Opini

Edukasi Debat Level Pilpres: Membaca Fenomena Gibran

Apolonius Anas, Direktur U-Genius Institut Kefamenanu, menyajikan opini debat cawapres berjudul Edukasi Debat Level Pilpres: Membaca Fenomena Gibran.

Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM/HO
Direktur U-Genius Institut Kefamenanu, Apolonius Anas. 

Tetapi masyarakat kita kurang cerdas. Pintar menghitung datangnya bantuan sosial tetapi tidak cerdas menganalisa mana pemimpin yang berfaedah dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Masyarakat di arus bawah kurang paham melihat kualitas dalam momen debat karena mereka cenderung ingat kepopuleran seseorang.

Debat Mengedukasi Publik

Debat yang mengedukasi adalah jenis perdebatan di mana peserta berusaha untuk saling memahami, memperluas pengetahuan, dan menyampaikan informasi dengan cara memberikan wawasan yang bernilai. Peserta debat mestinya cenderung menekankan pertukaran ide yang mendalam, memberikan argumen yang didukung oleh bukti yang kuat, dan berfokus pada pemahaman bersama.

Tujuan utamanya adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang isu-isu yang dibahas, bukan sekadar memenangkan argumen. Debat itu harus menggunakan bahasa yang otentik tanpa dilumuri oleh bahasa kosmetik.

Debat yang otentik melibatkan pertukaran ide dan argumen secara terbuka, jujur, dan bermutu. Dalam debat semacam itu, peserta fokus pada substansi isu, menyajikan bukti yang kuat, dan berusaha untuk memahami perspektif lawan bicara.

Debat otentik menciptakan lingkungan di mana ide-ide dapat diuji dengan baik tanpa resort ke serangan pribadi atau retorika merendahkan.

Sedangkan "debat kosmetik" merujuk pada diskusi atau perdebatan yang lebih menonjolkan gaya dan penampilan daripada substansi atau isu yang dibahas.

Dalam debat semacam ini, peserta mungkin lebih fokus pada presentasi retorika yang menarik atau gaya berbicara daripada menyajikan argumen yang kuat atau mendalam.

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan situasi di mana perhatian pada penampilan mengalahkan esensi substansi dalam pembicaraan.

Melihat suasana debat antara calon presiden kali lalu, nampak dengan jelas bahwa publik perlu menghitung otentifikasi isi pikiran dari para kandidat. Jangan sampai publik tergerus oleh mengkilap definisi dan istilah yang membingungkan publik. Itulah kosmetik.

Debat selevel calon presiden dan wakil presiden mesti bertumpu pada bagaimana menyampaikan sebuah kebijakan atau policy. Debat yang mengutarakan tentang policy adalah jenis debat yang fokus pada pembahasan dan analisis kebijakan atau keputusan publik.

Dalam konteks ini, peserta debat membahas dan membuktikan argumen terkait kebijakan pemerintah, rencana legislasi, atau tindakan tertentu yang berdampak pada masyarakat.

Tujuan debat semacam ini adalah untuk mengeksplorasi implikasi, efektivitas, dan konsekuensi dari kebijakan tersebut, serta membandingkannya dengan alternatif lainnya.

Debat yang hanya mengutarakan definisi tanpa menyertakan substansi atau argumen yang mendalam disebut sebagai debat yang kurang bermutu atau kurang produktif.

Substansi dalam debat sangat penting karena melibatkan penjelasan, analisis, dan dukungan terhadap pandangan atau proposisi yang disampaikan. Tanpa substansi yang kuat, sebuah debat dapat kehilangan kejelasan dan kedalaman, membuatnya kurang efektif dalam mempengaruhi pandangan dan pemahaman audiens.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved