Pilpres 2024
Pandangan Mahfud MD: Kalau Tak Ada Pemilu, Tak Bisa Disebut Negara Demokrasi
Mahfud MD, calon wakil presiden, mengungkapkan secara lugas pandangannya tentang pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Begini katanya.
Penulis: Frans Krowin | Editor: Frans Krowin
POS-KUPANG.COM – Mahfud MD, calon wakil presiden yang akan mendampingi Ganjar Pranowo sebagai calon presiden, mengungkapkan secara lugas pandangannya tentang pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Dia mengatakan, bahwa saat ini Indonesia sedang berada pada fase Pemilihan Umum. Pada momen ini, rakyat Indonesia akan menunaikan hak suaranya secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Pemberian hak suara tersebut, dalam rangka memilih presiden dan wakil presiden, juga memilih wakil rakyat yang akan duduk di DPRD kota/kabupaten, DPRD Provinsi, juga DPR RI plus DPD RI.
Untuk itu, kata Mahfud MD yang juga Menko Polhukam RI ini, mengikuti pemiluhan umum, adalah salah satu cara dan upaya, untuk membela bangsa dan merawat demokrasi.
Demokrasi yang sehat, lanjut Mahfud, menjadi mekanisme untuk mengelola beragam pandangan dan aliran politik untuk agregasi kepentingan. Kepentingan utama, adalah kepentingan bangsa dan negara ini.
"Jadi, pemilu harus dilaksanakan secara baik. Karena kalau tidak ada pemilu, maka tidak bisa disebut negara demokrasi,” tandas Mahfud MD.
Dia mengatakan hal tersebut, saat mengisi Orasi Kebangsaan di Universitas Bung Hatta Padang, Sumatera Barat (Sumbar) Senin 18 Desember 2022.
Menteri Pertahanan di era Presiden Gus Dur ini berpesan, Pemilu yang digelar secara rutin ini, agar mengedepankan kepentingan negara di atas golongan.
Kepentingan negara dan bangsa harus nomor satu, sebab dalam setiap pelaksanaan Pemilu, punya potensi perpecahan. Makanya, harus diselenggarakan tanpa diskriminasi.
"Ini ajakan untuk memilih pemimpin bersama. Bukan mengeliminir musuh. Bersatu setelah bertarung, siapapun terpilih, itu pemimpin kita," imbaunya.
Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini mengajak mahasiswa aktif dalam Pemilu. Jangan berpikir tidak ada calon yang bagus. Pilih yang terbaik atau yang paling sedikit kejelekaannya.
Pemilu, kata Mahfud, bukan memilih orang sempurna, tapi memperkecil peluang orang jahat memimpin. Orang, memilih maupun tak memilih, hasilnya akan jadi pemimpin dan tunduk pada kebijakannya.
Orang yang apatis bisa jadi korban keputusan politik. Tak ada orang yang tidak terikat keputusan politik yang menang. "Jangan bilang ogah ikut politik," tuturnya.
Mahfud mengimbau, Pemilu harus diselenggarakan dengan jujur dan adil. Bebas, rahasia, dan tidak boleh ada paksaan. Jika tidak, akan menimbulkan kekacauan. "Jangan mau diteror, ditekan, apalagi mau dibeli suaranya," tegas Mahfud.
Menurut ajaran agama, tandas Mahfud MD, orang yang memilih karena disuap, tidak sesuai dengan hati nurani, itu seperi binatang. Nuraninya tidak hidup. Ingin milih itu, dikasih uang jadi berubah, jadi dia tidak pakai nurani. Punya mata dan telinga tapi tidak melihat dan mendengar kebenaran.
Menhan era Presiden Gus Dur ini pun mengajak mahasiswa menjadi pemilih rasional. Cari pemimpin yang mau berdebat dan beradu visi dan misi. Dam yang tak kalah pentingnya, juga melihat rekam jejak calon.
Mahfud juga menyinggung perbedaan politik identitas dan identitas politik. Kedua istilah itu punya perbedaan signifikan.
Politik identitas cara berpolitik yang mengutamakan kelompok primordial untuk menganggap pihak lain sebagai lawan atau musuh.
Sebaliknya, identitas politik diperbolehkan. Contohnya, pemeluk muslim memilih calon dari barisan Islam dengan harapan aspirasinya ditampung oleh calon tersebut.
"Misalnya saya dari etnis Minangkabau, maka saya memilih calon dari etnis Minangkabau, itu dibolehkan.Yang tidak diperbolehkan itu ialah orang Minangkabau memilih orang Minangkabau dengan tujuan menghabisi etnis lain apabila calon yang diusungnya terpilih," ungkap Mahfud.
Kedatangan Mahfud di Universitas Bung Hatta disambut antusias mahasiswa. Saat masuk ke ruang ruangan Bung Hatta Convention Hall, Kampus Proklamator I, riuh tepuk tangan meriah dari mahasiswa dan mahasiswi UBH mengiringi langkah Mahfud. Saat meninggalkan lokasi, Mahfud juga diajak selfie oleh mahasiswa yang sudah menunggu di depan.
Baca juga: Berita Viral Momen Haru Ganjar Pranowo Berpelukan Dengan Istri dan Anaknya Usai Berdebat Capres
Baca juga: Meski Hasil Survei Melorot, Tapi Jawa Tengah Bakal Jadi Lumbung Suara Ganjar-Mahfud
Sebelumnya, Mahfud melanjutkan safarinya di hari kedua ke Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Senin 18 Desember 2023.
Usai salat subuh berjamaah di Masjid Al Hakim Islamic Center, Kota Padang bersama Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, Mahfud menuju ke Gedung Long See Tong, Perkumpulan Keluarga Lie-Kwee, Jalan Niaga, Kota Padang. (*)
Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.