Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Minggu 19 Maret 2023, Selalu Ingat Kebaikan Tuhan dan Bersyukurlah

Renungan Harian Kristen, Minggu 19 Maret 2023 dengan judul Masa dan Meriba: Selalu ingat kebaikan Tuhan dan Bersyukurlah.

|
Editor: Alfons Nedabang
unityofanaheim.org
Berdoa mengucap syukur. Renungan Harian Kristen, Minggu 19 Maret 2023 dengan judul Masa dan Meriba: Tahan Uji, Jangan Bersungut Selalu Ingat Kebaikan Tuhan dan Bersyukurlah. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Kristen, Minggu 19 Maret 2023 dengan judul Masa dan Meriba: Tahan Uji, Jangan Bersungut Selalu Ingat Kebaikan Tuhan dan Bersyukurlah.

Artikel yang merujuk pada Kitab Keluaran 17:1-7 ini dikutip dari buku Renungan Harian Suluh Injil Ratapan dan Pengharapan yang diterbitkan Gereja Masehi Injili Timor ( GMIT ).

POS-KUPANG.COM telah mendapat izin dari Pdt Eka Mozes, anggota Tim Penyusun Renungan Harian Suluh Injil edisi Maret dan April 2023. 

Simak selengkapnya Renungan Harian Kristen, Minggu 19 Maret 2023:

Pengantar

Bangsa Israel menempuh perjalanan jauh Mesir-Kanaan secara berputar putar dan pasti melelahkan. Ada yang mengatakan, jarak Mesir-Kanaan, sebenarnya dapat ditempuh dalam waktu paling lama dua minggu. Ada juga yang mengatakan sebelas sampai dua puluh lima hari.

Tetapi orang Israel menempuhnya selama empat puluh tahun. Ada pendapat bahwa orang Israel tidak membuat perencanaan yang matang ketika berangkat dari Mesir, “pokoknya keluar dari Mesir”. Tetapi Allah yang mengarahkan Musa memimpin melalui rute panjang menjauhi wilayah Filistin.

Musa juga menghindari semenanjung Sinai, yang jalannya berkerikil dan berbatu kapur yang sangat panas. Musa memimpin bangsanya mengikuti jalur selatan, menyusuri dataran pesisir yang sempit dan daerah yang bergunung-gunung.

Sungguh, perjalanan yang tidak mudah bagi rombongan besar orang Israel, ada orang dewasa dan anak anak serta barang bawaan yang sangat banyak.

Pemahaman Teks

Perjalanan panjang orang Israel, tentu saja menghadapkan mereka pada berbagai pengalaman baru, yang sayangnya pengalaman baru itu tidak membuat mereka bergembira. Bagaimana mau bergembira?

Mereka kehabisan makanan di padang gurun Sin dan mulailah mereka bersungut-sungut (16:3). Tuhan memperkenalkan kepada mereka jenis makanan baru yaitu roti dan burung puyuh (16:4, 12-15).

Dengan hanya dua jenis makanan setiap hari, Tuhan sedang mendidik umatNya untuk membatasi selera makanan mereka dan menikmati makanan memberian Allah dengan perasaan cukup.

Makanan pemberian memang terbatas pilihan jenisnya, jumlahnya tidak lebih, tetapi tidak kurang. Itulah bukti Tuhan benar-benar bertanggung-jawab memelihara hidup umatNya.

Sayangnya, pengalaman pemeliharaan Tuhan yang setia di padang Gurun Sin, tidak membuat Israel mengerti.

Saat ada kesulitan, Israel kembali berselisih lagi dengan Musa di Rafidim. Kali ini, mereka kehausan dan bekal air sudah habis.

Ketiadaan air di tengah padang gurun yang panas, memang menjadi masalah serius bagi siapa pun. Namun, bukan itu persoalannya.

Pengalaman sebelumnya sudah membuktikan tentang Allah Yahweh yang tidak pernah membiarkan mereka lapar dan haus.

Allah selalu dan pasti akan bertanggungjawab menjaga dan memelihara mereka. Sikap Israel memprotes dan mengancam Musa membuktikan betapa mereka tidak memahami siapa Allah.

Mereka tidak memahami siapa Allah yang berkuasa menolong mereka dalam keadaan paling buruk di Mesir dan yang akan tetap menolong mereka dimana pun juga.

Dalam kemarahan, bangsa itu menyebut Musa sengaja membawa mereka keluar dari Mesir untuk membinasakan mereka.

Memori bangsa itu sama sekali tidak menyimpan pengalaman tentang tindakan penyelamatan Allah pada malam yang disebut Paskah.

Kebaikan yang Allah lakukan melalui Musa tidak terekam sama sekali di dalam memori. Bukan hal keselamatan yang mereka pikirkan, tetapi kebinasaan.

Allah menjawab Musa dengan menuntunnya ke gunung Horeb untuk melihat bagaimana Allah memberikan mereka air dari dalam gunung batu. Tidak diceritakan bagaiman respons umat setelah mendapatkan air.

Tetapi Musa mencatat perbuatan mereka dalam pemberian nama “Masa dan Meriba”, nama yang sesuai dengan peristiwa yang terjadi.

Masa artinya mencobai, Meriba artinya percekcokan atau pertengkaran.

Nama ini menjadi pengingat sekaligus pelajaran tentang bangsa yang suka bertengkar dengan Allah dan hambaNya.

Bangsa yang suka mencobai Tuhan Allah dan meragukan keberadaan-Nya, “adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?”

Memori bangsa yang rusak oleh nafsu suka bertengkar dan keyakinan yang rendah diperingatkan Musa melalui nama tersebut.

Langkah Iman

Firman Tuhan ini memperkenalkan Allah sebagai Allah yang berkuasa memelihara umat-Nya, kadang cepat, kadang terasa lambat, tetapi pasti.

Pengalaman Musa memberi pelajaran bagi kita bahwa hal paling baik yang Allah lakukan belum tentu diingat dan dihargai orang.

Apalagi perbuatan baik kita yang hanya manusia biasa. Mudah dilupakan orang, itu wajar. Allah saja dilupakan, apalagi kita.

Mungkin juga kita seperti bangsa Israel yang sudah menikmati kebaikan Allah dan sesama, tetapi memori kita tidak cukup untuk merekam dan menyimpannya. Sebaliknya mungkin kita suka menuduh dan mencurigai kebaikan orang lain sebagai rencana jahat.

Dengan firman Tuhan ini, mari kita sadar diri dan merasa malu, menjadi orang dengan memori terbatas untuk menyimpan hal baik.

Mari kita bertobat dan mulai melatih otak kita untuk mengingat hal-hal baik yang sudah kita alami.

Dengan cara selalu bersyukur setiap waktu, menahan diri untuk tidak cepat bersungut-sungut, bersabar, dan percaya bahwa “Allah ada di tengah tengah kita”. Ia pasti menolong kita. Soli Deo Gloria. Amin! (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved