Breaking News

Wawancara Eksklusif

Dekan Fisipol UGM Wawan Masudi Bicara Korupsi Jhonny Plate: Gempa Dahsyat Politik NasDem

Pakar Politik sekaligus Dekan Fisipol Universitas Gadjah Mada Wawan Masudi menilai kasus korupsi yang dilakukan Jhonny G Plate memiliki dampak besar.

Editor: Alfons Nedabang
fisipol.ugm.ac.id
Dekan Fisipol Universitas Gaja Mada Wawan Masudi. 

Ini suatu proyek yang memiliki dampak jika berhasil dampaknya luar biasa bagi pembangunan ekonomi sosial dan untuk masyarakat daerah tertinggal.

Jadi perlu hati-hati karena secara substansi orang yang main-main dengan proyek ini sedang mengkhianati besar-besaran rencana besar pemerintah untuk bisa menjamin pemerataan infrastruktur digital.

Sekali lagi secara substansi kasusnya sangat perlu dikawal. Yang kedua kita tahu proses pembangunan ini dibiayai oleh berbagai pihak khususnya dari para penyedia jasa industri telko.

Memang tidak 100 persen APBN, tetapi ini sebagian dari anggaran pendapatan negara non pajak sehingga pertanggungjawabannya ke publik harus benar-benar diwujudkan.

Dengan substansi yang seperti ini memang akan menjadi berat bagi Partai NasDem untuk mempertahankan posisinya. Apalagi partai ini mengandalkan kata kunci restorasi Indonesia dan macam-macam.

Komunikasi jadi bagian penting dan Partai NasDem harus bisa juga memberikan pertanggung jawaban dan pernyataan ke publik mengapa situasinya bisa seperti ini.

Jadi ini bukan hanya tanggung jawab personal Pak Jhonny G Plate sebagai Menkominfo. Tidak boleh langsung dilepas sebagai tanggung jawab individu. Partai harus menjelaskan ke publik kalau perlu harus meminta maaf ke publik karena akibat tindakan korupsi yang terjadi hak publik untuk menikmati jaringan telekomunikasi yang merata jadi tidak bisa terpenuhi.

Menurut prediksi Pak Wawan apa langkah yang mungkin dilakukan Partai NasDem, menyerahkan sepenuhnya masalah ini kepada mekanisme hukum atau melawan?

Yang pertama ini soal kebiasaan apalagi Pak Jhonny bukan menteri pertama dalam sejarah kabinetnya Presiden Jokowi yang berhadapan dengan hukum. Ada empat menteri sebelumnya yang semuanya berasal dari partai.

Dan partai selalu memberikan kesempatan kepada kader yang bermasalah hukum untuk berkonsentrasi, kemudian partai menarik diri. Jadi partai dengan cepat mengambil pembatas antara kadernya yang bermasalah dengan partai secara kelembagaan.

Itu merupakan pilihan strategi bertahan yang mau tak mau harus dilakukan oleh partai. Tetapi menurut pendapat saya, sebagai partai saya kira juga tidak masalah jika kemudian secara terbuka menyampaikan permohonan maaf kepada publik atas perilaku kadernya.

Kemudian menawarkan apa yang bisa diperbaiki ke depan. Nah soal posisi koalisinya Pak Presiden Jokowi yang ada sekarang serba susah bagi NasDem. Seandainya mau mundur dan menarik diri dari koalisi sudah terlambat.

Artinya kalau pun mundur itu karena terpaksa. Ada masalah apalagi nanti hubungan partai NasDem dengan koalisinya Pak Jokowi sedang tidak sepenuhnya baik-baik saja.

Kemudian anggaplah Pak Jokowi melakukan reshuffle lalu ada juga menteri dari NasDem yang diganti. Nah ini kan serba repot seperti dihukum oleh koalisinya. Memang ini serba dilematis karena agak terlambat bagi NasDem.

Kemarin mestinya ketika sudah merasa berbeda dan ingin mengembangkan jalur kompetisi elektoral lewat pilpres tidak masalah sebenarnya mundur dari koalisi. Kemudian konsekuensinya menarik menteri misalnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved