Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 23 November 2023, Menjadi Pribadi yang Damai

Di samping itu, banyak orang mengalami stress dengan situasi sosial, sehingga kapan saja bisa terjadi kerusuhan yang berbau suku, agama dan ras

Editor: Edi Hayong
YOUTUBE/SUARA PAGI RENUNGAN HARIAN KATOLIK
RENUNGAN - Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Menjadi Pribadi yang Damai. 

POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Menjadi Pribadi yang Damai.

Kali ini RP. John Lewar SVD menulis Renungan Harian Katolik Hari Kamis Biasa XXXIII merujuk pada bacaan : 1Makabe 2: 15-29, Mazmur 50: 1-2.5-6. 14-15 dan Lukas 19:41-44

Saudari – saudaraku yang terkasih dalam Kristus.

Beberapa hari yang lalu saya melewati sebuah jalan protocol di sebuah kota. Saya melihat sebuah tulisan pada spanduk besar: “Damai itu indah”. Saya melanjutkan perjalanan sambil merenungkan kata-kata ini, begitu sederhana tetapi amat mendalam dan kontekstual bagi kota ini.

Saya mengatakan demikian karena kota ini termasuk salah satu kota yang tidak terlalu toleran bagi setiap umat beragama. Banyak umat Minoritas merasakan perlakuan yang sewenang-wenang, ijin membangun tempat ibadah sudah dikantongi tetapi masih susah juga untuk membangunnya.

Di samping itu, banyak orang mengalami stress dengan situasi sosial, sehingga kapan saja bisa terjadi kerusuhan yang berbau suku, agama dan ras.

Kota ini memang memimpikan sebuah damai sejahtera bukan hanya sebuah selogan yang ditulis begitu indah dan rapi di atas spanduk. Damai bukan sebuah iklan belaka yang membuat orang merasa nyaman sejenak.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 23 November 2023, Saat Allah Melawati Engkau

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 22 November 2023, Hari Peringatan Santa Sesilia

Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang Tuhan Yesus menangisi kota Yerusalem. Ia sedang dalam perjalanan untuk menyempurnakan semua pekerjaan Bapa dengan menderita, wafat dan bangkit di Yerusalem.

Lukas mengisahkan bahwa ketika tiba di bukit Zaitun, Yesus merasa sudah berada dekat dengan kota Yerusalem, kota damai yang ditujuiNya.

Ia mengangkat kepala dan memandang dengan wajah penuh belas kasih sambil berkata: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.” (Luk 19:42).

Yerusalem di dalam Kitab Mazmur memang dipuji karena ketangguhan kota ini. Daud bahkan mendoakan kesejahteraan kota ini dengan berkata: “Hai Yerusalem yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, biarlah damai sejahtera ada di lingkungan tembokmu dan sentosa di purimu.” (Mzm 122:3.7).

Sangatlah disayangkan karena pujian Daud ini meleset dari kebenaran. Orangorang di Yerusalem memiliki hati yang keras. Mereka memiliki mata namun tidak melihat, memiliki telinga namun tidak mendengar.

Dengan sikap hidup seperti ini maka mereka bukannya dekat melainkan jauh dari Tuhan. Yerusalem yang berarti kota damai sejahtera, tapi apakah sungguhsungguh menjadi kediaman yang menawarkan damai sejahtera bagi manusia yang mendiaminya?

Ataukah orang-orang yang mendiami kota Yerusalem sendiri yang tidak mampu menciptakan damai sejahtera karena mereka di penuhi dengan kejahatan? Hal inilah yang ditangisi Yesus, yakni mereka yang buta dan tuli akan kehadiran Allah yang nyata dalam diri Yesus, yakni manusia yang mengisi hatinya dengan berbagai
macam hal jahat.

Yesus menangisi kedegilan hati manusia, namun apakah manusia sendiri menyadari kasih yang besar ini?

Manusia seringkali sibuk dengan diri sendiri, sibuk dengan gadgetnya, sibuk dengan bisnisnya, sibuk dengan pekerjaannya, ya manusia selalu sibuk dengan banyak hal, hingga rahmat Allah kadang berlalu tanpa disadari, dan ketika manusia berada di titik lemahnya, mereka mengatakan Tuhan tidak mencintainya, dan manusia menangis!

Contemplasi:

“…alangkah baiknya andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!” Lalu bagaimana dengan diri kita sendiri? Apakah kita sudah menjadi pribadi yang damai sejahtera?

Menjadi pribadi yang damai itu tidak mudah karena hati harus senantiasa terarah pada Allah sumber Damai Sejahtera. Menjadi pribadi yang damai, bukanlah pekerjaan yang mudah karena kemanusiaan kita yang kadang menyeret kita untuk menjauhi kasih Allah, yakni melalui pikiran negatif, iri, dengki, balas dendam, nafsu, kuasa, dan banyak hal lainnya yang bila di biarkan akan merusak, bukan hanya damai sejahtera manusia itu sendiri tetapi juga orang-orang di sekelilingnya.

Damai sejahtera yang berasal dari Allah, dapat kita terima melalui kesatuan yang intim melalui Ekaristi, doa, membaca, merenungkan Kitab Suci dan melaksanakannya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 22 November 2023, "Tiga Cara Tetap Bertanggung Jawab atas Pekerjaan"

Damai sejahtera yang kita miliki bukan untuk diri kita tapi kita harus membaginya dengan sesama kita. Damai yang dimulai dari diri sendiri, lalu kita bagi dengan mereka yang dekat dengan kita, yakni keluarga kita sendiri, dengan demikian keluarga kita pun mampu menjadi pembawa damai di manapun mereka berada.

Doa:

Marilah bedoa: Allah Bapa kami di surga, perkenankanlah kami menemukan apa yang dapat mendatangkan kedamaian. Semoga kami semua patuh setia akan sabda Putra-Mu yang menjadi cahaya di dalam perjalanan kami, sebab Dialah Tuhan dan pengantara kami...Amin.

Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Kamis. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved