Berita Sikka

Togo Pare, Ucapan Syukur Masyarakat Mapitara Sikka Atas Hasil Panen Padi Melimpah 

Mereka terdiri tokoh adat dari usia tua hingga muda antusias menari dan melantunkan syair-syair adat saat menampilkan tarian Togo Pare

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/ARNOLD WELIANTO
42 warga desa Natakoli, Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka menampilkan tarian Togo Pare pada Festival Mapitara 2023 yang berlangsung di halaman Gereja Paroki HaleHebing, desa Hebing, Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka, Sabtu 28 Oktober 2023 kemarin. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Arnold Welianto

POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Sebanyak 42 warga Desa Natakoli, Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka menampilkan tarian Togo Pare pada Festival Mapitara 2023 yang berlangsung di halaman Gereja Paroki Hale Hebing, Desa Hebing, Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka, Sabtu 28 Oktober 2023 kemarin.

Mereka terdiri tokoh adat dari usia tua hingga muda antusias menari dan melantunkan syair-syair adat saat menampilkan tarian Togo Pare. Togo dalam bahasa Sikka berarti menari sedangkan pare berarti padi.

Thomas Aquino, salah satu peserta Togo Pare mengatakan, tarian Togo Pare sebagai tarian ucapan syukur masyarakat di Mapitara apabila mendapatkan hasil panen padi yang melimpah.

Baca juga: Portal Pintu Masuk RSUD TC Hillers Maumere Tuai Polemik, Pemkab Sikka Minta Maaf

Sejumlah penari ini antusias karena merayakan kembali dan mengenang Togo Pare yang sudah hampir punah.

Dikatakannya, dalam tarian tersebut para tokoh adat juga melantunkan syair-syair adat yang menceritakan asal mula padi hingga berubah menjadi nasi.

Dalam syair adat yang dilantunkan tokoh adat dengan istilah "Ea poi te pida bait, tinu poi te watu regon" menceritakan kehidupan masyarakat waktu itu yang belum mengenal padi yang kemudian diolah menjadi nasi kerena dalam kehidupan masyarakat waktu itu hanya mengkonsumsi ubi hutan, buah-buahan dan air mentah.

Menurutnya, awal mulanya ada salah satu tokoh adat namanya Lio-lio sapiaman ingin membuka kebun namun tidak ada bibit pertanian sehingga ia membunuh anak gadisnya kemudian membagi anggota tubuh anaknya menjadi beberapa bagian.

Baca juga: Fakultas Teknologi Pangan Pertanian dan Perikanan Unipa di Sikka Gelar Kemah Bahari 2023

Setelah itu, beberapa bagian tubuh anak itu berubah menjadi padi, kelapa dan tanaman pertanian lainnya. anak gadis tersebut bernama Nalu Pare yang berasal dari daerah Lio Ende.

Dikatakannya, kemudian bibit padi kemudian dibawah masuk ke wilayah kecamatan Mapitara oleh salah satu suku bernama suku Lio Lere di Desa Egon Gahar. Lalu kemudian masyarakat mulai mengenal tanaman pertanian seperti padi dan tanaman pertanian lainnya.

Menurutnya, pada waktu itu ketika masyarakat di Mapitara mendapatkan hasil penen melimpah mereka akan menari Togo Pare sebagai ucapan syukur atas hasil panen. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lain di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved