Berita NTT
Jadi Imam Konselebran Misa Syukur Reba, Pater Philipus Tule: Gereja Katolik Sangat Hargai Kebudayaan
Dikatakan Pater Philipus, Reba adalah satu kebudayaan Ngada sebagai suatu ritual tahun baru, syukur panen dan dirayakan setiap tahun.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Salah satu Imam Konselebran dalam Misa Syukur Reba, Pater Dr. Philipus Tulle, SVD mengatakan, Gereja Katolik sudah sangat menghargai kebudayaan.
Hal ini disampaikan Pater Philipus setelah misa syukur Reba di GOR Flobamora Kupang, Sabtu, 10/02/2024.
Dikatakan Pater Philipus, Reba adalah satu kebudayaan Ngada sebagai suatu ritual tahun baru, syukur panen dan dirayakan setiap tahun.
"Disitu sebenarnya mengungkapkan rasa syukur dari masyarakat Ngada kepada yang Ilahi yang mereka namakan Ngga'e Dewa, Ine Ebu, Ebu Nusi (leluhur) semua yang telah menyertai mereka dalam kehidupan dan pekerjaan mereka sepanjang tahun yang lalu dalam berbagai bentuk keberhasilan, panen, peternakan," kata Rektor Universitas Katolik Widya Mandira Kupang ini.
"Perayaan itu mengumpulkan kembali semua warga suku warga sao ngaza bahkan orang-orang yang telah menikah keluar pun kembali ke rumah utama, rumah Ebu, rumah leluhur, sa'o ne ngaza, rumah yang bernama, mereka kembali ke situ," lanjutnya.
Baca juga: IKADA Kupang Gelar Syukuran Reba di GOR Flobamora Kupang
Perayaan itu, kata Pater Philipus, ditandai dengan memanen ubi yang adalah simbol kehidupan untuk masyarakat di sana.
Panen ubi tersebut dirayakan dengan makan bersama, semacam perjamuan raya dan mereka menikmati itu.
"Jadi, unsur kebudayaan itu sebagai pesta panen, pesta tahun baru, pesta syukur dalam perjamuan raya bersama kemudian diadopsi sebagai bagian dari Liturgi Ekaristi Agama Katolik yang kita kenal dengan inkulturasi. Maksudnya adalah kegiatan membudayakan perayaan Liturgi itu menjadi bagian daripada kebudayaan. Itu yang disebut penyesuaian Liturgi dengan kebudayaan setempat," jelas Pater Philipus.
"Oleh karena itu, budaya Reba dirayakan dalam Ekaristi seperti kita alami pada hari ini, Reba yang dirayakan oleh masyarakat Ikatan Keluarga Ngada di diaspora Kupang, yang seharusnya itu dirayakan di kampung adat di Ngada tapi ini kita rayakan di diaspora Kupang disatukan dalam Ekaristi," katanya.
Lebih lanjut dikatakan, setelah perjamuan Ekaristi Misa, akan disusul dengan perjamuan Reba bersama.
"Begitulah kira-kira hubungan perayaan Reba dan perayaan Liturgi dengan nyanyian-nyanyian Liturgi yang bermotif adat Ngada, tarian-tarian bermotif Ngada dengan pakaian bermotif budaya Ngada semuanya sangat inkulturatif. Mengungkapkan kebudayaan Ngada dalam perayaan Ekaristi," tambahnya.
Baca juga: Warga Ngada di Kupang Syukuran Reba
Dikatakan, Gereja Katolik sudah sangat menghargai kebudayaan sehingga ada gerakan inkulturasi, penyesuaian Liturgi dengan budaya setempat.
"Kita di dalam negara juga dalam ideologi Pancasila atau dalam pembangunan masyarakat Indonesia yang maju dan sejahtera dan kita mau menyiapkan untuk Indonesia emas pada tahun 2045, salah satu aspek itu adalah pembangunan Kebudayaan bahwa masyarakat generasi muda Indonesia yang dikatakan akan mencapai usia emas seratus tahun pada 2045 itu salah satu aspeknya," ujar Pater Philipus Tulle.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.