Breaking News

Ibadah Haji 2023

Jemaah Haji Telantar 10 Jam di Muzdalifah, Kemenag Protes Keras ke Arab Saudi

Jemaah Haji Indonesia dikabarkan tertahan sekitar 10 jam di Muzdalifah, mengalami kehausan dan kelaparan.

Editor: Alfons Nedabang
SPA
Lebih dari dua juta jemaah berkumpul di dataran Arafah Arab Saudi pada hari Selasa 27 Juni 2023. Terbaru, Jemaah Haji Indonesia terlantar di Muzdalifah, mengalami kelaparan dan kehausan. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Jemaah Haji Indonesia dikabarkan tertahan sekitar 10 jam di Muzdalifah. Dalam sebuah pesan whatsapp berantai dinarasikan bahwa jemaah haji mengalami kehausan dan kelaparan. Mereka kekurangan logistik di tengah cuaca terik Arab Saudi yang mencapai 44 derajat celcius.

"Mohon doanya, ribuan jamaah tertunda di Muzdalifah dari sejak malam sampai menjelang dzuhur, mereka kehausan dan kelaparan. 44 derajat Celsius membuat mereka tergeletak lemas," tulis pesan tersebut.

Muzdalifah sendiri adalah daerah terbuka di antara Mekkah dan Mina di Arab Saudi. Muzdalifah merupakan tempat jemaah haji untuk singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah.

Kabar kondisi para jemaah haji Indonesia yang telantar ini disampaikan Anggota Komisi VIII DPR KH Maman Imanulhaq kepada wartawan, Rabu 28 Juni 2023 malam.

Menurut Panitia Haji, peristiwa ini terjadi karena bus terlambat menjemput, akibat terjebak jemaah lain yang memenuhi dan memadati jalan.

Baca juga: Jemaah Haji Wukuf di Arafah Selasa Besok

Oleh sebab itu, bus tidak bisa masuk untuk mengangkut jemaah asal Indonesia. "Mohon doanya, ribuan jemaah tertunda di Muzdalifah dari sejak malam sampai menjelang dzuhur, mereka kehausan dan kelaparan," ujar Maman dalam pesan tertulis. Maman berharap, pemerintah dapat lekas mengirimkan bantuan air dan makanan, serta evakuasi.

Anggota Timwas Haji DPR, Syarief Abdullah juga membenarkan dan menerima foto dan video dari jemaah RI yang terlantar di Muzdalifah.

"Informasi yang masuk ke saya, banyak yang pingsan. Ini berita duka cita dari Indonesia. Saya berharap betul ini ditangani," ujarnya.

Dia mendapat informasi, jemaah kloter 25 asal Kalimantan Barat masih telantar hingga pukul 12.20 waktu setempat. Anggota Timwas Haji DPR lainnya, John Kenedy Azis, sudah menelepon Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU).

Dirjen PHU, kata John, memang mengakui situasi di Muzdalifah agak berat. "Saat ini mereka sedang mengupayakan evakuasi, namun memang katanya antrean busnya masih panjang," ujarnya.

Anggota Timwas Haji, Abdul Wachid pun meminta pemerintah selaku penyelenggara haji segera mengevakuasi para jemaah haji.

Baca juga: Jemaah Haji Berdoa Mohon Intervensi Ilahi untuk Mengakhiri Konflik Sudan

"Itu ngeri kondisinya, mereka butuh air dan makanan," kata anggota Timwas Haji DPR Abdul Wachid kepada wartawan di Mekkah, Rabu siang waktu Arab Saudi.

"Itu bahkan saya terima info mereka minum dari sisa botol orang lain," tambahnya.

Kementerian Agama (Kemenag) pun merespons kejadian tersebut. Dalam keterangan tertulis yang diterima Tribun dipastikan bahwa semua jemaah haji Indonesia telah meninggalkan Muzdalifah. Kemacetan yang berlangsung di jalur Mina - Muzdalifah itu sudah terurai.

Bus yang membawa jemaah lebih lancar sampai Muzdalifah sehingga mempercepat proses pemberangkatan.

"Alhamdulillah, kemacetan sudah terurai. Bus mulai membawa jemaah menuju Mina," terang Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief.

Hilman memantau langsung ke Muzdalifah untuk melihat kondisi jemaah haji. Hilman ikut memberikan penjelasan ke jemaah, sekaligus meminta Mashariq untuk bisa segera menyelesaikan persoalan.

Baca juga: Tim Medis Saudi Selamatkan Jemaah Haji Indonesia yang Jantungnya Berhenti Selama 8 Menit

Ikut mendampingi, Direktur Bina Haji Arsad Hidayat, Kasatop Armina Harun Al Rasyid, Kabid Siskohat Hasan Affandi dan sejumlah petugas.

"Sekitar jam 13.30 waktu Arab Saudi semua jemaah haji Indonesia sudah naik bus menuju Mina," sambung Hilman.

Menurutnya, keterlambatan proses evakuasi terjadi antara lain karena kemacetan yang terjadi di jalur taraddudi (shuttle) bus yang mengantar jemaah dari Muzdalifah ke Mina.

Jalur itu juga banyak dilalui oleh jemaah haji dari berbagai negara yang akan melakukan lontar jumrah setibanya di Mina. Sehingga menambah kepadatan jalan raya.

"Jalur taraddudi sejak pagi dipadati bus yang antar jemput jemaah. Di tambah banyak juga jemaah yang memilih berjalan kaki. Kondisi ini menghambat pergerakan bus yang akan menjemput jemaah di Muzdalifah," sebutnya.

Kedua, keterlambatan pemberangkatan jemaah dari Muzdalifah tidak hanya dialami Indonesia. Jemaah dari sejumlah negara juga mengalami hal sama, antara lain Filiphina, Malaysia, dan lainnya.

Baca juga: DPR Minta 80 Kursi Business Class Garuda Untuk Berangkat Haji ke Mekkah

"Hanya, Indonesia adalah jemaah terbanyak. Sehingga paling terdampak," ujarnya.

Hilman memastikan saat ini kondisi di Muzdalifah sudah tertangani. Sampai siang ini sudah tidak ada lagi jemaah yang berada di Muzdalifah.

"Kita sekarang siapkan mitigasi potensi penanganan masalah di Mina. Sehingga persoalan di Muzdalifah diharapkan tidak berdampak lebih jauh di Mina," ujarnya.

Sampaikan Protes

Hilman Latief menyesalkan kelambanan Mashariq dalam menyiapkan layanan jemaah haji di Muzdalifah dan Mina. Proses pemberangkatan jemaah dari Muzdalifah ke Mina mengalami keterlambatan.

Selain itu, layanan konsumsi di Mina juga tidak terdistribusi dengan baik dan lancar. Potensi lainnya adalah ketersediaan kasur yang tidak sesuai jumlah jemaah.

"Kita sudah sampaikan protes keras ke Mashariq terkait persoalan yang terjadi di Muzdalifah. Kita juga meminta agar tidak ada persoalan dalam penyediaan layanan di Mina," ujar Hilman.

"Kita akan terus kawal ini, agar Mashariq bergerak lebih cepat dalam penyiapan layanan bagi jemaah haji," tambah Hilman.

Baca juga: Jemaah Haji Lansia Semringah Ikut Senam Penguin

Hilman mengatakan protes keras yang disampaikan ke Mashariq, karena penyediaan layanan di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina) sepenuhnya menjadi tanggung jawab mereka.

Mekanisme ini juga dilakukan oleh semua negara, proses penyediaan layanan dalam skema kemitraan dengan otoritas Mashariq.

"Jadi di Armina, sepenuhnya penyediaan layanan dilakukan Mashariq. Karenanya, kita minta agar semua hak jemaah haji Indonesia bisa diberikan dengan baik," ujar Hilman.

Hilman meminta Mashariq dapat mengambil keputusan cepat dalam mengantisipasi setiap potensi munculnya masalah. Sehingga, potensi yang ada bisa segera diselesaikan dan tidak merugikan jemaah.

"Mashariq tentu tahu kalau Indonesia adalah jemaah haji terbesar. Mestinya ada skema mitigasi yang lebih komprehensif dan cepat," jelasnya.

Dirinya mengakui bahwa ruang yang tersedia di Mina bagi jemaah haji sangat terbatas. Setiap jemaah, hanya mendapat ruang pada kisaran 0,8 m2.

"Bahkan, ijtihad ulama dalam menetapkan Mina Jadid menjadi bukti bahwa sempitnya ruang Mina sudah dirasakan dan menjadi diskursus sejak dulu," pungkas Hilman. (tribun network/fah/alg/rin/wly)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved