Berita NTT
Dinkesdukcapil NTT Sudah Distribusikan Vaksin dan Serum Anti Rabies ke 18 Kabupaten
Tidak boleh lebih dari 14 hari. Itu penting. Kemudian setelah 7 hari datang lagi vaksin, lalu 21 hari datang lagi.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Kasus kematian akibat virus rabies di NTT mencapai 36 orang. 35 orang meninggal akibat rabies di tahun 2023 dan tahun 2024 sudah tercatat satu kematian.
Terkait hal ini, Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dinkesdukcapil) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah mendistribusikan vaksin anti rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) ke 18 kabupaten yang ada di NTT.
Hal ini disampaikan Kepala Dinkesdukcapil NTT, Ruth Diana Laiskodat, S.Si., Apt., M.M, dalam Pos Kupang Podcast bersama Kepala Bidang Kesehatam Hewan dan Kesmavet Disnak NTT, drh. Melky Angsar, M.Sc, Kepala BPBD NTT, Ambrosius Kodo, S.Sos., M.M dan Sosiolog Pemerharti Rabies, Dr. Dominggus Elcid Li dalam Podcast Pos Kupang dengan tema "Strategi Tepat Perangi Rabies di Timor NTT", Jumat, 19 Januari 2024.
Podcast ini terselenggarakan berkat kerjasama Provinsi NTT dengan Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) atau Program Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan.
Seperti apa perkembangan virus rabies di NTT, terutama Pulau Timor yang baru terjangkit pada Mei 2023 lalu, berikut cuplikan wawancara eksklusif bersama host Koordinator Liputan Pos Kupang, Novemy Leo.
N : Sebelum kita masuk lebih jauh tentang penanggulangan rabies di wilayah Timor, bisa dijelaskan apa itu virus rabies?
R : Baik. Rabies merupakan penyakit infeksi akut bersifat zoonotik yang disebabkan oleh virus yang namanya Lyssavirus ditularkan melalui hewan penular ke manusia, jadi bisa disebabkan oleh gigitan anjing, kucing dan kera, ini sangat meresahkan.
Nah bagaimana cerita di NTT? Sebenarnya sudah terjadi pertama kalinya di tahun 1997 atau 26 tahun lalu, masuknya di Flores Timur tepatnya di Desa Sarotari dan ditularkan oleh seekor anjing yang dibawa dari Pulau Buton dan dalam jangka waktu tiga tahun menyebar di 9 kabupaten di Pulau Flores termasuk Lembata dan sampai saat ini sangat endemis di kawasan tersebut. Jadi kita menyebutnya dengan kawasan karantina rabies.
Bagaimana dengan Pulau Timor? Pulau Timor masih bebas dari rabies sampai 2023 tapi pada tanggal 23 Mei 2023 pertama kali rabies menjangkit daratan Timor dan terlaporkan satu kejadian kematian karena rabies di Timor Tenga Selatan.
Kalau dikatakan sudah terkena rabies apabila hewan anjingnya diperiksa otak anjingnya dan dinyatakan positif. Sehingga dikatakan pasien itu sakit bahkan meninggal karena rabies.
N : Bahayanya sejauh mana?
R : Masyarakat harus tahu, kalau tergigit hewan yang membawa virus dan positif dinyatakan rabies otaknya, dia akan mengalami sakit, sakitnya macam-macam dan terakhir itu dia akan terlihat kalau kena air takut, lihat air takut.
N : Ini gejalanya ya kalau memang tergigit hewan positif rabies?
R : Itu sudah selangkah mengalami kematian. Takut terhadap air, takut terhadap angin. Tapi sebelumnya sakit seperti biasa karena virusnya menyerang otak.
Sebenarnya bisa dicegah jadi masyarakat jangan resah karena penyakit ini bisa mematikan tetapi bisa dicegah. Caranya gimana, satu, kalau tergigit, dicuci 15 menit dengan air menggunakan sabun.
Kedua, diberikan antiseptik, boleh alkohol 70 persen atau betadine atau bahan kimia namanya povidone iodine, itu antiseptik untuk membunuh virus di bagian luar tapi karena sudah tergigit sudah masuk ke peredaran darah, segeralah ke faskes, Puskesmas.
Karena gejalanya belum terlihat dikiranya biasa. Ke faskes di sana ada ahli, apakah dokter, perawat itu sudah ada Tim untuk menangani pasien rabies. Diantara pasien yang sudah tergigit diberikan vaksin itu harus tahu, vaksinnya harus disuntik pertama di lengan atas Kiri, lengan atas Kanan di hari pertama datang.
Tidak boleh lebih dari 14 hari. Itu penting. Kemudian setelah 7 hari datang lagi vaksin, lalu 21 hari datang lagi.
Kalau tergigitnya di leher ke atas, terbukanya sangat besar, pasti dokter akan memutuskan untuk memberikan SAR (Serum Anti Rabies), kalau yang tergores harus diamati dulu hewannya. Kalau sampai mengeluarkan darah divaksin Kiri Kanan tetapi melihat apakah anjing itu rabies atau tidak.
Kalau sepuluh hari ternyata anjingnya tidak menunjukkan gejala rabies, yang luka kecil itu tidak perlu divaksin kedua. Jadi menakutkan bagi masyarakat tapi kita mengimbau kepada masyarakat.
Tidak semua masyarakat tahu karena baru terjadi 2023, kalau dibandingkan saudara-saudara kita di Flores, Lembata, 26 tahun sudah tahu kalau tergigit anjing, tergores harus segera cuci 15 menit dikasih antiseptik, harus datang ke sarana pelayanan kesehatan.
Jadi di sana akan ada obat lain karena kalau terluka besar atau terbuka itu kan bisa demam, maka diberikan obat demam. Terbuka besar diberikan antibiotik, kalau bengkak diberikan anti bengkak. Kalau staminanya sangat turun dikasih vitamin. Nah itu, para medis, dokter, perawat, bidan, tahu karena mereka sudah diberitahukan tentang SOP penanganan pasien rabies jadi tidak boleh takut tapi kita harus patuh.
N : Apakah saat ini di Puskesmas, khususnya wilayah Timor, sudah ada vaksin anti rabies sehingga masyarakat bisa mendapatkan pelayanan terkait rabies?
R : Stoknya ada di instalasi farmasi provinsi di Dinas Kesehatan Dukcapil provinsi NTT, kemudian di 18 kabupaten yang terkena sebenarnya kita mempunyai stok yang cukup sampai saat ini, VAR diberikan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2023 57.300 vial.
Kemudian stok kita tahun sebelumnya 11.796 vial jadi total vaksin rabies untuk manusia 69.096 vial. Nah kalau SAR, kalau tergigit di leher ke atas pasti dokter suntiknya serum anti rabies (SAR). Kalau tergigit leher ke bawah, yang diberikan adalah vaksin anti rabies.
Tujuannya sama. Meningkatkan imun tubuh. Kalau kita orang awam menyebutnya supaya tubuh tetap kuat membentuk imun menghadapi virus Lyssa tadi dari gigitan anjing. Total yang sudah diberikan kepada 18 kabupaten/ kota itu 56.104 VAR dan 796 SAR.
N : Sudah ada di setiap kabupaten khususnya di wilayah Timor, Puskesmas-Puskesmasnya ada?
R : Disimpannya harus di instalasi farmasi. Kalau dibutuhkan nanti Puskesmasnya ambil ke sana karena dia harus menyimpan dengan suhu tertentu. Kita masih punya stok 9.900 sekian, serumnya kita masih punya stok 59 jadi sampai dengan saat ini kalau masyarakat tergigit, segeralah ambil tahapan itu.
N : Bagaimana prosedur pengambilannya jika ada masyarakat di desa terpencil tergigit?
R : Teman-teman Puskesmas akan ambil ke instalasi atau teman-teman instalasi mengirim, karena tidak boleh lebih dari 7 hari sudah harus diberikan serum, tidak boleh lebih dari 14 hari sudah harus diberikan vaksin.
Artinya kan punya waktu cukup untuk ambil karena kalau disimpan di Puskesmas seluruhnya ternyata di situ tidak ada kasus, nanti ada desa tertentu yang ada kasus selain yang tergigit itu harus distok cukup sehingga sentralnya harus ada di ibu kota kabupaten.
Bagaimana dengan provinsi? Sama. Kalau kabupaten stoknya menurun kemudian ada gejala gigitan kasus kemungkinan bisa kena lagi kedua dan ketiga. Nah dia harus minta stoknya ke provinsi dan selama ini belum pernah terjadi ada gigitan membutuhkan SAR atau VAR tidak ada.
Kecuali kasus kematian yang terjadi yang kita dengar, kita prihatin dan turut berduka untuk itu, saudara-saudara kita itu berpikir, yang menggigit itu anjing sendiri, sehingga mereka merasa kan sudah tiap hari bersama-sama, dia tidak tahu kalau mulai 23 Mei 2023, daratan Timor ada kemungkinan tergigit anjing yang sudah rabies.
N : Berapa banyak angka kematian di NTT saat ini?
R : Kita prihatin. Kematian tahun 2023, 35 kasus dan 2024 sudah ada 1 kematian.
Untuk yang paling tinggi di tahun 2023, TTS ada 13 kemudian diikuti oleh Sikka 6, Ende 5, Manggarai 3, tapi Timor Tengah Utara sudah mulai banyak, 3, kemudian ada kematian di Malaka 1, di Manggarai Timur 2, Ngada 1, Nagekeo 1, sehingga titik kritisnya apabila tergigit anjing saat ini, daratan Timor kecuali Belu, Kota Kupang, Kabupaten Kupang belum ada yang positif maka segeralah ambil tahapan itu dan harus datang ke sarana pelayanan kesehatan karena di situ dokter akan memutuskan akan memberikan serum anti rabies atau vaksin anti rabies. Ingat bahwa vaksin anti rabies kalau disuntik satu kali jangan tidak datang lagi.
Kemudian 7 hari datang lagi, lalu tiga minggu harus datang lagi , disuntik Kiri Kanan bagian atas, seminggu datang lagi disuntik sekali, boleh Kiri boleh Kanan, kemudian 21 hari datang lagi, boleh di Kiri, boleh di Kanan. Itu penting karena pemerintah siap untuk melakukan itu tapi kadang-kadang masyarakat tidak datang karena tidak mengetahui saat ini Timor beberapa Kabupaten sudah terkena.
N : Pak Melki, bagaimana dengan Dinas Pertanian untuk HPRnya?
M : Kita Dinas Peternakan provinsi memang sejak awal kita dropping vaksin rabies dan total 226.000 dosis vaksin sudah kami distribusikan dan khusus untuk Pulau Timor saja kami sudah distribusi 122.500 dosis.
N : Ini pengadaan dari kita?
M : Dari kita, dari pusat kita mendapat 25.000 sedangkan dari AIHSP kita mendapat 201.500, ini sangat membantu dan kami sudah distribusikan ke 15 kabupaten kota, 9 di Flores Lembata dan 6 di Pulau Timor.
N : Kenapa Dinas Peternakan hanya 15 kabupaten?
M : Kita punya vaksin rabies ini kan terbatas. Sekarang kita populasi anjing saja kalau total sekitar 600-an ribu. Ini saya hitung untuk daerah yang kena rabies. Kalau hitung semua berarti 772 ribu terhitung seluruh NTT.
Bayangkan vaksin yang ada saja hanya cukup untuk Pulau Timor. Kalau seluruhnya tadi 226.000 itu kami distribusi ke Timor lagi belum cukup.
Bagaimana dengan Flores? Sehingga tentu kita prioritas, namanya lagi terbatas ya prioritas, tidak bisa dikasih semua sehingga memang kami prioritas di daerah-daerah yang endemik rabies dan kayak di Timor ini karena itu lagi butuh-butuhnya dan jadi kami tidak dropping semua.
Kalau di Sumba tidak ada kasus, ngapain kita dropping ke sana sedangkan di Timor lagi butuh.
N : Bagaimana pemberian vaksinasi kepada HPR? Berapa perbandingannya dengan korban yang meninggal 36 orang?
M : Pertama, saya sampaikan dulu supaya kita tahu bersama bahwa vaksin yang kita sudah distribusi itu sampai sekarang baru 122.500, itu baru 47 persen dari populasi total. Kalau mau buat herd immunity, kekebalan kelompok itu harus 70 persen jadi kita harapkan vaksin harusnya minimal 70 persen baru herd immunity sehingga kita mengurangi yang namanya kasus gigitan positif jadi anjing-anjing yang menggigit.
Kita harapkan vaksin yang ada itu meningkat paling tidak 70 persen sehingga kalau ada manusia yang tergigit, tidak tertular rabies, tapi kondisi kita sekarang seperti itu. Realisasi sekarang baru tervaksin 83 ribu ekor dari populasi.
N : Kendalanya di mana?
M : Ini yang saya mau sampaikan bahwa kendala kita banyak. Pertama, lokasi tempat kita mau vaksin ini memang agak jauh.
Kalau Puskesmas kan pasien yang datang pada faskes, nah kalau untuk anjing ini kan kita yang pergi, nah NTT khususnya itu kan dilepasliarkan sehingga petugas yang harus terjun ke desa-desa untuk cari anjing ini. Itu kesulitan pertama.
Yang kedua, operasional. Ini memang masalah klasik, klise sebenarnya, cuma ya itu kita punya petugas mereka mau menjangkau daerah-daerah terpencil tentu perlu uang bensin jadi kami mengharapkan pemerintah daerah pun bisa membantu, paling tidak operasional karena untuk vaksin kita sudah dibantu oleh pusat dan AIHSP.
N : Kalau dana kita yang diplotkan saat ini berapa?
M : Terus terang kita dari provinsi tidak ada. Sehingga dari kabupaten kabupaten saat ini sudah ada yang mengeluarkan lewat Dana BTTnya, contohnya di Timor Tengah Utara mereka sudah mengeluarkan Dana Emergency Fund untuk vaksinasi rabies dan untuk beli vaksin juga.
Di Maumere dan Belu juga. Cuma saya mau memberikan dorongan kepada kabupaten/kota untuk ayo marilah ini masalah kita semua apalagi menyangkut nyawa manusia, marilah kita menggerakkan dana-dana yang ada terutama dana-dana yang sudah stand by semacam Dana BTT ada di kabupaten/kota bisa digerakkan untuk itu.(uzu)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.