Berita Sikka
Gubuk Reot dan Cerita Kehidupan Agnesia Lehan, Lansia di Desa Langir Sikka yang Hidup Sebatang Kara
Melihat kondisi rumah Agnesia Lehan, jauh dari kata layak huni. Seng bekas yang sudah karatan dan terlihat bocor di beberapa bagian
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Albert Aquinaldo
POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Terik matahari siang itu, Rabu, 3 Januari 2024 terasa menyengat kulit namun tidak meruntuhkan semangat Agnesia Lehan mencari nafkah di kebun milik warga lain.
Siang itu, POS-KUPANG.COM pun gagal menemui Agnesia Lehan, Lansia yang kira-kira berusia 60 tahun warga RT 012/RW 005, Dusun Baoloka, Desa Langir, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka karena sedang bekerja di kebun milik salah satu warga.
Melihat kondisi rumah Agnesia Lehan, jauh dari kata layak huni. Seng bekas yang sudah karatan dan terlihat bocor di beberapa bagian ditambah lagi dinding pelupu yang juga tidak utuh lagi. Bahkan berlantaikan tanah. Sangat jauh dari kata rumah layak huni.
Baca juga: Enam Desa di Talibura Sikka Terkena Dampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flotim
Jumah yang luasnya tidak seberapa dan hanya memilik satu kamar itu menurut Agnesia Lehan sudah berusia sekitar 30an tahun. Agnesia tidak memiliki toilet, jadi dia menumpang di toilet milik tetangga yang adalah ketua RT setempat. Di rumah itu, Agnesia Lehan tinggal seorang diri.
Kebutuhan air bersih dan listrik pun dipasok dari rumah Odang, ketua RT 012.
Keesokan harinya, Kamis, 4 Januari 2024, pagi-pagi sekali, TribunFlores.com berusaha sekali lagi dan berharap bisa bertemu Agnesia Lehan sekedar ngobrol. Ternyata perempuan yang memilih hidup selibat itu sedang berada di rumah.
Baca juga: Anak Mantu Tebas Mertua Pakai Parang, Tim Puskesmas Watubaing Sikka Rujuk Korban ke RSUD Maumere
Saat ditemui, Agnesia yang oleh warga setempat akrab disapa 'Ina (red: mama) Lehan sedang tidak melakukan aktivitas apapun. Hanya duduk saja tepat di pintu rumahnya. Pintu yang bentuknya sekadarnya saja.
"Kalau musim begini setiap hari saya kuli di kebunnya orang, kalau saya punya jauh sekali apalagi saya sudah tua begini tidak mampu lagi jalan jauh. Saya kuli di kebunnya orang dibayar sehari Rp 40.000 untuk beli kebutuhan makan minum saya setiap hari," ungkap Agnesia Lehan dalam bahasa daerah Sikka.
Dari ekspresi muka dan cara Agnesia bercerita kepada POS-KUPANG.COM, tidak tergambar sedikitpun penderitaan beban hidup.Agnesia tampak bahagia dan tetap bersyukur dengan kondisi dan apa yang dia miliki saat ini. Kalau diungkapkan, mungkin Agnesia akan berkata "Diberikan umur panjang dan kesehatan oleh Tuhan juga saya sangat bersyukur".
Jika musim panas, Agnesia menyewakan jasanya sebagai penenun sarung khas Maumere.
Baca juga: BREAKING NEWS: Anak Mantu di Sikka Nekat Tebas Mertua Gunakan Parang
"Kalau musim panas saya kerja sarung punya orang dan dibayar Rp 100.000/perlembar, tidak banyak yang sewa, hanya beberapa saja, saya sudah tua dan yang penting saya bisa beli kebutuhan makan minum saya," ungkap Agnesia lagi.
Agnesia biasanya menenun sarung dibawah sebuah pohon gamal yang berada tepat di depan halaman rumahnya. Terlihat Agnesia Lehan sangat bersemangat saat bercerita tentang kehidupannya setiap hari.
Agnesia mengaku dirinya selalu mendapat bantuan BLT hingga Bantuan Pangan Non Tunai (BNPT) dari pemerintah desa setempat. Saudaranya juga sering datang melihat kondisinya dan membawa kebutuhan Agnesia. Warga dan tetangga sekitar pun sangat perhatian terhadap Agnesia Lehan.
Dia mengaku tahun-tahun sebelumnya pernah mendapatkan bantuan lima lembar seng untuk mengganti seng yang sudah rusak, balok untuk mengganti tiang rumah yang sudah hampir roboh dan beberapa batang besi.
Baca juga: Jalur Trans Maumere-Magepanda Kategori Area Rawan Laka Lantas di Sikka
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.