Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif dengan Savic Ali: Mahfud MD Diterima Semua Kalangan
Mahfud MD satu-satunya sosok calon wakil presiden yang dapat menjawab keresahan dan tuntutan keadilan dari masyarakat Indonesia.
Iya betul karena komitmen PBNU untuk berdiri di atas semua golongan.
Anda terlibat dalam ajang lima tahun ini memang dipilih atau diminta langsung oleh Pak Mahfud?
Tepatnya saya yang datang ke Pak Mahfud jadi saya bukan dipilih jadi saya menganggap Indonesia ini kan relatif demokratis artinya ruang demokratis ini harus kita gunakan sebagai mungkin untuk mendorong proses agar lebih maju dan lebih baik.
Saya merasa Pak Mahfud adalah salah satu nama yang muncul sebagai kandidat untuk menjadi presiden atau cawapres maka saya sudah beberapa bulan yang lalu saya bersilaturahmi dan bertanya ke Pak Mahfud.
Ini kan nama Pak Mahfud selalu muncul dalam survei padahal enggak pernah melakukan kampanye, enggak pernah pasang baliho, secara online juga nggak tetapi namanya selalu ada di tiga besar.
Kemudian karena saya menganggap Indonesia punya seorang Mahfud MD sayang sekali kalau dia tidak masuk dalam kandidat capres ataupun cawapres.
Saya yang datang ke Pak Mahfud dan mencoba meyakinkan agar beliau bersedia mendukung sebagai kandidat cawapres.
Jadi sebelum diumumkan Mas Savic terlebih dahulu memberikan saran kepada Prof Mahfud?
Ya betul-betul.
Kalau boleh tahu sedekat apa dengan Prof Mahfud?
Secara pribadi mungkin saya enggak dekat-dekat banget. Saya bukan orang yang biasa main ke rumah beliau tapi saya sudah kenal Pak Mahfud lama.
Saya sudah tahu sejak dulu Pak Mahfud sama Gus Dur ya. Dari zaman Pak Mahfud jadi menterinya Gus Dur lalu menjadi salah satu kandidat cawapres yang muncul pada tahun 2014.
Saya waktu itu bersentuhan langsung dengan Pak Mahfud saya masih ingat beberapa hari sebelum akhirnya batal itu saya salah satu orang yang ikut jagong.
Kemudian 2019 itu juga saya jadi salah satu orang yang juga menemai Pak Mahfud waktu dipanggil Istana malam itu.
Ada beberapa orang enam orang lebih pada waktu itu, saya orang yang juga ikut menemani Pak Mahfud di momen-momen krusial dipanggil Istana dan kemudian dibilangin untuk mempersiapkan diri tapi akhirnya batal juga.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.