Timor Leste

El Nino Diperkirakan Hingga Maret 2024, WFP Minta Pemerintah Timor Leste Segera Ambil Tindakan

WFP melalui Buletin Khusus tentang Peringatan Ketahanan Pangan minta Pemerintah Timor Leste segera mengambil tindakan untuk mengurangi dampak El Nino.

Editor: Agustinus Sape
tatoli.tl
Program Pangan Dunia (WFP) meminta Pemerintah Timor Leste segera mengambil tindakan untuk mengurangi dampak El Nino yang diperkirakan akan berlanjut sampai Maret 2024. 

POS-KUPANG.COM, DILI - Program Pangan Dunia (WFP - World Food Programme) melalui Buletin Khusus tentang Peringatan Ketahanan Pangan meminta Pemerintah Timor Leste segera mengambil tindakan untuk mengurangi dampak El Nino yang diperkirakan akan berlanjut hingga Maret 2024.

"Kondisi kering dan panas diperkirakan akan terus berlanjut hingga awal 2024. Tindakan yang disarankan untuk dilakukan sesegera mungkin adalah menyatakan situasi kekeringan di negara, memastikan struktur koordinasi dengan pemerintah dan mitra kemanusiaan terbentuk dan dioperasionalkan dengan baik, termasuk kerangka kerja untuk respons dan peningkatan pemantauan ketahanan pangan bersama dan sistem peringatan dini," jelas Buletin Khusus tersebut.

Peringatan ini juga telah dikonfirmasi oleh Direktorat Nasional Meteorologi dan Geofisika (DNMG) Timor Leste, yang melaporkan bahwa sebagai dampak dari intensifikasi El Nino, kondisi kekeringan yang meningkat telah teramati di beberapa kotamadya pada pertengahan September 2023.

Baca juga: Tanam Tomat di Tapal Batas NKRI-Timor Leste, Polisi Ini Dapat Penghargaan dari Kapolri

Kementerian Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan (MAPPF) dan DNMG, bekerja sama dengan FAO, baru-baru ini menetapkan Indeks Kekeringan Gabungan (Combined Drought Index/CDI), yang menilai kondisi-kondisi yang berpotensi menimbulkan kekeringan pertanian.

"Pada pertengahan Oktober, sistem ini mengeluarkan peringatan kekeringan untuk semua kota, sebuah perkembangan yang mengkhawatirkan dari bulan sebelumnya, ketika hanya tiga kota yang menunjukkan tanda-tanda kekeringan (Covalima, Liquica, dan Oecusse)," tulisnya.

Pada periode September hingga Desember 2023, semua kotamadya telah melampaui ambang batas CDI sebesar 60 persen. Oecusse menunjukkan nilai CDI tertinggi sebesar 90 persen, sementara Liquica dan Viqueque mengikuti dengan nilai CDI mencapai 85 persen.

Aileu, Bobonaro, Dili, Ermera, dan Manatuto semuanya telah mencapai nilai CDI 80 persen, dan Atauro dan Covalima menunjukkan nilai CDI 75 persen.

Ainaro dan Manufahi menandai CDI sebesar 70 persen, sementara Baucau dan Lautem memiliki nilai CDI sebesar 60 persen.

Di Baucau, Covalima, Liquica, Oecusse dan Viqueque, pelatihan dan perencanaan aksi sedang dilakukan untuk para petani yang berisiko mengenai strategi antisipatif untuk mengelola kekeringan pertanian dan menghasilkan hasil pertanian yang lebih baik dalam beberapa bulan ke depan dan hasil pertanian yang lebih baik dalam beberapa bulan mendatang.

Kegiatan untuk meningkatkan akses air menjelang masa tanam utama akan menjadi kunci untuk mencegah kerugian pertanian bagi desa-desa yang berisiko.

Rekomendasi lainnya, Timor Leste harus memastikan kesiapsiagaan dan kesiapan operasional termasuk pengadaan dalam skala besar untuk beras dan/atau sereal alternatif dan Makanan Bergizi Khusus (Specialized Nutritious Foods- SNF), dengan harga terbaik, menjamin kontrol kualitas, termasuk keamanan dan kualitas makanan (FSQ), pengujian laboratorium, fumigasi, dan manajemen kehilangan, serta kepatuhan terhadap standar ISO.

Adapun untuk dilakukan jangka menengah/panjang seperti memperkuat sistem pangan, meningkatkan integrasi petani kecil dan agribisnis kecil dan menengah ke dalam rantai nilai lokal untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai produk lokal dan mengurangi ketergantungan negara pada impor eksternal.

Selain itu, harus meningkatkan pengenalan adaptasi Perubahan Iklim di sektor-sektor penting seperti air untuk mendukung penguatan sistem pangan dan mengeksplorasi tanaman alternatif yang tahan kekeringan seperti sorgum, untuk meningkatkan ketahanan pertanian negara, dengan menawarkan pilihan pangan yang lebih luas.

Baca juga: Polisi Indonesia Gagalkan Penyelundupan Mobil Mewah ke Timor Leste: Bakal Dikirim Lewat Semarang

Berdasarkan hasil Penilaian Dampak Kekeringan Cepat yang dilakukan oleh MAPPF setelah kejadian El Nino parah terakhir (2015/2016), curah hujan yang tidak mencukupi menyebabkan kekeringan yang berdampak pada 78 persen rumah tangga (sekitar 122.345 keluarga atau 709.601 orang) di seluruh negeri.
Kajian ini juga memperkirakan bahwa di tingkat nasional, dari bulan Desember 2015 hingga Februari/Maret 2016, sebanyak 40,6 persen rumah tangga (sekitar 62.717 kepala keluarga atau sekitar 363.759 jiwa) mengalami kekurangan pangan dan jatuh ke dalam kerawanan pangan yang parah akibat dampak kekeringan.

(tatoli.tl/Cidalia Fatima)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved