Stunting di Indonesia
Kepala BKKBN Sebut Tiga Faktor yang Bisa Menaikkan Angka Kasus Stunting
Tiga faktor itu adalah jarak kelahiran terlalu dekat, hamil terlalu tua atau terlalu muda dan hamil terlalu sering.
Dengan demikian, pengetahuan perempuan dalam kehidupan berkeluarga terus menjadi perhatian BKKBN sebagai Ketua Pelaksana Program Percepatan Penurunan Stunting.
Hasto menyebut, BKKBN menghadirkan 200.000 tim pendamping keluarga di fasilitas pelayanan kesehatan dasar untuk memberikan pendampingan dan edukasi tentang stunting.
Tim yang terdiri dari sukarelawan berbagai kalangan tersebut diharapkan bisa memberikan edukasi menyeluruh kepada semua pihak.
”Keluarga harus direncanakan dengan baik. Semuanya harus terencana secara simultan dan menyeluruh,” kata Hasto.
Imbauan serupa disampaikan Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi. Emi bersama Istri Panglima TNI ke-21, Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati atau akrab disapa Hetty Andika Perkasa, serta Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu dianugerahi sebagai tokoh penggerak cegah stunting.
Menurut Emi, perhatian dalam pencegahan stunting perlu gerakan holistik, bukan fase kelahiran saja. Dia mengingatkan, penanganan dan edukasi stunting bahkan harus dilakukan sebelum perempuan memasuki usia pernikahan. Adapun kehadiran tim pendamping keluarga akan memastikan edukasi ini bisa berjalan dengan baik.
”Tim pendamping akan mendampingi keluarga, khususnya perempuan. Edukasi di keluarga soal pernikahan, edukasi saat usia kehamilan, hingga setelah melahirkan dan anak memasuki usia di bawah dua tahun dan balita,” ucapnya.
Pencegahan Sejak Calon Pengantin
Sebelumnya, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cempaka Putih Selvy Devita Anggeraini mengatakan pencegahan stunting atau tengkes sebaiknya dimulai dari calon pengantin (catin) karena mereka merupakan cikal bakal terbentuknya keluarga.
"Sebelum menikah, catin mempersiapkan kondisi kesehatannya agar dapat menjalankan kehamilan sehat," kata Selvy dalam seminar pencegahan stunting di Aula Kantor Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Minggu 16 Juli 2023, sebagaimana dilansir Antara.
Dengan mempersiapkan kondisi kesehatan, diharapkan para catin dapat melahirkan generasi penerus yang sehat dan menciptakan keluarga sehat, sejahtera dan berkualitas.
Seminar diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Jakarta Pusat bersama RSUD Cempaka Putih untuk mengedukasi para catin agar keluarganya tidak melahirkan anak yang stunting.
Seminar bertajuk "Sehat Generasi Berkualitas dan Bebas Stunting atau Tengkes" itu diikuti 100 peserta yang terdiri dari 25 pasang calon pengantin, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) kecamatan dan kelurahan, kader PKK, serta para mitra dan peserta dari tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan.
Selain mengikuti seminar, para catin juga menjalani pemeriksaan kesehatan pranikah yang wajib dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan pasangan dan keturunan ke depannya.
Menurut Selvy, pemeriksaan kesehatan juga dapat mencegah kematian ibu dan bayi serta potensi penyakit menular seksual.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.