KKB Papua

Pilot Susi Air Belum Dilepas, Panglima TNI Sebut Upaya Pembebasan Masih Soft Approach

Sampai saat ini, tindakan anarkis Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua, masih menjadi masalah serius yang dihadapi pemerintah Indonesia.

Penulis: Frans Krowin | Editor: Frans Krowin
POS-KUPANG.COM
SOFT APROACH – Meski saat ini pilot Susi Air masih disandera oleh KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya, namun upaya pembebasannya tidak bisa dengan cara hard approach. Pola soft approach adalah hal yang paling utama. 

POS-KUPANG.COM – Sampai saat ini, tindakan anarkis Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua, masih menjadi masalah serius yang dihadapi pemerintah Indonesia. Salah satunya, adalah penyanderaan pilot Susi Air yang sudah lebih dari 10 bulan.

Hingga saat ini belum diketahui keberadaan pilot bernama Philips Mark Merthens tersebut. Tak diketahui pula dengan siapa ia berada saat ini. Karena itu, nyawanya memang sedang dalam bahaya.

Atas fakta tersebut, Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subiyanto mengatakan bahwa kasus tersebut telah menjadi perhatian serius pemerintah. Namun penanganannya tetap mengedepankan pola soft approach berupa operasi teritorial.

Pola ini, katanya merupakan hal utama. Karena saat ini pemerintah melalui sejumlah pihak masih melakukan negosiasi untuk membebaskan tawanan tersebut.

Sebagaimana yang terjadi selama ini, negosiasi tersebut dipercayakan kepada sejumlah pihak, yakni tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, Penjabat Bupati Kabupaten Nduga, Edison Gwijangge maupun keluarga Egianus Kogoya, Panglima KKB Papua yang menyandera Philips Mark Merthens.

Meski tetap pada pola soft approach, kata Agus Subiyanto, bukan berarti prajurit TNI mengabaikan tindakan hard approach. Jika KKB Papua tetap pada sikapnya yang anarkis, maka langkah terakhir terpaksa dilakukan. Langkah yang dimaksud adalah pendekatan hard approach.

“Kita bisa ambil sikap dengan tindakan hard approach. Tapi ini merupakan langkah terakhir apabila kombatan itu tak berhenti melancarkan tindakan kejamnya,” tandas Agus Subiyanto.

Ia mengatakan bahwa perhatian ke Papua semakin ditingkatkan dari hari ke hari, Bahkan saat ini sudah sangat banyak anggaran digelontorkan ke daerah itu.

Hanya saja, lanjut dia, sampai saat ini  kesenjangan sosial masih kuat di daerah itu. Pelayanan pembangunan belum menjangkau semua daerah di wilayah tersebut.

Lantaran di Papua kondisi keamanan belum baik, lanjut dia, sehingga prajurit TNI Polri senantiasa diterjunkan untuk membantu menormalisir keadaan demi kepentingan masyarakat.

“Prajurit TNI di Papua itu untuk membantu program-program pemerintah dengan tujuan menyejahterakan Masyarakat. Makanya, TNI itu berkolaborasi dengan instansi lain seperti Polri dan kementerian/lembaga terkait untuk membangun Papua,” jelasnya.

Kolaborasi tersebut, lanjut dia, senantiasa dilakukan karena faktor keamanan belum stabil. Sejumlah daerah masih rawan. Itu terlihat masih adanya gangguan keamanan ketika proyek pembangunan sedang dikerjakan.

“Iya kan? Ada penembakan terhadap para pekerja yang sedang membangun puskesmas. Nah, kasus seperti ini yang membuat kita harus selalu berkolaborasi  apabila ada item pembangunan yang harus dikerjakan,” ujar Jenderal Agus.

Untuk diketahui, sampai saat ini, pilot Susi Air belum dibebaskan. Kapten pilot yang berkebangsaan Selandia Baru itu masih ditahan oleh KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya.

Sementara sampai saat ini belum diketahui keberadaan pilot tersebut. Nasibnya pun di ujung tanduk karena sesewaktu bisa saja dihabisi oleh komplotan yang disebut sebagai Kelompok Separatis Teroris tersebut.

Baru-baru ini beredar video yang menyebutkan bahwa KKB Papua akan segera menghabisi pilot tersebut kalau pemerintah belum melakukan negosiasi dengan KKB Papua.

Namun Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom mengatakan, video tersebut sesungguhnya bukan video baru. Video yang viral tersebut merupakan video lama, yang sengaja disebarkan oleh pihak tersebut yang tak sejalan dengan perjuangan KKB Papua.

Saat ini, katanya, KKB Papua telah menganggap pilot Susi Air sebagai sahabat. Bahkan pilot tersebut telah dianggap sebagai keluarga.

Oleh karena itu, katanya, pilot itu dijaga seperti telur. Pilot itu masih hidup dan sampai sekarang tetap sehat walaupun kondisi fisiknya tidak seperti sebelumnya.

Pilot Susi Air itu, katanya, sekarang terlihat kurus. Sebab ia memakan apa adanya. Makanan yang dikonsumsi sama seperti yang dikonsumsi KKB Papua.

“Ya, kami hidup di hutan, jadi semua makanan yang kami makan sangat alamiah. Kami makan ubi sama-sama. Ini yang membuat pilot itu menjadi kurus,” ujarnya.

Keadaan ini, lanjut dia, sangat wajar. Karena pola makan KKB Papua sangat beda. “Makanan yang kami makan tidak mengandung lemak, kolesterol. Jadi secara fisik kami seperti ini, kurus. Tapi kami kuat,” ujarnya.

Baca juga: Faizal Ungkap Fakta Mengejutkan: Sudah Lama Pilot Susi Air Tidak Bersama Egianus Kogoya

Baca juga: Komnas HAM Berharap Pilot Susi Air Dibebaskan Sebelum Natal, Begini Kata Frits Ramandey

Ia meminta pemerintah tidak menggunakan pendekatan militer. Karena jika pola militer yang dilakukan, maka KKB Papua pasti akan melakukan perlawanan.

“Kami pasti lawan, karena kami juga punya senjata canggih, sama dengan Indonesia. Kami juga punya penembak jitu. Kami juga punya senjata. Jadi kalau kami diserang, ya pasti kami lawan,” ujarnya. (*)

Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved