Destinasi Wisata

Kisah Warga di Destinasi Wisata Komodo NTT Gotong Royong Bangun Sekolah Darurat bagi Anak-anaknya

Pulau Komodo atau Taman Nasional Komodo (TNK) sudah terkenal ke mancanegara karena memiliki berbagai destinasi unik dan menarik.

|
Editor: Agustinus Sape
KOMPAS/WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
Siswa dan siswi SMKN Restorasi Pulau Komodo gotong royong membangun sekolah darurat SMKN Restorasi di Desa Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat (5/1/2024). 

POS-KUPANG.COM - Pulau Komodo atau Taman Nasional Komodo (TNK) sudah terkenal ke mancanegara karena memiliki berbagai destinasi unik dan menarik.

Karena unik dan menariknya, wisatawan dari mana-mana, terutama dari mancanegara, berdatangan ke sana untuk menikmati keindahan destinasi-destinasi tersebut.

Karena keindah-keindahan itu, dunia membaptis Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai surga dunia. Di sana wisatawan bisa melihat komodo di habitat aslinya, bisa menyaksikan keindahan alam, mulai dari pantai yang indah, lautan biru, bukit yang eksotis, alam bawah laut yang mempesona, kuliner khas, termasuk budaya masyarakat setempat yang unik.

komodo di pulau komodo_9595
Komodo di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT), obyek wisata langka dan unik yang menjadi daya tarik wisawatan mancanegara untuk berkunjung.

Namun kehidupan masyarakat di sana, khususnya warga asli di Desa Komodo, ternyata tidak seindah alamnya. Mereka masih susah, baik ekonominya maupun pendidikannya. Mereka belum mendapat perhatian yang layak dari Pemerintah.

Berikut ini liputan wartawan Kompas, Willy Medi Christian Nababan tentang pembangunan gedung sekolah darurat di SMKN Restorasi Pulau Komodo.

                                                        ***

Dalam kurun waktu setelah Ashar dan sebelum Maghrib, Jumat (5/1/2024), pengeras suara Masjid Jamiatul Amaliyah di Desa Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali berdengung. Warga sejenak menghentikan aktivitasnya dan memperhatikan sumber suara.

Suara itu bukan panggilan shalat atau kajian, melainkan ajakan untuk gotong royong membangun sekolah darurat bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Restorasi Pulau Komodo.

”Bagi warga Desa Komodo, ayo datang dan berkumpul membantu pembangunan sekolah darurat sementara untuk anak-anak kita. Ayo bapak, ibu, kawan-kawan semua mari kita gotong royong bersama,” bunyi yang terdengar hingga ke pelosok desa, baik di darat maupun laut.

Sebagian warga berjalan menuju lokasi pembangunan, tetapi ada juga yang kembali melanjutkan aktivitasnya. Namun, para siswa yang didominasi perempuan sudah lebih dulu berkumpul mengenakan pakaian olahraga berwarna kuning-biru dengan bawahan hitam. Siswa laki-laki disebut sedang melaut atau bekerja membantu keluarga masing-masing.

Di lokasi pembangunan, semua orang saling berbagi tugas. Ada yang membawa perkakas serta menggali dan mengangkut tanah. Pelangi Sutra (15), siswi tahun pertama SMKN Restorasi Pulau Komodo, misalnya, datang membawa karung untuk mengangkut tanah dan bebatuan dari lokasi pembangunan.

Saat menggali tanah, siswa dan guru saling bergantian. Pakaian yang awalnya bersih, perlahan dipenuhi noda tanah dan keringat. Begitu pula dengan sepatu putih yang mereka kenakan. Meski demikian, tawa dan canda mewarnai aktivitas mereka. Sesekali hal itu dipicu oleh siswa yang mengayunkan beliung tapi tanah yang menjadi obyek galian bergeming.

Saat ini, proses pembangunan SMK darurat itu masih jauh dari kata selesai. Warga dan siswa masih sibuk menggali dan meratakan tanah sebagai fondasi. Dinding-dinding bangunan belum berdiri. Namun, bambu-bambu sudah disiapkan jika diperlukan sebagai sekat pembatas antarkelas dan dinding luar sekolah.

SMKN RESTORASI PULAU KOMODO_02
Lahan gedung SMKN Restorasi Pulau Komodo yang belum selesai dibangun di Desa Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat (5/1/2024).

Merujuk data pokok pendidikan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, SMKN Restorasi Pulau Komodo sudah berdiri dan beroperasi sejak 23 Maret 2022. Namun, bangunan fisiknya belum ada hingga hari ini. Padahal, sekolah itu sudah memiliki 101 murid, 15 guru, dan 3 tenaga pendidik.

SMK itu akan menjadi sekolah tingkat menengah atas pertama di Pulau Komodo. Dengan demikian, anak-anak di Pulau Komodo kini bisa menerima pendidikan dari tingkat SD, SMP, hingga SMK yang mudah diakses dari tempat tinggalnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved