Pilpres 2024
Ahmad Muzani Pasang Standar Tinggi: Pendamping Prabowo Harus Diusung Langsung oleh Partai Politik
Ahmad Muzani, Sekjen Partai Gerindra memasang standar tinggi bagi figur yang ingin bersanding dengan Prabowo Subianto sebagai pasangan capres-cawapres
POS-KUPANG.COM – Ahmad Muzani, Sekjen Partai Gerindra memasang standar bagi figur yang ingin bersanding dengan Prabowo Subianto sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2024 mendatang.
Salah satu standar yang wajib dipatuhi oleh sosok yang bakal menjadi calon wakil presiden, adalah figur tersebut diusung langsung oleh partai politik.
Ahmad Muzani mengatakan hal tersebut merespon aspirasi publik yang menggadang-gadang Khofifah Indar Parawansa sebagai sosok yang mendampingi Prabowo Subianto pada Pilpres 2024 mendatang.
Wacana itu menyebutkan bahwa Khofifah Indar Parawansa berpotensi menjadi calon pendamping Prabowo. Pasalnya, Khofifah ideal untuk memangku jabatan tersebut.
Baca juga: Erick Thohir Makin Total Usai Bertemu Prabowo Subianto: Kami Ngobrol dari Hati ke Hati
Merespon hal itu, Ahmad Muzani mengatakan, sejatinya ada banyak tokoh yang cukup layak mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024.
Yang terpenting, adalah calon pendamping Prabowo Subianto itu diusung langsung oleh partai politik.
"Undang-Undangnya menyatakan bahwa presiden dan wakil presiden diusung oleh parpol atau gabungan parpol," kata Ahmad Muzani, saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu 5 April 2023.
Ia mengungkapkan, atas alasan itulah sehingga dibentuklah Koalisi
Kebangkitan Indonesia Raya atau Koalisi KIR bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Saat ini, lanjut Ahmad Muzani, Partai Gerindra sedang berupaya merintis koalisi besar dengan sejumlah partai politik yang mendukung pemerintah.
"Gerindra hanya 78, masih kurang 37, karena itu koalisi kami dengan PKB dan insya Allah dengan partai-partai lain menjadi sebuah kekuatan besar untuk bagaimana proses kepemimpinan melalui jalan demokrasi ini bisa lebih baik lagi," katanya.
Elektabilitas Prabowo Terus Melonjak
Belakangan ini, elektabilitas Prabowo Subianto terus alami kenaikan yang signifikan, setelah sebelumnya sempat turun.
Mlonjaknya elektabilitas Prabowo ini, diduga karena ada efek endorsement yang dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Baca juga: Prabowo Subianto Tak Berkutik Saat Budi Gunawan Lontarkan Pujian di Depan Jokowi, PKS pun Meradang
Hal ini diungkapkan Indikator Politik Indonesia yang merilis Survei Nasional (Surnas) terkait Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru. Survei itu dirilis pada Minggu, 26 Maret 2023.
Menurut Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi, dalam setahun terakhir, elektabilitas Prabowo cenderung melorot dari waktu ke waktu.
Akan tetapi, kondisi itu berubah signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Dalam rentang waktu ini, elektabilitas Prabowo malah melonjak melampaui Anies Baswedan dan bersaing dengan Ganjar Pranowo.
Indikator menilai lonjakan elektabilitas itu karena efek Jokowi endorsement ke Prabowo. Pasalnya, sejak November 2022 lalu, Presiden Jokowi berkali-kali memberikan kode dukungan kepada Prabowo.
"Kita menganalisis efek Jokowi endorsement kepada Prabowo, karena Jokowi sejak bulan November berkali-kali menyatakan kode, bahkan kodenya terang benderang untuk mendukung Prabowo dengan menyebut 2024 jatahnya Prabowo, kemudian nenteng Prabowo kesana kemari."
"Kalau untuk Ganjar ada kodenya, tapi dengan bahasa yang high konteks, misalnya rambut putih. Tapi beberapa bulan terakhir saya kira lebih banyak kode yang dilemparkan Jokowi ke Prabowo," ujarnya.
Di kalangan pemilih Jokowi pada tahun 2019, efek endorsement Jokowi ada kenaikan elektabilitas 2 persen untuk Prabowo di kalangan pemilih Jokowi 2019.
"Jadi awalnya pemilih Jokowi, tren elektabilitas Prabowo di kalangan pemilih Jokowi, dengan asumsi tidak ada endorsement Jokowi, pemilih Jokowi yang memilih Prabowo ini tinggal menunggu waktu untuk habis. Ini tren sebelum endorsement. Kemudian ada endorsement Jokowi, Prabowo mengalami kenaikan.
Kalau kita bandingkan tren jika tidak ada endorsement dengan tren setelah ada endorsement itu kenaikannya kurang lebih sekitar 2 persen.
Jangan lupa, post election survei itu biasanya mereka yang mengaku memilih pemenang itu lebih banyak ketimbang yang mengaku memilih yang kalah," ujarnya.
Sedangkan di kalangan pemilih Prabowo di Pilpres 2019, tidak ada efek jelas dari endorsement Jokowi.
Pemilih Prabowo di Pilpres 2019, sebagian besar sudah beralih ke Anies bahkan sebelum Anies dideklarasikan Nasdem sebagai Capres pada Oktober 2022. Utamanya basis Islamis sehingga yang tersisa adalah core voter Prabowo.
"Seperti tadi yang saya sampaikan, awalnya Prabowo tertinggi tapi kemudian turun, karena sebagian pemilihnya bergeser ke Ganjar atau Anies, tapi kemudian mengalami return."
"Saat Jokowi lakukan endorsement terhadap Prabowo, efek terhadap pendukung Prabowo 2019 itu kecil, karena sebagian pendukung Prabowo sendiri, terutama berbasis Islamis sudah lari, terutama setelah Prabowo bergabung dengan pemerintah," ujarrnya.
Baca juga: Djayadi Hanan Prediksi, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan Bakal Berebutan Pendukung
Sejumlah nama tampak mendapat sinyal dukungan dari Presiden Joko Widodo.
Meski tidak secara eksplisit menyebut nama, namun Jokowi mengisyaratkan dukungannya pada nama-nama tertentu.
Namun situasi ini tidak pasti di tingkat Capres, sehingga penting untuk melihat bakal Cawapres yang mampu menutupi kelemahan elektoral 3 nama bakal Capres yang masih duduki posisi teratas berdasarkan hasil survei (Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan). (*)
Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Khofifah-Indar-Parawasa-dinilai-cocok-dampingi-Prabowo-Subianto.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.