Ibadah Haji 2023
Sahlan Sampang Akhirnya Naik Haji, Kuli Keranjang Ikan Menabung 25 Tahun
Namanya di KTP-nya Sahlan saja. Tanggal 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah, atau tiga pekan lagi, Sahlan berhak menyematkan gelar "Haji" di depan namanya.
Saat Tribun menjajal pijatan Sahlan, terasa betul kekasaran kulit telapak jemarinya.
"Saya merasa telapak Sahlan laiknya papan yang belum diketam." Bihaki menyebut, kalau pakai minyak Madura, pijatan tangan Sahlan sekaligus jadi kerokan.
Bayaran juru pijat keliling juga sebelas-dua belas dari upah kuli keranjang ikan di pasar. Karena iri melihat tetangga dan kerabat pergi berhaji, di umur 30 tahun dia mulai buka tabungan haji pribadi.
Di hari biasa, dia disiplinkan menabung Rp 4000-Rp 5000 pendapatannya untuk setoran haji. "Kalo Pasar Kemmisan dan Jumat sepoloh rebo (Rp 10 ribu)," ujar suami tanpa anak itu.
Di kampung-kampung Pulau Madura, nama pasar menyesuaikan hari pasar. Tahun 2010, tabungan di rumah dipindahkan ke tabungan haji resmi di unit bank capem kecamatan. Tabungan hariannya lanjut. Tepat, 12 tahun, 2022, nama dan nomor porsinya masuk jatah pelunasan. "Alhamdulillah, sekkone settong jede bannya' (syukur satu sedikit, jadi banyak)."
Baca juga: Serangan Jantung, Jemaah Calon Haji Meninggal di Madinah
Jika dihitung, total tabungan haji Sahlan memang cukup untuk biaya haji reguler, dan bahkan bisa membiayai acara Slemetan potong 1 ekor sapi sepekan sebelum masuk Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Mei 2023 lalu. Satu ekor sapi Madura, dihargai Rp 20 juta.
Di Madura, ada tradisi "Slemetan" sebelum dan sepulang naik haji. Tradisi tua itu sekaligus mengabarkan dan meminta restu keluarga, kerabat, dan tetangga sekampung. Tradisi inilah mengkonfirmasikan kenapa di Madura Lebaran Iduladha selalu lebih ramai dari Lebaran Idulfitri.
Dzulqaedah jadi momen melepas dan mengantar keluarga berhaji. Sedangkan Dzulhijjah, bulan ke-12 tahun Hijriyah, jadi momen menunggu kepulangan jamaah haji.
Di pulau timur Jawa itu, acara ini dikenal dengan nama "Toron ajji" (turun haji atau datang dari Tanah Suci). Karena itu, ketika "toron ajji", maka para towan disambut bak orang penting. Prosesi ini disebut "ngamba ajjiyan" (menunggu haji). Prosesi ini adalah kelanjutan dari "ngater ajjiyan" (mengantar haji) yang dilakukan sebelumnya.
Dalam dua prosesi tradisional itu, orang-orang Madura terutama dari desa berbondong-bondong untuk mengiringi pergi dan kembalinya para haji. Setiap haji disambut ratusan penjemput dalam konvoi meriah lengkap dengan nyanyian shalawat plus tetabuhan hadrah di atas mobil terbuka. (thamzil thahir)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.