Berita Sumba Timur
Mengenal Pahikung, Songket Milik Masyarakat Sumba Timur
para pengrajin tidak akan menghabiskan waktu membuat Songket Pahikung dan akan membuatnya sesuai permintaan.
Penulis: Mutiara Christin Melany | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Christin Malehere
POS-KUPANG.COM, WAINGAPU - Kabupaten Sumba Timur memiliki beragam jenis Tenun Ikat dan Songket atau yang dikenal dengan nama Pahikung.
Tenun ikat punya motiv yang beragam, demikian juga Pahikung juga mempunyai motiv sederhana, diantaranya bergaris atau simetris, corak bunga, segi enam, serta corak binatang.
Setiap motiv pada tenun ikat atau Pahikung memiliki arti berbeda, serta menunjukkan status sosial seseorang.
Misalnya Pahikung yang digunakan oleh Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia G.L.Kalake, dalam peringatan Hari Batik Nasional di Istana Negara Jakarta pada Senin 2 Oktober 2023 malam.
Baca juga: Pelajar SD-SMP di Sumba Timur Ikuti Festival Tunas Bahasa Ibu
Kepada POS-KUPANG.COM, Selasa 3 Oktober 2023, Pengrajin Tenun Ikat di Kampung Prailiu, Yustina Ndai Ngana menilai Pakaian dari Penjabat Gubernur NTT yang dipakai tersebut modifikasi dari beberapa Pahikung terdiri dari beberapa songket dengan warna dan motiv berbeda.
Pahikung berwarna Coklat berbentuk persegi empat, Songket berwarna merah dengan motiv Lodu (matahari) dan bergaris, serta Songket berwarna biru bercorak Habaku (cicak terbang) yang diberi warna putih.
"Setiap motiv punya arti yang berbeda, dan setiap motiv mempunyai arti masing-masing, dan semakin rumit motiv yang ada pada tenun ikat maupun Pahikung, maka semakin tinggi pula status sosial seseorang," ungkap Yustina.
Pengrajin lainnya, Febrianti Ngguna Pandau kong mengungkapkan Pahikung prosesnya berbeda dari tenun ikat karena setelah mewarnai benang akan langsung ditenun.
Berbeda dari tenun ikat yang harus melakukan pewarnaan beberapa kali barulah proses menenun.
Terkait motiv pada Pahikung untuk motiv sederhana seperti bunga hanya membutuhkan waktu sekitar dua jam, serta pola binatang berukuran kecil juga membutuhkan waktu yang singkat.
Sedangkan pola binatang besar seperti gajah, jerapah, kuda, maka membutuhkan teknik yang lebih rumit dan bisa memakan waktu pengerjaan minimal dua hari dan maksimal satu minggu.
"Teknik membuat motiv pada Pahikung cukup rumit dan memakan waktu lama, sehingga kami lebih cenderung menyelesaikan pekerjaan tenun ikat lebih dahulu barulah mengerjakan Pahikung," ungkap Febrianti.
Menurutnya, para pengrajin tidak akan menghabiskan waktu membuat Songket Pahikung dan akan membuatnya sesuai permintaan.
Baca juga: Polres Sumba Timur Amankan Miras dan Sajam dalan Operasi Pekat
Terkait harga selembar Songket Pahikung dengan pewarna alami sebesar Rp 650.000, sedangkan dalam bentuk sarung (gabungan tiga lembar Pahikung) harganya Rp 1,8 juta hingga Rp 6 Juta.
"Itu harga standar untuk Songket Pahikung dengan pewarna alami, sedangkan harga Pahikung dengan pewarna benang pabrik, harganya jauh lebih murah," pungkasnya. (zee)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.