Breaking News

Berita NTT

Disnak NTT Catat Kematian Babi di NTT Capai 146 Kasus

Melky Angsar menyampaikan, biasanya kasus penyakit pada babi terjadi pada saat musim pancaroba dari panas ke hujan dan dari hujan ke panas.

POS-KUPANG.COM/EKLESIA MEI
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT, Drh. Melky Angsar M.Sc 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eklesia Mei

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dinas Peternakan atau Disnak Provinsi NTT mencatat sebanyak 146 kasus kematian pada babi di NTT akibat African Swine Fever (ASF).

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT, Drh. Melky Angsar M.Sc di ruang kerjanya, Rabu 21 Februari 2024.

Melky Angsar menyampaikan, biasanya kasus penyakit pada babi terjadi pada saat musim pancaroba dari panas ke hujan dan dari hujan ke panas.

"Sekarang ini, kita sedang mengalami musim hujan yang juga kita akan menuju musim kering. Belajar dari tahun sebelumnya yaitu pada  Bulan Januari dan Februari hewan (babi) banyak mati," ungkapnya.

Melky menyebut, berdasarkan data yang dihimpun dua bulan terakhir yaitu bulan Januari dan bulan Februari 2024, sebanyak 146 ekor babi yang telah mati dengan rincian pada bulan Januari 33 ekor dan bulan Februari 113 ekor.

Baca juga: Cek Virus ASF, Dua Sampel Babi Sakit di Flores Timur Dikirim ke Kupang

Untuk Bulan Januari, lanjut Melky, tersebar di 3 (tiga) Kabupaten yaitu Kabupaten Belu, Manggarai dan Sikka. Sementara, untuk bulan Februari tersebar di Kota Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Sumba Tengah, Ngada dan Sikka.

"Ketika musim pancaroba seperti ini tubuh hewan susah beradabtasi karena perubahan cuaca. Pertahanan tubuh tidak kuat sehingga mudah sakit," kata Melky.

Dikatakan Melky, Dinas Peternakan Provinsi sudah mengeluarkan surat sejak Bulan Oktober ke Kabupaten/Kota untuk terus waspada dengan musim pancaroba. Hal itu dilakukan agar hewan-hewan ditolong dengan biosecurity.

"Hewan lain tidak ada vaksinasi. Salah satunya cara adalah menjaga kebersihan kandang, tidak boleh sembarang orang masuk ke kandang, perlu diberi makan yang cukup agar kuat," sebutnya.

Melky menambahkan, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini lebih sedikit kasus yang ditemukan.

Yang mana, lanjutnya, pada tahun 2020 sebanyak 64 ribu ekor yang mati, tahun 2021 sebanyak 47 ribu ekor yang mati. (cr20)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved