Pilpres 2024

Analisa Pengamat Politik Jelang Debat Kelima Capres RI

Gambaran itu tentu puncaknya lahir sebuah tindakan sebagai bagian dari penerapan. Sisi lain, ide itu tentu dibangun berdasarkan kebutuhan masyarakat. 

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
Pengamat Politik dari Undana Kupang Yohanes Jimmy Nami saat berada di acara Podcast Pos Kupang menjelang debat kelima Capres. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Membaca secara holistik apa saja yang disampaikan oleh para capres, ada banyak isu yang menarik. Terutama dalam kaitan dengan kolaborasi isu dari capres dan cawapres. 

"Saya pikir ini, karena banyak aksentuasi yang sangat diharapkan masyarakat ketika bicara tentang hal-hal strategis, ide-ide besar dan itu memang kita harapkan," kata Pengamat Politik Undana Kupang, Yohanes Jimmy Nami di acara Podcast Pos Kupang, Minggu 4 Februari 2024 petang. 

Gambaran itu tentu puncaknya lahir sebuah tindakan sebagai bagian dari penerapan. Sisi lain, ide itu tentu dibangun berdasarkan kebutuhan masyarakat. 

Jimmy Nami menyebut, bagian dari debat itu perlu menawarkan gagasan bercermin dari kebutuhan masyarakat. Publik akan paham dan tertarik dengan pemaparan dari capres atau cawapres. 

Indonesia dengan keunikannya, harus dipahami oleh calon pemimpin bangsa. Baginya hal itu menjadi mutlak dilakukan dan tidak hanya menggunakan instrumen tunggal menyelesaikan ragam persoalan di Indonesia. 

Baca juga: Dosen Melbourne University Sebut Buku Jokowi Hadir Saat Tepat Menjelang Pilpres 2024

Jimmy Nami menilai, debat capres terkahir pada Pemilu 2024 ini akan menjadi debat dengan segala 'jurus' pamungkas dari tiap capres. Tujuannya menghindari pergunjingan lebih lanjut di tengah masyarakat pasca debat. 

Satu sisi, debat pamungkas itu didominasi oleh gagasan fulgar dari tiap capres. Jalan alternatif yang ditawarkan tiap capres akan dikeluarkan dalam debat kali ini.  

Jimmy Nami menyebut, capres harusnya tidak menilai debat itu sebagai ajang untuk memenuhi panggilan KPU dalam rangkaian Pemilu. Aktualisasi program harus dilakukan.

Capres harus memahami secara utuh mengenai rencana pembangunan dari negara. Dia tidak ingin gagasan capres justru menyimpang dari rancangan yang disiapkan negara. 

"Hindari menyampaikan sesuatu yang hanya populis, elektoral saja. Kemudian nanti bingung kita, bagaimana cara menerapkan, duitnya dari mana. Kalkulasi seperti ini harus disampaikan ke publik," ujarnya. 

Imbas 'kebohongan' gagasan yang disampaikan dilevel nasional, akan berimbas juga ke skala lokal, ketika kontestasi politik di daerah diselenggarakan. 

Gagasan saat debat kelima, harus memberikan alternatif baru untuk pembangunan bangsa. Ia tidak mau debat hanya untuk memenuhi bagian pelaksanaan Pemilu. Apalagi tema debat ini, cukup berkaitan dengan kemaslahatan banyak orang. 

Ia menilai, debat menjadi instrumen kecil yang mempengaruhi pemilih. Sebab, 80 persen sebetulnya sudah menentukan pilihan saat dicalonkan. Debat cenderung memberi pertimbangan baru bagi pemilih kategori menengah ke atas. 

NTT, kata dia, capres nomor urut dua dan tiga, paling banyak melakukan aktivitas politiknya. Masyarakat akan berpihak untuk kedua capres itu dan sedikit ke capres nomor urut satu. Dari sisi jumlah memang NTT tidak cukup sebagai basis penting. (fan)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

 

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved