Berita Internasional
Pemimpin Wilayah Papua Nugini yang Dilanda Perang Antarsuku Meminta Bantuan Australia
Setelah lebih dari 50 orang tewas dalam bentrokan di dataran tinggi negara itu, Gubernur Enga Peter Ipatas meminta polisi Australia untuk membantu.
POS-KUPANG.COM, PORT MORESBY - Gubernur provinsi Papua Nugini yang dilanda perang antarsuku yang meningkat meminta bantuan dari pasukan polisi asing, termasuk dari negara tetangga Australia.
Setelah lebih dari 50 orang tewas dalam bentrokan di dataran tinggi negara itu, Gubernur Enga Peter Ipatas meminta polisi Australia untuk membantu di lapangan.
“Kami sangat dekat dengan Australia, keamanan kami penting bagi Australia,” katanya kepada parlemen, menyerukan penempatan ke Enga.
“Mereka dapat memberi kita tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang kita inginkan, sehingga pada akhirnya budaya kepolisian dapat terlaksana dengan baik.”
Papua Nugini memperoleh kemerdekaan dari Australia pada tahun 1975, namun masih sangat bergantung pada bantuan dan dukungan Canberra.
Kepolisian Kerajaan Papua Nugini (RPNGC) yang kekurangan staf telah berjuang untuk mengatasi berbagai tantangan keamanan.
Bentrokan suku, perburuan penyihir, kerusuhan sipil, aktivitas geng, korupsi dan kejahatan dengan kekerasan merupakan hal yang mewabah di sini.
Namun pembunuhan brutal terhadap 64 pejuang suku di sepanjang jalan terpencil di dataran tinggi negara itu pada hari Minggu telah memicu kekhawatiran bahwa kekerasan semakin tidak terkendali.
Perdana Menteri James Marape menyebut serangan itu sebagai “terorisme dalam negeri” dan mengatakan kepada para pemilih yang marah, “Kami tahu bahwa ancaman nomor satu yang kami hadapi adalah pelanggaran hukum.”
Marape sudah menghadapi mosi tidak percaya menyusul kerusuhan mematikan di kota-kota besar bulan lalu.
Selama perdebatan sengit di parlemen pada hari Rabu, beberapa anggota parlemen mendukung seruan untuk meminta penempatan Polisi Federal Australia.
“Kami adalah bangsa yang bangga dan mandiri tetapi kami juga tidak terlalu bangga untuk meminta dukungan dari teman dan tetangga kami, tetapi di bawah komando kami,” demikian isi rancangan resolusi parlemen.
Baca juga: Papua Nugini Perang Antarsuku, Sedikitnya 53 Orang Tewas dalam Pembantaian di Dataran Tinggi
Teks tersebut juga menyerukan agar bantuan dicari dari Indonesia, Selandia Baru dan negara-negara kepulauan Pasifik lainnya.
Seorang juru bicara Kepolisian Federal Australia mengatakan para petugas telah berada di Papua Nugini selama bertahun-tahun, membantu dengan pelatihan, nasihat dan dukungan.
“AFP memantau dengan cermat situasi di PNG dan tetap berhubungan erat dengan RPNGC,” kata juru bicara itu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.