Merapi Erupsi

Gunung Merapi Erupsi, Awan Panas Meluncur ke Arah Boyolali dan Klaten Jateng, Masih Status Siaga

Meski demikian, menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) status Merapi masih Siaga (Level III). 

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Abu vulkanik dari Gunung Merapi menyelimuti kawasan Dusun Stabelan, di Desa Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (13/3/2023). (Inzet) guguran lava pijar dari Gunung Merapi terlihat dari Desa Kemiren, Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (23/5/2023) dini hari. 

Suratno mengimbau masyarakat untuk tetap waspada namun tidak perlu panik dan tidak menyikapi fenomena itu secara berlebihan. Menurutnya, situasi Boyolali pada Minggu sore cukup aman dan terkendali.

"Apabila ada perubahan informasi yang perlu disampaikan terkait dengan aktivitas Merapi, akan segera kami ikuti dan kami ambil langkah-langkah sebagaimana mestinya," imbuhnya.

Baca juga: Gunung Marapi di Sumbar Kembali Muntahkan Abu Vulkanik Sebulan Usai Letusan yang Menewaskan 23 Orang

Sementara itu, Chomsul mengimbau masyarakat untuk menjauhi daerah rawan bahaya, sesuai dengan rekomendasi BPPTKG. Daerah rawan itu disebut Chomsul berada pada sektor selatan-barat daya, meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer (km) serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal 7 km.

"Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak," tutur Chomsul.

Penjelasan BPPTKG soal Rentetan Awan Panas

Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memasuki fase erupsi efusif sejak 4 Januari 2021. Awan panas guguran di Gunung Merapi yang beberapa waktu ini sering terjadi dipicu oleh curah hujan yang tinggi di puncak.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan, suplai magma di Gunung Merapi masih terus berlangsung. Hal tersebut berdasarkan data kegempaan maupun deformasi.

"Kemudian dengan adanya curah hujan yang tinggi itu juga memicu keluarnya suplai magma tersebut ke permukaan. Kemudian membentuk awan panas seperti yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini," ujarnya, Minggu (21/1/2024).

Pertumbuhan kubah lava

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) saat ini masih menetapkan aktivitas Gunung Merapi pada Siaga (Level III).

Agus mengaku masih mempertahankan status aktivitas Gunung Merapi pada Siaga. Sebab jarak luncur awan panas guguran masih berada di dalam radius bahaya yang direkomendasikan.

"Jarak luncur dari awan panas yang selama ini terjadi masih di daerah potensi bahaya. Kalau misalnya itu sudah diperkirakan akan melebihi potensi bahaya dan akan berdampak ke pemukiman baru kita nanti evaluasi," tandasnya.

Diungkapkan Agus, status Siaga Gunung Merapi sudah berlangsung 3 tahun lebih sejak 5 November 2020. Sampai dengan saat ini aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif.

"Ya (aktivitas Gunung Merapi) masih tinggi, yang seperti ini memang sudah menjadi perilakunya Merapi yang erupsi selama tiga tahun ini. Jadi aktivitasnya berupa pertumbuhan kubah lava, kemudian guguran awan panas sesekali, ada peningkatan suplai yang ketika keluar dia mengakibatkan kejadian rentetan awan panas dan yang seperti ini sudah beberapa kali terjadi," urainya.

Menurut Agus, aktivitas erupsi efusif Gunung Merapi belum akan berakhir dalam waktu dekat. Sebab sampai saat ini suplai magma masih berlangsung.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved