Berita Bisnis
Pemerintah Indonesia Berencana Merger Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air
Maskapai penerbangan sekarang sedang mempelajari operasi mereka dan bagaimana hal ini dapat digabungkan ke dalam operasi gabungan.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir telah mengajukan proposal penggabungan (merger) tiga maskapai penerbangan milik negara untuk. Tujuannya untuk efisiensi biaya dan menyederhanakan operasi.
Hal itu disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir pada akhir pekan lalu.
Menurut dia, jika merger dilanjutkan, maskapai penerbangan Garuda Indonesia akan bergabung dengan anak perusahaan berbiaya rendahnya, Citilink dan Pelita Air, yang merupakan divisi maskapai penerbangan dari Pertamina (raksasa minyak milik negara).
Maskapai penerbangan sekarang sedang mempelajari operasi mereka dan bagaimana hal ini dapat digabungkan ke dalam operasi gabungan.
Idenya adalah bahwa satu operator untuk semua akan mengurangi biaya, seperti yang terlihat ketika negara ini menggabungkan empat operator pelabuhan milik negaranya, Pelindo, yang menghasilkan pengurangan biaya operasional sebesar 50 persen.
Belum ada kesimpulan
Meski sejumlah pihak menekankan bahwa hal tersebut saat ini baru sebatas usulan, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mempertimbangkan dan merilis komentar tersebut, seperti dilansir fl360aero, “Inisiatif merger masih dalam tahap pembahasan dan belum selesai. Karena semua sedang dianalisa dan dikaji secara matang.”
Perbaikan ekosistem bisnis akan menjadi hasil akhir sekaligus meningkatkan konektivitas ke negara dengan populasi 273 juta jiwa yang tersebar di 6.000 pulau berpenghuni dari 18.000 pulau di Indonesia, termasuk Jawa, pulau terpadat di dunia dan rumah bagi 145 juta orang.
Maskapai yang lebih tangguh untuk Indonesia
Dengan ambisi membangun maskapai penerbangan yang lebih kuat lagi untuk Indonesia, ketiga maskapai tersebut saat ini menguasai sepertiga pasar domestik.
Jika penggabungan tersebut dilanjutkan, maskapai baru tersebut akan memiliki armada sebanyak 550 pesawat, dengan target sebanyak 750 pesawat.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menguraikan perlunya badan usaha milik negara tersebut untuk mengurangi biaya.
“BUMN harus terus menurunkan biaya. Pelindo telah digabung dari empat perusahaan menjadi satu. Kami juga mendorong Pelita Air, Citilink, dan Garuda Indonesia untuk melakukan hal yang sama untuk menurunkan biaya juga,” katanya.
Karena Garuda memerlukan persetujuan kreditor pada tahun 2022 untuk merestrukturisasi maskapai tersebut, termasuk kewajiban sekitar $9 miliar, maskapai nasional tersebut melaporkan kerugian sebesar $76,5 juta pada tahun ini.
Presiden Direktur Citilink Dewa Kadek Rai menyatakan kepada Jakarta Post bahwa jika merger tersebut dilanjutkan, ia berharap merger tersebut dapat terealisasi sebelum akhir tahun.
Siapa Pelita Air
Meskipun Garuda Indonesia dan Citilink lebih terkenal, divisi maskapai penerbangan raksasa minyak Pertamina hanya menampung 11 pesawat sederhana dari pangkalannya di Bandara Internasional Soekarno Hatta (CGK) Jakarta.
Jajaran pesawat tersebut mencakup tujuh Airbus A320-200, masing-masing satu ATR 72, ATR 42, dan Fokker 100. Pesawat ini juga memiliki ATR72 lain yang diparkir dan saat ini tidak beroperasi.
Layanan Beda Kelas Kok Digabung?
Pengamat penerbangan Alvin Lie mempertanyakan akan seperti apa fokus bisnis holding penerbangan ini jika ketiga maskapai yang berbeda kelas pelayanan ini digabungkan.
Pasalnya, masing-masing maskapai memiliki fokus bisnis di kelas yang berbeda. Garuda Indonesia merupakan maskapai full service, sedangkan Citilink dan Pelita Air merupakan maskapai berbiaya rendah atau Low Cost Carrier (LCC).

Dengan adanya perbedaan kelas pelayanan tersebut, maka izin penerbangan juga berbeda termasuk pada penentuan tarif batas atas antara maskapai full service, medium service, dan LCC.
"Ini saya juga agak kesulitan memahami kalau itu nanti tiga perusahaan ini Garuda, Pelita, dan Citilink dijadikan satu apakah namanya nanti hanya tinggal satu Garuda saja atau Citilink saja atau Pelita saja?
Itu agak rancu ya karena pelayanan penerbangan ini kan ada kelas pelayanannya. Kan sangat aneh kalau Garuda kemudian juga jadi LCC misalnya," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa 22 Agustus 2023.
Perbandingaan dengan bisnis Lion Air Group dan Singapore Airlines
Selain itu, dari sisi konsumen juga menjadi rancu dalam memilih kelas penerbangan jika ketiga maskapai ini digabungkan.
"Apa yang dapat menjadi ekspektasinya (konsumen) kalau mereknya sama?" kata dia.
Bahkan, dia memperkirakan penggabungan ini akan membuat Garuda Indonesia kehilangan banyak pelanggan yang selama ini menikmati layanan premium eksklusif yang ditawarkan Garuda.
Alvin membandingkan dengan maskapai swasta Lion Air Group yang masing-masing maskapainya memiliki kelas pelayanan yang jelas.
Misalnya Lion Air dan Super Air Jet fokus menjadi maskapai LCC serta Wings Air fokus melayani penerbangan dengan pesawat baling-baling,
Begitu pun di negara lain seperti Singapore Airlines yang merupakan maskapai penerbangan nasional Singapura.
Singapore Airlines ini memiliki satu anak usaha yang bergerak di bidang penerbangan juga yaitu Scoot. Namun keduanya membidik pasar yang beda.
"Saya melihat di negara-negara lain itu ada pembedaannya. Singapore Airlines itu full service, LCC-nya Scoot anak perusahaan, mereknya beda, karakternya beda, rutenya juga bisa beda," ucapnya.
Apakah tarif penerbangan jadi terjangkau?
Oleh karenanya, dia justru khawatir jika Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air digabung justru akan menjadi tidak kompetitif.
Kemudian, dikhawatirkan penggabungan ini akan membuat maskapai tidak gesit menghadapi dinamika persaingan usaha di industri penerbangan.
Pasalnya, saat ini saja Garuda Indonesia sudah menjadi maskapai besar lalu jika digabung dengan dua maskapai lain maka organisasinya akan menjadi terlalu besar.
Dia juga yakin, penggabungan tiga maskapai milik negara ini tidak akan membuat tarif penerbangan menjadi lebih terjangkau.
"Apakah bisa membuat tarif penerbangan lebih terjangkau? Tidak. Tidak, justru saya khawatir justru menjadi tidak efisien," tukasnya.
Bukan berarti melebur
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menjelaskan, langkah ini diambil karena ingin dalam satu industri hanya satu BUMN yang terlibat menjadi pengelola.
"Ini kan bagus, karena Pak Erick ingin satu pengelolaan untuk satu industri. Jadi kan kita punya 3, ada Garuda, Citilink, Pelita. Jadi cukup satu manajemen mengelola semua walaupun nanti terbagi-bagi," ujarnya saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu 23 Agustus 2023.
Menurutnya, merger tersebut bukan berarti melebur ketiga maskapai menjadi hanya satu maskapai. Arya bilang, Citilink akan tetap menjadi anak usaha Garuda Indonesia, hanya saja untuk Pelita Air masih dalam diskusi penempatan posisinya.
"Bukan merger jadi satu nama Garuda, enggak. Citilink tetap ada di situ, tapi Pelita belum tahu posisinya di mana," kata dia.
Terkait skema penggabungannya, dia mengaku belum mengetahui secara pasti. Termasuk ketika ditanya kemungkinan akan mengikuti skema penggabungan Pelindo, sebab masih dalam kajian.
"Ya inbrengnya (pengalihan saham) ke mana, apakah ke Garuda, apakah ke Citilink, kan kita enggak tau, apakah dia akan seperti subholding, kita belum tahu juga nih, masih dikaji," ucap Arya.
Terkait adanya perubahan tarif tiket pesawat karena merger tersebut, Arya hanya menegaskan, bahwa merger bukanlah peleburan menjadi hanya satu entitas.
Saat ini posisi Pelita Air sedang dikaji untuk masuk ke Garuda Indonesia atau Citilink, atau dengan skema lainnya. "Jadi ini masih dihitung lah, mudah-mudahan cepat (selesai proses merger-nya)," pungkas dia.
Tanggapan Garuda Indonesia dan Pelita Air Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan bahwa rencana merger tersebut masih dalam proses diskusi intensif antara pihak terkait. "Hingga saat ini proses diskusi terkait langkah penjajakan aksi korporasi tersebut masih terus berlangsung intensif," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (22/8/2023).
Ia pun menyatakan, bahwa Garuda Indonesia akan mendukung langkah yang diambil Kementerian BUMN terkait wacana penggabungan ketiga maskapai BUMN tersebut.
"Garuda Indonesia Group tentunya akan mendukung dan memandang positif upaya wacana merger tersebut yang tentunya akan dilandasi dengan kajian outlook bisnis yang prudent," ungkap dia.
Senada, Vice President Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, pihaknya akan mengikuti keputusan pemerintah terkait rencana penggabungan Pelita Air dengan dua maskapai BUMN lainnya.
Menurutnya, rencana merger tersebut memang sudah menjadi pembahasan di internal BUMN, namun masih dalam tahap awal.
Oleh sebab itu, masih dilakukan pembahasan lebih lanjut dengan Kementerian BUMN dan pihak maskapai lainnya. "Untuk saat ini tentunya masih tahap awal, sehingga masih harus dikoordinasikan lebih lanjut dengan Kementerian BUMN, juga Garuda dan Citilink," kata Fadjar kepada Kompas.com, Rabu 23 Agustus 2023.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Stafsus Erick Thohir: Merger 3 Maskapai BUMN Bukan Berarti Melebur, tapi Cukup 1 Manajemen", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2023/08/23/204119426/stafsus-erick-thohir-merger-3-maskapai-bumn-bukan-berarti-melebur-tapi-cukup-1?page=all#google_vignette.
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Aprillia Ika
(simpleflying.com/kompas.com)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Garuda Indonesia
Citilink
pelita air
merger
Menteri BUMN
Erick Thohir
Pos Kupang Hari Ini
POS-KUPANG.COM
GoTo Indonesia Rugi 5,8 Miliar Dollar Tahun 2023 Karena Penurunan Nilai TikTok |
![]() |
---|
Freeport Indonesia Dapat Izin Ekspor Tembaga, Siap Gugat Bea Ekspor Baru |
![]() |
---|
Indonesia Luncurkan Pertukaran Crypto dan Clearing House untuk Meningkatkan Regulasi |
![]() |
---|
Bunga Fitria Rizqiana: Harus Mempertahankan Eksistensi Usaha |
![]() |
---|
Kepala OJK NTT Sebut Gambaran Total Aset Perbankan yang ada di NTT Mencapai 43.9 Trilyun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.