Piala Soeratin 2023

Piala Soeratin 2023 : Persami Maumere Kehilangan Karakter Tiki Taka Gaya Samba

Berto Hure pelatih Persami Maumere U-17 yang kini membawa Laskar Nian Tana muda berlaga di Soearatin Cup U-17 Ngada pung mengakui itu. 

|
Editor: Edi Hayong
Kolase- TRIBUNFLORES.COM/HO.ISTIMEWA 
LATIHAN - Pemain Persami Maumere sedang melakukan latihan di Gelora Samador Maumere menjelang gelaran Soeratin Cup U-17 Ngada.  

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Albert Aquinaldo

POS-KUPANG.COM, BAJAWA - Sebagian besar pecinta sepak bola Nusa Tenggara Timur merindukan ciri khas permainan Persami Maumere dengan gaya khas tiki taka ala Samba Brazil. 

Permainan sepak bola indah dari kaki ke kaki dengan liukan pemain dalam mengolah si kulit bundar yang kerap dipertontonkan Persami Maumere sejak era 80an pada setiap turnamen level Provinsi NTT kini nyaris tidak terlihat lagi. 

Dengan gaya khas tiki taka itu, tak pelak Persami Maumere dijuluki Brazilnya NTT. Sayangya, tiki taka itu kini sudah mulai hilang. 

Berto Hure, pelatih Persami Maumere U-17 yang kini membawa Laskar Nian Tana muda berlaga di Soearatin Cup U-17 Ngada pung mengakui itu. 

Menurut Berto, hilangnya gaya tiki taka ala Persami Maumere disebabkan karena minimnya pembinaan sepak bola usia dini di Kabupaten Sikka, hanya beberapa klub saja yang melakukan pembinaan sepak bola pada level usia dini. 

"Jadi soal karakter bermain tiki taka itu kita kembali lagi pada skil anak-anak, faktor pembinaan ini yang mempengaruhi skil anak-anak, soal passing, kontrol, itu yang mempengaruhi karena kalau bermain bola-bola pendek dibutuhkan kualitas passing dan kontrol yang bagus," ungkap Berto Hure disela-sela mempersiapkan Laskar Nian Tana muda jelang laga melawan BMP FC Flores Timur pada fase knock out. 

Dengan kondisi ini, dia berharap agar gelaran kompetisi sepak bola di level Kabupaten Sikka sendiri  diperbanyak melalui kerja sama antara Askab PSSI Sikka, Pemda Sikka dan pihak ketiga. 

Edi Kurniawan, salah satu pelatih sepak bola di Kabupaten Sikka menyebutkan, faktor yang permainan sebuah tim tergantung siapa yang melatih tim.

Selain itu, faktor yang mempengaruhi gaya bermain tim yakni kultur kompetisi di daerah tersebut dan proses pembinaan. 

"Kalau Maumere inikan, ciri khas kita tiki taka, Sambalah, orang sering omong Sambanya NTT itu Persami, waktu kita kecil dulu juga masih seperti itu, tapi hari-hari ini, sepak bola itu mengalami kemajuan, kadang-kadang yang pegang atau pelatih sepak bola ini dia belajar sepak bola atau pengetahuannya dia dalam konteks sepak bola kekinian, kalau sekarangkan ada filanesia, memang menekankan bukan pada tiki takanya tapi efektifitas dan efisien," jelas Edi Kurniawan. 

Namun, Edi optimis bisa mengembalikan ciri khas permainan tiki taka Persami Maumere karena menurut dia, tipikal orang Maumere senang dengan permainan indah tiki taka.

Dia juga menyebut, permainan tiki taka bisa dipadukan dengan sepak bola kekinian yakni filanesia. 

Baca juga: Piala Soeratin 2023, Dua Tim Favorit Penonton Asal Alor Pulang Kampung

Baca juga: Bintang Timur FC Atambua NTT, Melejit di El Tari Memorial Cup Diperhitungkan di Piala Soeratin 2023

"Selama saya menangani tim, saya terapkan itu, saya belajar filanesia tahun 2018, saya angkatan kelima untuk angkatan seluruh Indonesia, walaupun memang ada kelemahan-kelemahan karena anak-anak kita inikan tidak dibina dari dasar, kalau filanesia itukan dari umur 6-9 tahun itukan sudah dibina," jelas Edi Kurniawan. 

Hilangnya karakter tiki taka dalam permainan sepak bola Persami Maumere juga dirasakan Fredy MBW, mantan pemain Persami Maumere yang saat ini menjadi pelatih sepak bola di Kabupaten Sikka. 

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved