Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 4 September 2023, Tiada Nabi yang Dihargai di Tempat Asalnya
Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Tiada Nabi yang Dihargai di Tempat Asalnya.
Ketika kita melihat lebih mendalam, dari kisah itu kita lihat bahwa pada awalnya mereka sangat tertegun dan sangat berminat karena Yesus mengajarkannya dengan sangat luar biasa bahkan mereka sendiri membenarkan apa yang disampaikan oleh Yesus dan menjadi heran karena kata-kata yang indah yang diucapkan oleh Yesus.
Kata heran ini mengandung pengertian “tidak masuk akal” atau “tidak bisa diterima” orang seperti ini bisa melakukan hal-hal itu.
Dan mereka mengenal Yesus sebagai salah satu dari mereka di kampung Nazareth ini, “Bukankah Dia anak Yusuf?”
Konteks kalimat mereka sebenarnya sudah mewakili konteks orang Nazareth pada umumnya dan situasi sosial dan ekonomi masyarakatnya.
Secara sosial, Nazareth dipandang sebagai kampung kecil dan tak dikenal orang.
Secara sosial mereka juga dianggap sebagai masyarakat kalangan bawah saja karena kebanyakan mereka hanya bekerja sebagai petani atau nelayan saja.
Tidak ada yang luar biasa. Maka bagi mereka dan juga dipercaya oleh mereka bahwa nabi-nabi besar dan Mesias itu tak mungkin berasal dari Nazareth. Itu isapan jempol saja.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 4 September 2023, Mengenal Yesus Lebih Dalam
Bagi mereka konteks Nazareth tidak mugkin masuk dalam tatanan rencana Allah untuk manusia.
Jadi ketika mereka mendengar Yesus, mereka lalu menjadi heran sekali karena tak mungkin itu bisa terjadi. Maka mereka menolak Yesus.
Mereka menolak karena setelah membaca kitab Yesaya yang berbicara tentang penggenapan akan janji Allah seorang Mesias bagi bangsa Israel dan Yesus menyebutkan diriNya sebagai penggenapan akan firman yang mereka dengar dari Yesaya itu. Bagi mereka, ini palsu karena dalam pandangan mereka Mesias itu tak pernah berasal dari Nasareth.
Dalam konteks inilah, Yesus ditolak oleh orang-orang sekampungnya.
Dan Yesus pun membenarkan itu, “Aku berkata kepadamu, sungguh tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya.”
Yesus tahu bahwa orang-orang seasalnya menolak Dia, tetapi tetap saja Yesus mengajarkan firman itu kepada orang-orang seasalnya.
Dalam konteks ini, bagaimanan dengan kita? Ada banyak orang yang ada di sekitar kita yang punya banyak kemampuan dan bisa jadi memiliki talenta atau karunia tertentu yang luar biasa.
Namun kadang kita secara langsung membuat penolakan karena melihat status orangnya, tempat asalnya, pendidikannya, dan seterusnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.