranya Gerson Bait (61) dan Marthen Tafuakan (69). Keduanya warga Kampung Naifalo, Desa Nunsaen; dan Kampung Kofi, Desa Oelbitneno.
Kedua desa itu terletak di Kecamatan Fatuleu Tengah. Lainnya, Nikolaus Utan (41), warga Kampung Boni, Desa Tonaka, Kecamatan Fatuleu.
”Meskipun hujan belum turun, para petani biasanya segera menanami kebunnya dengan benih jagung, padi, dan kacangan kalau sudah menyaksikan puncak Gunung Fatuleu mulai berkabut. Kami punya kesaksian sejak turun-temurun bahwa hujan segera turun kalau gunung itu mulai berkabut,” kata Gerson Bait, tetua di kampungnya, Naifalo.
Tetua Naifalo lainnya, Marthen Tafuakan, menjelaskan, petani belum berani menanami ladang mereka selama kawasan Gunung Fatuleu tetap berpemandangan cerah. ”Kalau Fatuleu masih cerah, itu tanda hujan masih jauh,” jelas Marthen Tafuakan yang juga tokoh masyarakat Desa Oelbitneno. *
Artikel lain terkait Wisata NTT
Baca berita lain di Pos Kupang.com KLIK >>> GOOGLE.NEWS
Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.