Sidang Sinode GMIT di Sabu Raijua

Sidang Sinode GMIT ke-35 di Sabu Raijua Telah Dimulai, Ini Tiga Calon Kuat Ketua Majelis Sinode

Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) menggelar Sidang Sinode GMIT ke-35 di Kabupaten Sabu Raijua, selama 11-21 Oktober 2023.

Editor: Alfons Nedabang
SINODEGMIT.OR.ID
Ketua Majelis Sinode GMIT Periode 2020-2023, Pdt Mery Kolimon bersama panitia Sidang Sinode GMIT ke-35 di Kabupaten Sabu Raijua, Selasa (10/10/2023). 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) menggelar Sidang Sinode GMIT ke-35 di Kabupaten Sabu Raijua, selama 11-21 Oktober 2023.

Kegiatan dipusatkan di Desa Eimau, Kecamatan Sabu Tengah itu dibuka pada Rabu (11/10).

Sidang yang diikuti 53 Klasis tersebut membahas dan mengevaluasi pelayanan serta menyusun program pelayanan gereja.

Selain itu, memilih Majelis Sinode GMIT periode 2024-2027, menggantikan Ketua Majelis Sinode GMIT Pdt Mery Kolimon, STh (2020-2023).

Dikutip dari sinodegmit.or.id, website resmi Sinode GMIT, delegasi Klasis-Klasis, mitra ekumenis dan undangan telah tiba pada Selasa (10/11) dengan menggunakan kapal laut.

Usai sarapan di Jemaat Yeruel Seba Kota, para peserta yang berjumlah kurang lebih 500 orang diantar oleh panitia ke penginapan di rumah-rumah jemaat.

Baca juga: Pendeta Samuel Pandie dan Pendeta Norman Nenohai Diusulkan Jadi Calon Ketua Majelis Sinode GMIT

Persidangan Sinode GMIT pada Rabu dimulai pukul 09.00 Wita, dihadiri sekitar 1.000 orang.

“Sekitar 700 orang peserta sidang termasuk peninjau, dan anggota jemaat di pulau Sabu Raijua, sehingga jumlahnya sekitar seribu sampai seribu dua ratus orang,” kata Pdt Mery Kolimon saat konferensi pers di Sabu, Selasa (10/10).

Kendati aula persidangan belum 100 persen rampung namun Ketua Panitia Pembangunan Thimotius Ludji dan Ketua Majelis Klasis Sabu Timur, Pdt. John Mozes Hendrik Wadu Neru mengaku sungguh-sungguh merasakan campur tangan Tuhan dalam proses pembangunan ini sehingga gedung ini bisa digunakan sebagai tempat persidangan tepat pada waktunya.

Sidang Sinode diawali dengan kebaktian dipimpin Pdt Jacklevyn Fritz Manuputty, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

Selain pimpinan PGI, hadir pula pimpinan Gereja Protestan dari Timor Leste, Gereja Kristen Sumba, mitra dari Gereja Australia, Compassion, Wahana Visi Indonesia dan pemerintah.

Persidangan sinode yang dilaksanakan setiap empat tahun sekali ini bertujuan mengevaluasi pelayanan selama satu periode (2020-2023), menetapkan HKUP periode berikut (2024-2027), memutuskan sejumlah dokumen penataan organisasi, dan pemilihan MS GMIT 2024-2027.

Baca juga: Pdt. Samuel Pandie Dapat Dukungan Balon Ketua Majelis Sinode GMIT dari Klasis Kota Kupang Timur 

Tiga Bakal Calon

Pada hari pertama Sidang Sinode GMIT ke-35 sudah ramai diperbincangan nama-nama bakal calon Ketua Majelis Sinode GMIT.

Tiga nama bakal calon yang santer diperbincangkan, termasuk diusulkan Klasis, yakni Pdt Joseph Anderias Manobe STh; Pdt Yaksih A Nuban Timo, STh, MSi dan Pdt Samuel Pandie, STh

Sebelumnya, Pdt Joseph Anderias Manobe STh mengingatkan jangan sampai gereja saat ini bermain di tatanan pencitraan.

Menurut tokoh agama yang akrab disapa Pdt Yandi Manobe ini, perjumpaan etika dan teologi adalah spritualitas.

Dalam konteks GMIT, spiritualitas sangat penting. Spritualitas didefinisikan sebagai sebuah gerakan dari dalam ke luar bukan dari luar ke dalam yang di dalam adalah teologi dan yang ke luar itu etika.

"Semua yang dari luar itu semua pencitraan Nah, jangan sampai gereja bermain di tatanan pencitraan. Contoh pencitraan spiritualitas itu misalnya begini, kita bicara tentang kebersihan kota, kalau orang yang spiritualnya bagus, dia lihat kotoran di situ, dia tinggal ambil, dia tinggal sapu, selesai. Tapi kalau pencitraan, waktu dia lihat kotoran, sampah di situ, dia bilang kawan dong, pas Beta ambil, besong foto, video. Kira-kira seperti itu," jelas Pdt Yandi Manobe, Selasa (10/10).

Ia mengatakan, Sinode GMIT punya PR yang besar untuk mensosialisasikan supaya apa yang diketahui para pendeta dan pemimpin gereja sama diketahui oleh gereja.

Baca juga: Kabupaten Sabu Raijua Tuan Rumah Sidang Sinode GMIT ke-35

Gereja ketika merespon harus memiliki gaya seperti gereja bukan seperti LSM atau lembaga lainnya.

Pdt. Yandi Manobe juga menerangkan, gereja sudah memiliki tata gereja yang telah mengatur seluruh sistem dengan baik. Kalau taat dengan sistem, gereja menghasilkan banyak sekali keputusan, hal-hal tetapi, tidak mampu untuk bisa mensosialisasikannya dengan baik, hanya orang atau tatanan tertentu yang mengetahui sistem ini, tidak sampai ke Jemaat.

Setiap orang yang menjadi Ketua GMIT, kata Pdt Yandi Manobe, tidak punya visi pribadi karena gereja sudah punya visi. Visinya jelas, mendatangkan tanda-tanda kedatangan kerajaan Allah di tengah dunia.

Misinya jelas, panca pelayanan yakni Oikonomia (Penataran Layanan) Koinonia( Persekutuan), Marturia (Kesaksian), Diakonia (Pelayanan Kasih), Liturgia (ibadah).

Dengan visi dan misi yang sudah ada, saat ini membutuhkan komitmen untuk ada di situ dengan berbagai talenta dan karunia dari Tuhan, semua orang menjadi penting untuk membangun pelayanan ini sudah cukup.

"Sadar bahwa siapapun menjadi ketua Sinode dia tidak lebih pintar dari yang lain. Menjadi ketua Sinode itu sebenarnya kepercayaan. Teman-teman sepakat, tidak ada satu lebih hebat dari yang lain," katanya.

"Bukan karena kita lebih tetapi karena teman-teman sepakat untuk kita memimpin, Maka ketika berbicara tentang gereja, semua orang harus turut bicara, semua orang harus diakomodir orang punya pembicaraan," tambah Pdt Yandi Manobe. (aca/dhe)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved