Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 8 Juli 2023, Menghargai Setiap Peristiwa yang Kita Hadapi
Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Menghargai Setiap Peristiwa yang Kita Hadapi.
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Menghargai Setiap Peristiwa yang Kita Hadapi.
RP. John Lewar menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk bacaan pertama dari Kitab Kejadian 27: 1- 5. 15-29, dan bacaan Injil Matius 9: 14-17.
Di bagian akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Sabtu 8 Juli 2023 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Dalam salah satu seminar di sebuah hotel berbintang, seorang nara sumber sempat mengeluarkan pernyataan yang lebih sering dilontarkan oleh generasi-generasi tua.
Dia katakan, ”Zaman sekarang ini adalah zaman edan, jelek, penuh dengan hal-hal yang bobrok.”
Ketika tiba sesi tanya jawab, seorang mahasiswa bertanya sambil menggugat pernyataan sang profesor, dengan meminta kriteria apa yang dipakai untuk menilai bahwa zaman sekarang adalah zaman edan, jelek dan bobrok.
Setelah mendengar penjelasan sang profesor yang tidak memuaskan, mahasiswa itu kembali menggugat, katanya, ”Profesor tidak boleh menggunakan kaca mata zaman dulu untuk memandang keadaan zaman sekarang dong... Itu sama dengan menambalkan kain yang lama pada kain yang baru, yang jelas tidak akan cocok dan
pasti mengganggu pemandangan.”
Sekilas, gugatan mahasiswa benar, karena dia menerima kenyataan bahwa setiap zaman selalu mempunyai warnanya tersendiri.
Juga setiap generasi yang bertumbuh dan besar dalam sebuah zaman, akan mempunyai karakter sosial tersendiri yang tentu berbeda dari zaman-zaman yang lain.
Yesus menghadapi gugatan para murid Yohanes Pembaptis, perihal puasa. “Kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi mengapa murid-muridMu tidak?”
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 8 Juli 2023, Berkat Tinggal Tetap pada Diri Orang yang Menerimanya
Jawaban Yesus begitu bijaksana; Ia mengutip sebuah ungkapan yang bagus, ”Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian, kain penambal ini akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.”
Dengan mengutip ungkapan tua ini, Yesus ingin mengatakan bahwa kita harus menghargai dengan bijaksana setiap pengalaman atau peristiwa yang kita hadapi.
Kita tidak perlu menggunakan ukuran atau kaca mata kita untuk menilai suatu peristiwa atau pengalaman baru yang sedang kita alami. Kita perlu hadapi peristiwa dan pengalaman aktual dengan menerima secara obyektif, semua kemungkinan positif maupun negatif yang terpantul darinya.
Jika tidak berdamai dengan situasi yang kita hadapi, justru kita akan menjadi orang yang gelisah dan tidak tenang dalam hidup ini.
Kontemplasi
Orang-orang Yahudi terlalu menyibukkan diri berpegang pada tradisi nenek moyangnya sehingga tidak bisa lagi melihat kehadiran Yesus yang menyelamatkan.
Bagi Yesus, kehadiran diriNya di dunia ini merupakan suatu ungkapan belas kasih Allah untuk manusia. Yesus tidak menghendaki agar kehadiranNya dihubungkan dengan ritualisme hidup agama yang formalistis saja, tetapi tidak mempunyai wibawa rohani yang mampu mempengaruhi kesaksian hidup sehari-hari.
Dalam hidup bermasyarakat, terkadang kita pun demikian. Kita berpegang pada tradisi lama dan tidak mau berubah atau melihat hal-hal baru. Ada kecenderungan merancang dan menghidupi aturan-aturan ritual yang mendetail.
Doa
Ya Tuhan Yesus, bantulah aku agar senantiasa percaya kepadaMu walaupun aku tidak melihat mukjizat yang Engkau kerjakan. Jadikanlah aku orang yang percaya kepadaMu dan setia kepada imanku. Amin.
Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Sabtu. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Teks Lengkap Bacaan 8 Juli 2023

Bacaan I: Kejadian 27:1-5.15-29
Yakub menipu saudaranya dan merampas berkat anak sulung.
Pembacaan dari Kitab Kejadian:
Ketika Ishak sudah tua, matanya telah kabur,
sehingga ia tidak dapat melihat lagi.
Pada suatu hari ia memanggil Esau, anak sulungnya,
dan berkata kepadanya, "Anakku."
Sahut Esau, "Ya, bapa."
Berkatalah Ishak,
"Lihat, aku sudah tua, aku tidak tahu kapan akan mati.
Maka sekarang ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu.
Pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang.
Olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari.
Sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan,
agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati."
Tetapi Ribka mendengarnya
ketika Ishak berkata kepada Esau, anaknya.
Setelah Esau pergi ke padang gurun memburu seekor binatang
untuk dibawa kepada ayahnya,
Sementara itu, Ribka mengambil pakaian yang indah
kepunyaan Esau anak sulungnya,
yang disimpannya di rumah.
Disuruhnya Yakub, anak bungsunya, mengenakan pakaian itu.
Kedua belah tangan Yakub serta lehernya yang licin
lalu dibalut dengan kulit anak kambing yang telah ia sembelih.
Lalu ia memberikan makanan yang enak
dan roti yang telah diolahnya
kepada Yakub, anaknya.
Demikianlah Yakub masuk ke tempat ayahnya
serta berkata, "Bapa!"
Sahut ayahnya, "Ya, anakku. Siapakah engkau?"
Kata Yakub kepada ayahnya, "Akulah Esau, anak sulungmu.
Aku telah melakukan, seperti yang Bapa katakan kepadaku.
Bangunlah, duduklah dan makanlah daging buruan masakanku ini.
Lalu berkatilah aku."
Lalu Ishak berkata kepada anaknya,
"Lekas juga engkau mendapatnya, anakku!"
Jawab Yakub,
"Karena Tuhan Allahmu membuat aku mencapai tujuanku."
Lalu kata Ishak kepada Yakub,
"Datanglah mendekat, anakku, supaya aku meraba engkau,
apakah engkau ini anakku Esau atau bukan."
Maka Yakub mendekati Ishak, ayahnya, dan ayahnya itu merabanya serta berkata,
"Kalau suaranya, suara Yakub; kalau tangannya, tangan Esau."
Jadi Ishak tidak mengenal dia,
karena tangannya berbulu seperti tangan Esau, kakaknya.
Ishak hendak memberkati dia, tetapi ia masih bertanya,
"Benarkah engkau ini anakku Esau?"
Jawabnya, "Ya!"
Lalu berkatalah Ishak, "Dekatkanlah makanan itu kepadaku,
supaya kumakan daging buruan masakan anakku,
agar aku memberkati engkau."
Maka didekatkannyalah makanan itu kepada ayahnya.
Lalu Ishak makan;
dibawanya juga anggur kepadanya, lalu ia minum.
Berkatalah Ishak kepadanya,
"Datanglah dekat-dekat dan ciumlah aku, anakku."
Yakub lalu mendekat dan mencium ayahnya.
Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinya dia,
katanya,
"Sesungguhnya
bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati Tuhan.
Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit
dan tanah-tanah gemuk di bumi
dan gandum serta anggur berlimpah-limpah.
Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu,
dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu.
Jadilah tuan atas saudara-saudaramu,
dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu.
Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah dia;
dan siapa yang memberkati engkau, terberkatilah dia."
Demikianlah sabda Tuhan.
U: Demikianlah Sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan: Mzm 135:1-2.3-4.5-6
R:3a: Pujilah Tuhan, sebab Ia baik.
*Pujilah nama Tuhan,
pujilah, hai hamba-hamba Tuhan,
hai orang-orang yang datang melayani di rumah Tuhan,
di pelataran rumah Allah kita.
*Pujilah Tuhan, sebab Tuhan itu baik,
bermazmurlah bagi nama-Nya, sebab nama-Nya itu indah!
Sebab Tuhan telah memilih Yakub bagi-Nya,
Ia memilih Israel menjadi milik kesayangan-Nya.
*Sesungguhnya aku tahu, bahwa Tuhan itu mahabesar,
bahwa Tuhan kita itu melebihi segala dewata.
Tuhan melakukan apa yang dikehendaki-Nya,
di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudera raya.
Bait Pengantar Injil: Yoh 10:27
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan.
Aku mengenal mereka, dan mereka mengikuti Aku.
Bacaan Injil: Matius 9:14-17
Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita
selama mempelai itu bersama mereka?
Inilah Injil Suci menurut Matius:
Sekali peristiwa datanglah murid-murid Yohanes
kepada Yesus dan berkata,
"Kami dan orang Farisi berpuasa,
tetapi mengapa murid-murid-Mu tidak?"
Jawab Yesus kepada mereka,
"Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita
selama mempelai itu bersama mereka?
Tetapi akan tiba waktunya mempelai itu diambil dari mereka,
dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa."
Tak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut
pada baju yang tua,
karena jika demikian,
kain penambal itu akan mencabik baju itu,
lalu makin besarlah koyaknya.
Begitu pula
anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua,
karena jika demikian
kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang
dan kantong itu pun hancur.
Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru,
dan dengan demikian, terpeliharalah kedua-duanya."
Demikianlah sabda Tuhan.
U: Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik lainnya
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.