Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Kamis 15 Februari 2024, Pemimpin dan Kekuasaan

Kekuasaan tidak menjadi alat memperjuangkan keadilan, melainkan alat menindas dan mengorbankan rakyat demi kenyamanan diri sendiri.

Editor: Oby Lewanmeru
Kompasiana.com
Ilustrasi pemimpin. Renungan Harian Kristen Kamis 15 Februari 2024 

POS-KUPANG.COM,KUPANG - Renungan Harian Kristen Kamis 15 Februari 2024, Pemimpin & Kekuasaan, merujuk pada Kitab Kisah Para Rasul 4:23-31.

Artikel ini dikutip dari buku Renungan Harian Suluh Injil, Ratapan dan Pengharapan yang diterbitkan Gereja Masehi Injili di Timor ( GMIT ).

POS-KUPANG.COM telah mendapat izin dari anggota Tim Penyusun Renungan Harian Suluh Injil edisi Februari 2024. 

Simak selengkapnya Renungan Harian Kristen berikut ini:

Materi Pendalaman Alkitab Kemarin, Rabu 14 Februari 2024, Indonesia menyelenggarakan pesta demokrasi, memilih pasangan calon pemimpin negara dan para calon wakil rakyat. Kita sudah memberi suara dan turut menentukan masa depan bangsa, negara, dan daerah kita, minimal lima tahun mendatang.

Hari ini kita sudah mendapat gambaran siapakah yang akan memimpin bangsa kita dalam lima tahun ini. Tahun 2024 ini juga sebagai gereja, GMIT sedang bergumul dengan issu keadilan, berdasarkan tema pelayanan periode 2024-2027 yang dikutip dari Kitab Mikha 6:8. Tema keadilan menyatakan harapan kita sebagai gereja, harapan yang tertuju kepada semua pihak, baik para pemimpin agama, pemimpin politik, pemimpin bangsa dan daerah, maupun rakyat biasa, termasuk anggota jemaat.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Rabu 14 Februari 2024, Melawan Dengan Benar

Terlepas dari siapa pemenang pemilihan presiden dan wakil presiden, dan segala dampaknya dalam relasi, sebagai gereja, kita dipanggil untuk melaksanakan bagian kita, dengan belajar dari jemaat mula-mula yang dipimpin oleh para rasul.

Di perikop sebelumnya, intimidasi yang dialami kedua rasul berakhir dengan keputusan para pemimpin agama Yahudi untuk membebaskan mereka.

Di satu sisi, keputusan para pemimpin agama, bukan karena mengakui kebenaran dan ketidakbersalahan kedua rasul secara adil, melainkan karena mereka tidak memiliki alasan untuk menahan atau pun melarang mengajar dan mengadakan mujizat.

Kekuasaan tidak menjadi alat memperjuangkan keadilan, melainkan alat menindas dan mengorbankan rakyat demi kenyamanan diri sendiri.

Pemimpin dan kekuasaan ibarat paket pembenaran diri. Realitas ini membuat kita sulit menaruh harapan kepada para pemimpin. Di sisi lain, para murid mengakui kebenaran di dalam Nama Yesus dan mewujudkannya dalam doa syukur bersama.

Melalui mereka kita belajar menata diri, memperkuat lembaga dan pelayanan, menghadapi realitas kepemimpinan dan kekuasaan yang tidak adil.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Selasa 13 Februari 2024, Nama Yesus Berkuasa

Pertama, semua anggota jemaat saling merangkul dalam doa syukur kepada Allah. Dalam doa, para rasul dan umat menyatakan pengakuan iman bahwa Allah Pencipta yang menetapkan segala sesuatu, penetapan itu telah disampaikan para nabi melalui nubuat sejak ratusan tahun sebelumnya, dan telah digenapi di dalam Yesus Kristus.

Kedua, berdasarkan pengakuan iman itu, maka dalam doa, mereka meminta anugerah komitmen dan keberanian untuk melawan ketidakadilan dan kepalsuan para pemimpin.

Menghadapi para pemimpin yang memakai kuasa untuk menindas dan mengancam, jemaat perdana mengambil langkah berani melawan.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved