Opini

Pemilu Jatuh di Hari Kasih Sayang

Pemilu diselenggarakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, serta wakil-wakil rakyat dari pusat sampai daerah untuk periode 2024-2029.

Editor: Dion DB Putra
ilustrasi
Pemilu 2024 harus baku sayang, baku cinta untuk semua anak bangsa. Sebab ia terlanjur jatuh tepat di hari kasih sayang. 

Oleh: Yahya Ado
Anggota Forum Akademia NTT, Konsultan Pendidikan dan Pemberdayaan

POS-KUPANG.COM - Hari H Pemilihan Umum (Pemilu) semakin dekat. 14 Februari 2024 adalah hari pencoblosan dilakukan serentak oleh seluruh warga negara Indonesia yang memiliki hak suara.

Pemilu diselenggarakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, serta wakil-wakil rakyat dari pusat sampai daerah untuk periode 2024-2029.

Tanggal 14 Februari, juga dikenal luas sebagai Hari Kasih Sayang atau Valentine Day.

Dua peristiwa yang boleh jadi sangat jauh makna dan bertentangan dengan praktek budaya demokrasi kita sejauh ini.

Pemilu seringkali identik dengan persaingan sengit, retorika tajam, perdebatan idealisme, sindiran keras, hingga pertengkaran fisik, dan bahkan pertumpahan darah.

Sedangkan Valentine Day adalah hari di mana setiap orang berlomba mencurahkan ragam cinta dengan memberikan tanda kasih yang merangkul nilai-nilai kemanusiaan universal.

Boleh jadi, hipotesa dua momentum ini coba-coba disatukan oleh penyelenggara pemilu untuk merasakan denyut pemilu dalam gelombang cinta dan kasih yang rahim.

Peringatan Hari Kasih Sayang selalu bernuansa tindakan kebaikan dan ekspresi cinta kepada sesama. Boleh jadi, menjadi fondasi yang kokoh untuk menyelenggarakan pemilu tahun ini.

Dengan begitu, sejarah hari ini tak sekadar mencatat percampuran dua pesta, tetapi menciptakan ruang untuk mempromosikan politik yang lebih humanis, empatik, dan inklusif di setiap tahapannya.

Sayangnya, kita belum merasakan pesan kasih kerahiman itu secara menyeluruh di setiap putaran kampanye dan debat-debat. Bahkan kondisi terjadi sebaliknya seperti pemilu-pemilu terdahulu.

Panas di saat debat, dan lebih mendidih lagi setelahnya, terutama di media sosial dan group-group diskusi.

Banyak kalangan menilai, ini kondisi pemilu terburuk sepanjang perhelatan pemilu di negeri ini dengan berbagai alasan dan situasi.

Yang utama berkaitan dengan politik dinasti, keputusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK), politisasi Bansos, dan masalah-masalah etik lainnya.

Pendidikan Politik

Rakyat sebagai ulayat penuh pesta lima tahunan ini memimpikan gagasan-gagasan pemilu dan kampanye yang positif, mendidik, dan damai.

Tetapi apalah daya. Kita masih terjerumus pada kepentingan menang-kalah belaka. Kepentingan mempengaruhi opini publik yang terkadang sesat dan menyesatkan. Bahkan dengan dalih dan argumen yang sengaja direkayasa.

Harapan rakyat tentunya, di sisa waktu dua pekan ke depan, pesan kasih pemilu harus mulai muncul dalam tahapan berikutnya.

Ini untuk mengukur kesiapan kandidat presiden dan wakil presiden serta para calon wakil rakyat yang telah menyiapkan pundaknya untuk memikul tanggung jawab rakyat.

Kita perlu menjaga marwah negara dan bangsa ini lima tahun ke muka yang demokratis. Marwah tentang kesejahteraan bersama, kekayaan keberagaman, dan kerjasama yang harmoni. Tentang pembangunan yang berkelanjutan dan segala perubahan.

Kita berharap sangat banyak. Momentum pemilu adalah pendidikan politik yang baik bagi warga untuk memilih pemimpin yang responsif dan bertanggungjawab.

Di saat yang sama, ruang pemilu ini tidak hanya sekedar mencari pemimpin belaka, tetapi juga membangunjembatan antara kekuasaan dan masyarakat.

Politik adalah momentum untuk mengejar cita-cita bangsa yang lebih tinggi, yang tidak hanya berbicara tentang kekuasaan, tetapi juga tentang menciptakan masyarakat yang lebih adil dan beradab.

Kebahagiaan (Warga) Negara

Frank Martella, PhD, seorang Psikolog Finlandia pernah berbagi rahasia, mengapa Finlandia menjadi negara paling bahagia di dunia selama lima tahun berturut-turut menurut World Happiness Report. Bahkan Finlandia juga dikenal sebagai negara paling baik sistem pendidikannya di seluruh dunia.

Rahasia pertama; merawat dan mesyukuri alam. Orang Finlandia menilai alam adalah sumber kedamaian pikiran, energi batin, dan ketenangan jiwa. Alam memberi kehidupan yang damai dan berlanjut. Maka tugas mereka adalah merawat alam, menjaga ekologi, dan mensyukurinya.

Kedua, tidak membanding-bandingkan, terutama pencapaian materi dan kemakmuran. Mereka tidak iri dengan capaian orang lain, atau tetangga yang hidupnya lebih baik. Dan yang ketiga, saling percaya antar warga negara.

Mereka tidak takut kehilangan. Tidak takut dicurangi, apalagi dijahati. Mereka percaya, semakin percaya mereka pada sesama, mereka bahagia.

Dalam konteks pemilu, pencapaian yang paling puncak sesungguhnya adalah rasa bahagia dan bangga sebagai warga negara. Sebab hal paling pokok dalam kontekstasi demokrasi kita adalah menjalankan amanah.

Sebab suara rakyat adalah suara Tuhan. Maka itu, sejujur-jujurnya pemilu adalah mampu menciptakan lebih banyak kebahagiaan bagi lebih banyak warga negaranya.

Pemilu di Hari Kasih Sayang adalah panggilan untuk memandang politik dari sudut pandang hati nurani dan akal sehat. Kita diharapkan mampu menciptakan angin politik yang berlandaskan pada suara kasih sayang.

Sebab hakikat tertinggi setiap upaya sadar adalah cinta yang hakiki. Agar kita mampu membuka pintu transformasi dan kemajuan positif dalam demokrasi yang jujur dan adil.

Pemilu ini harus baku sayang, baku cinta untuk semua anak bangsa. Sebab ia terlanjur jatuh tepat di hari kasih sayang. (*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved