Berita NTT
Mengenal Gereja Katedral Kupang yang Diharapkan Jokowi Jadi Ruang Dialog Kebangsaan
Gereja Katedral Kupang yang didekisasikan untuk gelar Yesus, yaitu Kristus Rajamenjadi pusat Keuskupan Agung Kupang baru direnovasi
POS-KUPANG.COM, Kupang - Gereja Katedral Kristus Raja Kupang atau Gereja Katedral Kupang yang diresmikan Presiden Jokowi usai renovasi diharapkan dapat menjadi "ruang dialog" untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
"Saya berpesan agar rumah ibadah berkapasitas 1.500 jemaat ini tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, tetapi menyiapkan ruang untuk membangun dialog, mempererat persaudaraan, memperkuat kerukunan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa," demikian harapan Presiden Jokowi saat acara peresmian, Rabu (6/12/2023) siang.
Adapun bangunan dan komplek Gereja Katedral Kupang direnovasi menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) senilai sekitar Rp 24 miliar, usai mengalami kerusakan akibat Badai Seroja pada 2021 lalu.
Baca juga: Agenda Jokowi di Kupang: Resmikan Gereja Katedral Kristus Raja
Gereja Katedral Kupang didekisasikan untuk gelar Yesus, yaitu Kristus Raja. Gereja Katolik yang menjadi pusat Keuskupan Agung Kupang tersebut baru pertama kali direnovasi sejak berdiri pada tahun 1967 silam.
Dikutip dari KatongNTT, Pastor Paroki Katedral Kupang Romo Ambros Ladjar menyebut bahwa sebelumnya hanya ada penambahan balkon gereja pada 1995 untuk gedung gereja yang berada di Bonipoi Kecamtan Kota Lama Kota Kupang.
Sejarah Keuskupan Agung Kupang
Dari beberapa catatan sejarah, sebagaimana dikutip dari laman resmi Keuskupan Agung Kupang, diketahui bahwa pada sekitar tahun 1512, dua orang Misionaris Katolik mulai membawa ajaran Katolik ke tanah Timor. Kedua misionaris tersebut adalah Frei Antonio Taveiro OP dan Frei Antonio da Cruz, OP.
Kehadiran dan karya mereka menghasilkan buah berlimpah sehingga daerah-daerah pedalaman Pulau Timor perlahan-lahan terbuka untuk menerima ajaran Katolik.
Menurut catatan dari para Misionaris Dominikan, sekitar tahun 1556 – 1560, di daratan Timor sudah ada sekitar 5000 jiwa penduduk yang beragama Katolik. Selain kedua Misionaris diatas, ada seorang Imam Allah lagi yang sering disebut-sebut sebagai seorang imam yang lama berkarya di wilayah Kupang dan sekitarnya, yakni Pater Antonio Tancipo.
Perjalanan panjang penyebaran agama katolik di Tanah Timor, khususnya di Kupang dan sekitarnya semakin pesat, perkembangan umat Katolik yang pesat ini menjadi alasan serius untuk mendirikan sebuah rumah Pastoran di Kupang.
Tahun 1936, mulai dipikirkan secara serius tempat untuk mendirikan Rumah Pastoran. Akhirnya diperoleh sebidang tanah yang dipakai untuk mendirikan rumah pastoran, di mana sekarang berdiri Gereka Kristus Raja Katedral Kupang.
Misi Katolik di Timor, dan Kupang khususnya berlanjut dan terus berkembang.
Hingga tahun 1967, tepatnya tanggal 13 April 1967, Paus Paulus VI menetapkan Kupang menjadi suatu Dioses atas dasar Bulla Romana yang dikeluarkan Propaganda Fidei No. 2684/87. Pater Gregorius Monteiro, SVD yang saat itu menduduki jabatan Rektor Seminari Menengah St. Pius XII Kisol – Manggarai diangkat Menjadi Uskup.
Pater Gregorius Monteiro, SVD ditahiskan oleh YM. Uskup Agung Ende, Mgr. Gariel Manek, SVD pada tanggal 15 Agustus 1967, di Lapangan Frater Merdeka – Kupang, dengan Motto Tahbisan “Opus Justitiae Pax” (Karya Keadilan Adalah Damai).
Saat itu wilayah Keuskupan Kupang meliputi Daerah Tingkat II (kabupaten), yakni Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), serta Perwakilan Sabu. Awalnya, Keuskupan Kupang terdiri dari 9 Paroki, yakni Paroki Kristus Raja Katedral Kupang, Paroki Buraen, Paroki So’E, Paroki Niki-Niki, Paroki Put’Ain, Paroki Rote, Oinlasi, Paroki Noelmina dan Paroki Oepoli.
Opus Justitiae Pax
“Karya Keadilan Adalah Damai” menjadi arah dasar Pastoral Keuskupan Kupang masa Mgr. Gregorius Monteiro, SVD.
Uskup Monteiro, dalam karya penyebaran Cinta Kasih Allah memiliki tugas yang cukup berat, karena Kupang kala itu terkenal sebagai Keuskupan Diaspora; yang mana memiliki umat dari perlbagai daerah dan suku, serta tersebar di pempat pelayanan luas meliputi 2 kabupaten.
Dalam perjalanannya, keuskupan muda yang sebelumnya “hanya” memiliki 9 paroki, berkembang menjadi 15 Paroki di tahun 1989 (termasuk Alor yang ditarik dari Keuskupan Larantuka ke Keuskupan Kupang pada 25 Januari 1982).
Pesatnya perkembangan umat dan iman Katolik membuat Paus Yohanes Paulus II, mengeluarkan dua Bulla Romana pada 23 Oktober 1989 yakni meningkatkan status Dioses Kupang menjadi Diosis Agung Kupang dan Bulla kedua Mengangkat Mgr. Gregorius Monteiro, SVD menjadi Uskup Agung Kupang yang pertama.
Dengan demikian, wilayah gereja di Nusa Tenggara Timur (NTT) terbagi menjadi dua Keuskupa Agung, yakni Keusupan Agung Ende, yang membawahi Keuskupan Sufragan Larantuka, Keuskupan Sufragan Ruteng dan Keuskupan Sufragan Denpasar, dan Keuskupan Agung Kupang yang membawahi Keuskupan Sufragan Atambua dan Keuskupa Sufragan Weetabula.
Dalam perkembangan Keuskupan Agung Kupang, Mgr. Monteiro juga mendirikan Seminari Menengah Santo Rafael di Oepoi pada tanggal 15 Agustus 1984 dan Seminari Tinggi Santo Mikhael di Penfui pada tanggal 29 September 1991.
Kedua seminari ini kini telah menghasilkan Imam-Imam baik Projo maupun Religious yang berkarya dan tersebar di seluruh dunia.
Tigapuluh tahun setelah menjabat sebagai Uskup, Mgr. Monteiro mendapatkan seorang Uskup Koajutor yakni Mgr. Petrus Turang, Pr, yang ditahbiskan pada 27 Juli 1997, bertempat di arena pameran Fatululi – Kupang. dengan Motto Tahbisan “Pertransiit Benefaciendo” (Dia Berkeliling Sambil Berbuat Baik Kis,10:38).
Pertransiit Benefaciendo
Tiga bulan setelah mendapatkan Uskup Koajutor, dan karena sakit yang telah lama diderita, Mgr. Gregorius Monteiro, SVD meninggal dunia. Keuskupan Agung Kupang berduka. Kehilangan Uskup dan Uskup Agung pertama yang sangat dicintai umatnya. Beliau dimakamkan di sisi Timur Gereja Kristus Raja Katedral Kupang.
Sepeninggal Mgr. Monteiro, Vatikan kemudian mengangkat Uskup Koajutor Kupang, Mgr. Petrus Turang menjadi Uskup Agung ke-2 Keuskupan Agung Kupang. Mgr. Petrus kemudian melanjutkan karya yang sudah dimulai pendahuluya.
Dengan Motto “Pertransiit Benefaciendo”, Kupang melangkah dari Keuskupan Diaspora, menuju Keuskupan Agung yang lebih dinamis. Hingga kini, Keuskupan ini telah memiliki 33 Paroki dan 7 kuasi paroki dengan luas wilayah 14.130,15 km persegi.
Berdasarkan data tertanggal 31 Desember 2015, jumlah umat katolik di wilayah Keuskupan Agung Kupang adalah 187.785 jiwa, dari total 1.934.391 jiwa yang mendiami daerah ini.
Perkembangan iman umat di wilayah ini juga ditandai dengan bertumbuhnya jumlah panggilan menjadi imam dan biarawan biarawati di daerah ini.
Tercatat sampai saat ini, jumlah Imam Projo keuskupan Agung Kupang adalah 119 orang. Selain imam projo, ada juga sejumlah tarekat yang juga berkarya di wilayah Keuskupan Agung Kupang ini. (*)
Ikuti berita terbaru POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.