KKB Papua

Dulu Kampung Goliat Tabuni Ini Jadi Markas KKB Papua, Tapi Sekarang Semua Sudah Berubah

Kampung Melekom Distrik Tinggi Nabut kini menjadi bahan perbincangan publik. Pasalnya, kampung di pegunungan Papua itu dulunya jadi markas KKB Papua.

|
Penulis: Frans Krowin | Editor: Frans Krowin
POS-KUPANG.COM
DULU JADI MARKAS – Kampung Malekom, Distrik Tinggi Nabut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua dulunya menjadi kampung KKB Papua. Tapi sekarang semuanya sudah berubah. Di kampung ini masyarakat sudah hidup aman dan damai. 

POS-KUPANG.COM – PAGI itu cuaca cerah, langit tampak membiru. Pemandangan alam Kampung Malekom, Distrik Tinggi Nabut, Kabupaten Puncak Jaya Papua, pun terlihat bak permadani hijau. Apalagi dari ufuk timur, sang surya memancarkan sinarnya penuh kehangatan.

Keadaan itu kini viral di media sosial. Video berdurasi pendek itu memperlihatkan kehidupan masyarakat Kampung Malekom yang semakin damai dari waktu ke waktu.

Kampung Melekom, Distrik Tinggi Nabut, memang menjadi bahan perbincangan publik. Pasalnya, kampung di pegunungan Papua tersebut, dulunya merupakan salah satu markas Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua.

Terungkap kabar bahwa Kampung Malekom adalah salah satu markas terkuat KKB Papua pimpinan Goliat Tabuni. Di kampung inilah Goliat Tabuni bercokol dan merencanakan semua aksi mengerikan di Papua.

Pagi itu, cuaca demikian bersahabat. Deru mesin sepeda motor meraung-raung membelah keheningan pagi di kampung tersebut.

Mungkin karena suhu udaranya demikian bersahabat, sehingga warga setempat pun terlihat duduk berkumpul di depan rumah sambil bersenda gurau penuh kekeluargaan.

Menuju kampung tersebut, kondisi jalannya memang belum diaspal. Meski begitu, ruas jalan yang dibangun relatif baik dan layak untuk lalu lintas kendaraan dari dan ke kampung tersebut.

Medan menuju kampung itu pun tak terlalu sulit walaupun sedikit jauh di wilayah pedalaman. Sementara kondisi hidup masyarakat terlihat sangat bersahaja.

Di wilayah ini pada Juni 2023, misalnya, sempat dikunjungi Satgas Pamtas RI-PNG (Papua Nugini) kewilayah Yonif R 712/Wiratama.

Kala itu sekitar 13 personel prajurit TNI Polri yang dipimpin Letda Inf Irwansyah Siregar melaksakan komsos di honai Emi Tabuni.

Pada momen itu, prajurit TNI Polri sempat menyerahkan bendera merah putih untuk membangkitkan rasa cinta warga kepada NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia ). Sempat pula dibagikan makanan ringan untuk disantap bersama.

Suasana hidup nan damai itu membuat hati senang. Karena masyarakat setempat tak merasakan lagi gangguan, ancaman, teror bahkan pembunuhan yang dilakukan oknum tak bertanggung jawab terhadap pihak lain.

Baca juga: KKB Papua Saling Serang, Kampung Kecil Ini Jadi Saksi Tindakan Brutal Kelompok Kriminal Bersenjata

Berubahnya suasana hidup masyarakat saat inilah, yang setidaknya memperlihatkan bahwa Malekom yang dulunya menjadi markas Kelompok Kriminal Bersenjata, kini berubah menjadi kampung yang penuh damai.

Malekom yang dulunya merupakan kampung nan seram karena ulah oknum tertentu, kini telah berubah. Bahkan dari suasana yang seram di masa lalu, kini telah menjelma menjadi pemukiman yang penuh damai dengan kehidupan masyarakat yang aman dan nyaman.

kolase/foto: kampung malekom distrik tinggi nabut papua
AMAN DAMAI – Seperti inilah suasana hidup di Kampung Malekom, Distrik Tinggi Nabut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua saat ini. Masyarakat hidup dalam suasana yang aman dan damai.

Untuk diketahui, hingga saat ini KKB Papua belum juga mengakhiri tindakan anarkisnya. Kelompok separatis teroris ini tetap melancarkan aksi yang mengundang instabilitas.

Salah satunya, adalah ketika mereka menyerang pos aparat keamanan hingga melukai beberapa prajurit TNI Polri yang sedang bertugas di wilayah tersebut.

Salah satu contoh kasus penyerangan itu, adalah peristiwa yang terjadi di Yahukimo. Dalam serangan itu memang tak ada korban jiwa. Tetapi beberapa prajurit menderita luka-luka dan harus dirawat intensif.

Berkat kerja keras aparat keamanan, sehingga oknum yang menyerang pos brimob itu pun telah dilumpuhkan. Peristiwa pelumpuhan terjadi saat prajurit TNI Polri menggerebek salah satu markas KKB Papua yang letaknya tak jauh dari Kantur Bupati Yahukimo.

Baca juga: Berniat Bakar Sekolah, Anggota KKB Papua Ini Malah Bungkam Diterjang Peluru Sniper, Begini Kisahnya

Penggerebekkan itu setelah aparat keamanan meringkus salah satu oknum warga berinisial AS, yang diduga sebagai kaki tangan anggota KKB Papua.

Dari pemeriksaan yang dilakukan, akhirnya terungkap nama oknum yang menyerang pos brimob Yahukimo. Terungkap pula markas yang selama ini digunakan oleh warga sipil bersenjata api itu.

Dalam serangan itu, TNI Polri berhasil menduduki tempat persembunyian itu. Bahkan dengan mudah, prajurit TNI Polri kebanggaan Indonesia mengusir KKB Papua dari markas yang ditempatinya.

Dalam insiden itu, seorang anggota brimob Polda Papua terkena tembakan di bagian paha sehingga harus dilarikan ke rumah sakit terdekat, yakni RSUD Dekai, Ibu Kota Kabupaten Yahukimo.

Sementara dua anggota KKB Papua dipastikan tewas tertembak. Kedua korban itu ditembak karena berusaha memberikan perlawanan saat markasnya didatangi aparat penegak hukum.

Dari kasus inilah terungkap bahwa KKB Papua belum menghentikan tindakannya. Mereka senantiasa berkutat pada sikapnya, menyerang dan menyerang aparat keamanan untuk satu tujuan yakni melepaskan Papua dari NKRI.

Sebagaimana diketahui, selain aksi seperti itu, KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya pun hingga kini belum membebaskan pilot Susi Air yang disandera sejak Selasa 7 Februari 2023.

Bahkan genap  tujuh bulan hari ini, yakni Senin 7 Agustus 2023, pilot berkewarganegaraan Selandia Baru yang bernama Philips Mark Merthens itu, belum dilepas oleh Egianus Kogoya bersama kawan-kawannya.

Belum diketahui secara pasti dimana keberadaan pilot Susi Air itu. Belum diketahui pula seperti apa nasibnya saat ini.

Karena ketika mengawali penyanderaan, Egianus Kogoya menyebutkan bahwa salah satu jaminan untuk mengambil kembali sang pilot adalah uang, senjata dan kemerdekaan.

Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri menandaskan bahwa tuntutan senjata dan kemerdekaan, adalah hal yang mustahil dipenuhi oleh pemerintah, dalam hal ini aparat keamanan.

Akan tetapi, katanya, pemerintah siap menyanggupi tuntutan berupa uang, asalkan Egianus Kogoya segera membebaskan sang pilot dari penyanderaan.

Baca juga: Berniat Bakar Sekolah, Anggota KKB Papua Ini Malah Bungkam Diterjang Peluru Sniper, Begini Kisahnya

Sampai saat ini, kata Kapolda Papua, pihaknya terus melibatkan para tokoh agama dan keluarga Egianus Kogoya untuk melakukan negosiasi pembebasan pilot Susi Air.

Akan tetapi belum ada kata sepakat. Pihaknya berharap agar Egianus Kogoya tetap menjaga pilot Philips Mark Merthens, sehingga tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (*)

Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved