Berita Manggarai Barat
BPOLBF Terapkan Konvergensi Tata Ruang Budaya di Parapuar Labuan Bajo
Lebih lanjut Frans menjelaskan Gendang One, Lingko Pe’ang adalah ruang hidup orang Manggarai yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur.
Penulis: Engelbertus Aprianus | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) akan menerapkan Konvergensi Tata Ruang Budaya seperti Gendang One, Lingko Pe’ang dalam pengembangan Kawasan Parapuar Labuan Bajo.
Hal ini disampaikan Plt. Dirut BPOLBF, Frans Teguh saat melakukan diskusi bersama pemerhati budaya RD. Inosensius Sutam.
Frans mengatakan BPOLBF terus berupaya menjadikan budaya sebagai basis nilai dan tonggak pengembangan pariwisata di DPSP Labuan Bajo secara umum dan khususnya di Kawasan Parapuar.
"Kami mengusung pendekatan tata ruang budaya di Parapuar dengan filosofi dan nilai kearifan lokal masyarakat Manggarai yaitu Gendang One, Lingko Peang. Sehingga nantinya, baik dari segi penataan ruang, bangunan, simbol, narasi, interpretasi, wisata edukasi, dan konsep yang ditawarkan di Parapuar juga adalah manifestasi dari filosofi tersebut," jelas Frans dalam keterangan yang diterima, Rabu 14 Februari 2024.
Lebih lanjut Frans menjelaskan Gendang One, Lingko Pe’ang adalah ruang hidup orang Manggarai yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur.
Baca juga: BPOLBF Segera Bangun Utilitas di Kawasan Parapuar Labuan Bajo
Ruang ini secara umum mencakup lima bagian, yaitu Kampung (Beo Bate Elor/ Natas Bate Labar), Rumah Adat (Mbaru bate Kaeng, Mbaru Gendang), Altar Persembahan/ Sesajian (Compang Bate Takung), Kebun (Uma Bate Duat/ Lingko), dan Sumber Air (Wae Bate Teku) adalah ruang hidup orang Manggarai yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur.
Dalam diskusi tersebut, RD Ino Sutam mendorong Way of Life Orang Manggarai, Kuni Agu Kalo harus dimunculkan dalam tata ruang yang akan dibangun di Kawasan Pariwisata Terpadu Destinasi Parapuar.
Romo Ino mengungkapkan bahwa perencanaan tata ruang dengan unsur filosofis ini dianalogikan seperti akar tumbuhan yang sering disepelekan tetapi merupakan bagian paling penting.
"Sering kita melihat bahwa bunga, daun, buah, dan menginjak akar. Seperti istilah Wake Caler Ngger Wa, Saung Bembang Ngger Eta, jadi akarnya itu harus kuat," jelasnya.
BPOLBF ke depan akan membuat Guidelines terkait Pengembangan Tata Ruang Budaya di Parapuar ini guna membuat Kawasan Pariwisata Terpadu Destinasi Parapuar memiliki roh/soul budaya Manggarai.
Budayawan Ino Sutam akan dilibatkan sebagai Tenaga Ahli dalam proses penajaman masterplan dan DED Destinasi Parapuar. (uka)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.