Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 15 Juni 2023, Dan Pergilah Berdamai Dahulu
Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Dan Pergilah Berdamai Dahulu.
Yesus menyebutkan bahwa kalau pola hidup kita yang munafik seperti mereka, maka kita tidak akan masuk dalam Kerajaan Surga.
Dalam pengajaran ini, Yesus menghadapkan dua hukum yaitu satu sisi hukum Musa atau dari Nenek Moyang bangsa Yahudi dan Hukum baru dalam perspektif Yesus.
Yesus memulai menghadapkan disposisi kedua hukum ini. Pertama soal membunuh bagi hukum lama harus dibunuh.
Namun Yesus memberi pengajaran baru. Pembunuhan yang dimaksudkan nenek moyang dulu adalah membunuh secara fisik dengan menggunakan alat-alat yang tajam sampai orang meninggal.
Namun dalam hukum baru ini, Yesus menekankan bahwa membunuh itu bukan saja hanya dengan menggunakan alat-alat dan membunuh secara fisik, tetapi juga membunuh secara psikis yaitu soal marah, berkata kafir atau jahil harus dihukum dan dibuang ke dalam api neraka.
Yesus menekankan bahwa tindakan marah, berkata kafir dan jahil tidak sesederhana yang kita bayangkan, tetapi sudah menyangkut “pembunuhan karakter” terhadap sesesorang karena kita marah, berkata kafir kepada orang dan jahil adalah satu bentuk pembunuhan karakter terhadap orang lain.
Kita mungkin merasa wajar karena kita marah dengan alasan orang berbuat salah begitu, tapi pada satu sisi, marah itu bisa membunuh karakter orang seumur hidupnya. Itu juga sebuah tindakan membunuh.
Begitu juga tentang berdamai dulu dengan saudara terlebih dahulu sebelum membawa persembahan kepada Allah.
“Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”
Yesus ingin menyatakan kepada kita dalam ajaranNya tentang berdamai dulu dengan saudara kita adalah satu tindakan pertobatan.
Karena bagi Yesus dalam konteks ini adalah pertobatan atas apa yang sedang salah di belakang kita dengan tujuan yang mau kita capai di depan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik 14 Juni 2023, Roh Perubahan dan Penyempurnaan
Dalam versi Yesus, tujuan yang mau dicapai di depan tidak akan mencapai kepenuhannya kalau di belakang kita masih terdapat “yang kurang beres” dalam bahasa Yesus menggunakan kata-kata afirmatif, “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”
Hati yang damai inilah St. Paulus menyebutnya sebagai cahaya Allah yang berdiam di dalam hati kita dan menerangi hati kita untuk memerdekakan kita.
Rasa damai itu sebenarnya yang memerdekakan kita karena Tuhan yang adalah Roh itulah yang mengubah kita menjadi serupa dengan gambar dan rupaNya sendiri.
Semoga kita selalu mengandalkan Roh Tuhan dalam hati kita agar kita selalu dimerdekakan dari segala kemunafikan dan menjadi murni dan tulus di hadapan Tuhan dan sesama.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 12 Juni 2023, Bersukacita dalam Penderitaan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.